Sosiologi SMA Kelas XII
74
3 Khairudin
Hal senada juga disampaikan oleh Khairudin, yang menyampaikan bahwa ciri-ciri keluarga adalah sebagai berikut.
a Kebersamaan, di antara bentuk-bentuk organisasi sosial yang lain keluarga merupakan bentuk yang paling universal, yang dapat
ditemukan dalam semua masyarakat. b Dasar-dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu dorongan
yang mendasar, seperti perkawinan, menjadi ayah, dan perhatian orang tua.
c Pengaruh perkembangan, hal ini membentuk karakter individu melalui pengaruh kebiasaan-kebiasaan organis maupun mental.
d Ukuran yang terbatas, keluarga dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis.
e Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontinu daripada asosiasi-asosiasi yang lainnya.
f Aturan kemasyarakatan, masyarakat diatur oleh peraturan yang sah dan kaku dalam hal yang tahu.
g Sifat kesetaraan, keluarga merupakan suatu yang demikian permanen dan universal dan sebagai asosiasi merupakan organisasi
terkelompok di sekitar keluarga yang menuntut perhatian khusus.
c. Terbentuknya Keluarga
Sebagaimana dalam definisi di muka, bahwa keluarga merupakan kesatuan masyarakat terkecil yang dibentuk melalui perkawinan yang sah
dalam rangka untuk melestarikan kebudayaan. Sedangkan perkawinan itu sendiri memiliki definisi tersendiri sesuai dengan terminologi masing-
masing. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa pasal 1. Perkawinan adalah
sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama atau kepercayaan pasal 2a. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku pasal 2b. Perkawinan harus didasarkan persetujuan kedua calon mempelai, keduanya sebaiknya sudah berusia
21 tahun ke atas pasal 6.
Tidak begitu berbeda dengan definisi dalam kajian sosiologis yang mendefinisikan bahwa, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara
seorang laki-laki dan perempuan dalam suatu hubungan suami istri yang diberikan kekuatan sanksi sosial. Dalam pengertian ini, perkawinan
merupakan tuntutan sosial yang berlaku umum dalam masyarakat untuk membina ketertiban dan kelangsungan dalam kehidupan bermasyarakat.
Bab 3
- Lembaga Sosial
75
Gambar 3.2 Proses perkawinan sesuai dengan norma hukum
Berdasarkan ketentuan hukum, suatu perkawinan dianggap sah apabila sesuai dengan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat, hukum
agama, dan hukum negara. Perkawinan sesuai dengan hukum adat apabila dilaksanakan sesuai dengan adat dan kebiasaan masyarakat. Dalam kaitan
ini, perkawinan akan mendapat legitimasi dari masyarakat karena disaksikan oleh orang tua, tetangga, dan masyarakat. Apabila tidak melaksanakan adat
ini, maka dianggap melanggar adat atau bahkan dianggap sebagai penyimpangan terlebih apabila perkawinannya dilaksanakan dalam cara-
cara yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai hal yang tidak wajar. Terhadap perilaku pelanggaran adat perkawinan ini, akan diberikan sanksi
yang berupa sanksi adat.
Kemudian juga dalam hukum agama yang mengharuskan pelaksanaan perkawinan sesuai dengan norma-norma agama sesuai dengan agama yang
dianutnya. Apabila tidak sesuai dengan ajaran agama, maka perkawinan itu dianggap tidak sah. Begitu pula dengan hukum negara harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan undang-undang yang mengatur tentang masalah perkawinan apabila tidak sesuai dengan hukum negara, maka perkawinan
dianggap tidak sah oleh negara, sehingga yang bersangkutan tidak memiliki hak-hak keluarga dari negara karena tidak diakui keberadaannya.
Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki- laki dan perempuan dalam suatu hubungan suami istri yang diberikan
kekuatan sanksi sosial. Dengan demikian, perkawinan adalah tuntutan sosial setiap individu yang berlaku umum dalam masyarakat
untuk membina ketertiban dan kelangsungan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerusakan makna sebuah perkawinan bisa dilihat berdasarkan siklusnya. Zimmerman yang mengemukakan bahwa, keluarga bisa dilihat
dari tiga tipe yang senantiasa berputar berulang, yaitu tipe trustee family ke tipe domestic family, lalu ke tipe atomistic family.
Sumber: http:dokumen penerbit