Bab 3
- Lembaga Sosial
101
c. Sistem Ekonomi Komunis
Kegiatan ekonomi dalam sistem ini dikelola secara kolektif dengan alasan untuk kemakmuran bersama. Dalam pemerintahannya, biasanya
ditandai oleh tampilnya partai komunis yang menamakan diri sebagai wakil rakyat. Dalam konsep ekonomi komunis, setiap orang harus merasakan hal
yang sama, baik dari kalangan rakyat maupun kalangan pejabat. Dalam praktiknya, penguasa kolektif inilah yang berperan dalam mengendalikan
lembaga ekonomi, sementara rakyat tidak memiliki kebebasan sama sekali. Negara-negara yang mengembangkan sistem ini adalah negara-negara
komunis, seperti Cina dan Rusia.
d. Sistem Ekonomi Pancasila
Kegiatan ekonomi sistem ini mengacu pada norma yang terkandung dalam jiwa Pancasila. Satu-satunya negara yang menganut sistem ini adalah
Indonesia, mengingat ideologi negara Indonesia adalah ideologi Pancasila. Dalam sistem ini, tujuan akhirnya adalah sebagaimana yang tercantum dalam
sila ke lima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, sebagaimana tercantum dalam pasal 33 UUD 1945 bahwa, seluruh
kekayaan alam yang dikuasai oleh negara dipergunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat dengan prinsip keadilan. Sistem ekonomi Pancasila juga sering
disebut sebagai sistem ekonomi kerakyatan. Ini berarti kokohnya ekonomi nasional harus ditopang oleh kuatnya ekonomi kerakyatan, dimana seluruh
komponen bangsa berperan serta di dalamnya. Itulah sebenarnya tugas lembaga ekonomi Pancasila, yang sampai saat ini belum ada tanda-tanda
keberhasilannya.
Pergilah ke pasar yang terdekat dengan daerah kalian untuk mengamati transaksi jual-beli barang dan jasa Buatlah laporan observasi mengenai karakteristik
kegiatan distribusi di pasar dimana kalian melakukan observasi
A A
A A
A
K K
K K
K T
T T
T T
IIIII V
V V
V V
IIIII T
T T
T T
A A
A A
A S
SS SS
Sosiologi SMA Kelas XII
102
C . C .
C . C .
C . Peran dan fungsi lembaga sosial Peran dan fungsi lembaga sosial
Peran dan fungsi lembaga sosial Peran dan fungsi lembaga sosial
Peran dan fungsi lembaga sosial
1. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga memiliki fungsi mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat, seperti melanjutkan keturunanreproduksi. Keluarga merupakan
fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dimana di dalamnya terdapat
hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi.
Dalam hal melaksanakan fungsi sosial kemasyarakatan, lembaga keluarga memiliki peranan penting untuk memperoleh pengakuan eksistensinya dari
masyarakat. Artinya, keluarga berfungsi baik bagi kelangsungan keluarganya sendiri, maupun secara kemasyarakatan. Pada dasarnya, lembaga keluarga
memiliki fungsi pengaturan hubungan biologis, reproduksi, sosialisasi, afeksi, ekonomi, kontrol, proteksi, penentu kedudukan dan status, dan
fungsi perlindungan. Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a Fungsi Pengaturan Hubungan Biologis
Dalam fungsi pengaturan hubungan biologis, manusia mempunyai kelebihan dengan binatang dalam hal daya nalar, budi, serta hati nurani,
yang mendorong manusia tidak saja berjalan berdasarkan pada insting atau kebutuhan mendesak sesaat belaka. Masyarakat menganggap
hubungan biologis itu sah apabila dua orang yang berlainan jenis tersebut telah menjadi suami-istri secara resmi.
b Fungsi Reproduksi
Bukanlah suatu hal yang naif apabila keluarga ditinjau dari fungsi seksualnya memiliki peranan dalam melanjutkan keturunan. Apabila fungsi
seksualnya tidak berjalan, maka tidak akan terbentuk keluarga yang normal, dalam arti tidak dapat meneruskan keturunan. Meskipun dapat
ditempuh dengan cara mengadopsi, namun makna yang sesungguhnya akan tetap lain seperti halnya mereka yang dapat melanjutkan keturunan.
c Fungsi Sosialisasi
Berdasarkan fungsi ini, keluarga adalah tempat untuk membesarkan anak secara normal dan wajar. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga
harus menjadi sarana bagi terjadinya proses sosialisasi yang sempurna, sehingga anak dapat berperilaku normal sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Apabila masa anak yang sedang mengalami proses sosialisasi tidak diperhatikan dengan baik, maka akan
ada kecenderungan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang seharusnya.
Dampaknya, anak tidak memiliki kepribadian sebagaimana yang sesungguhnya diharapkan oleh keluarga.