Pengertian Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan

Bab 3 - Lembaga Sosial 83

b. Arti Penting Pendidikan

Secara umum, pendidikan dapat dikategorikan menjadi pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal dilaksanakan melalui institusi formal, sedangkan non-formal melalui institusi non-formal. Dalam zaman yang semakin kompleks, tuntutan akan pentingnya pendidikan semakin besar mengingat arus perkembangan dunia yang semakin cepat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa jika pendidikan berhenti, maka berhentilah dunia ini. Artinya, selama dunia masih tetap ada, maka pendidikan akan selalu berlangsung. Hal ini diperlukan karena pendidikan merupakan tuntutan kehidupan yang membutuhkan tanggapan yang cermat dalam mencerdaskan bangsa sehingga mampu menghadapi tuntutan global. Tuntutan-tuntutan global yang harus dijawab oleh lembaga pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut. 1 Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. 2 Munculnya modernisasi dan globalisasi. 3 Pertambahan penduduk yang semakin meningkat. 4 Terjadinya krisis moral dan kebudayaan. 5 Semakin sempitnya lapangan pekerjaan. 6 Tuntutan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7 Perlunya pencerahan agama. 8 Perkembangan ideologi. 9 Munculnya masalah-masalah sosial, dan lain-lain.

c. Kegiatan Pendidikan

Kegiatan pendidikan pada umumnya diselenggarakan dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan informal, formal, dan non-formal. Informal berarti pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga atau juga sering disebut sebagai pendidikan primer. Sedangkan pendidikan formal merupakan pendidikan sekunder dalam lembaga-lembaga pendidikan formal. Sementara non-formal merupakan pendidikan tertier di luar informal dan formal. 1 Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga yang berlangsung sejak anak dilahirkan. Dalam keluarga yang memahami arti penting pendidikan keluarga, maka ia akan secara sadar mendidik anak- anaknya agar terbentuk kepribadian yang baik. Sedangkan dalam keluarga yang kurang mengerti arti penting pendidikan keluarga, maka perilakunya sehari-hari secara tidak sadar adalah pendidikan buat anak. Berkaitan dengan itu, dapat diidentifikasi ciri-ciri umum pendidikan informal sebagai berikut. a Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan waktu. b Guru adalah orang tua. c Tidak adanya manajemen yang jelas. Sosiologi SMA Kelas XII 84 Di dalam lingkungan informal, seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir hingga akhir hayatnya. Lembaga keluarga merupakan lembaga terkecil yang pertama kali dialami oleh seorang individu, yang dapat mengajarkan berbagai peran dan nilai-nilai sosial. Dalam proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam memperkenalkan tentang hal hal-berikut ini. a Penguasaan Diri Masyarakat menuntut adanya penguasaan dan penyelarasan diri dengan segala norma dan aturan yang ada terhadap anggota- anggotanya. Peranan orang tua dalam melatih anak-anaknya untuk menguasai diri dapat dilakukan dengan pelatihan bagaimana cara memelihara dan menjaga kebersihan dirinya. Penguasaan diri ini berkembang, dari yang bersifat fisik sampai emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara- saudaranya. Penguasaan diri sangat penting artinya bagi kestabilan kejiwaan anak dalam pergaulan sehari-hari. Tanpa memiliki kemampuan untuk menguasai diri, maka kejiwaan anak tidak akan stabil, dan mengganggu proses perkembangannya. b Nilai-Nilai Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan bersamaan dengan pelatihan penguasaan diri, bagaimana anak dapat meminjamkan alat permainannya kepada temannya, dan juga kepadanya diajarkan kerjasama. Sebagai contoh, sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya, kepadanya diajarkan nilai sukses dalam pekerjaan. Nilai-nilai demikian sangat besar fungsinya bagi proses internalisasi kebiasaan baik pada anak. c Peranan-Peranan Sosial Pengenalan dan belajar tentang peran-peran sosial dapat terjadi melalui interaksi dalam keluarga. Setelah dalam diri anak tertanam pengusaan diri, dan nilai-nilai sosial yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain, ia mulai mempelajari peran-peran sosial yang sesuai dengan gambaran dirinya. Ia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara kakakadik, sebagai laki-laki atau perempuan. Dengan mengenal perannya, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat, maka anak akan dapat berperan dengan baik sesuai dengan fungsinya dalam peranan tersebut.