53
reversible, sebagai contoh operasi penjumlahan dapat diputarbalikkan menjadi operasi penguangan, contoh; 3 + 4 = 7 atau 7
– 3 = 4. 4.
Tahap Formal Operasional 7-15 tahun Anak usia ini telahdapat secara penuh melakukan operasi secara logis
tetapimasihmempunyai pengalaman
yang terbatas.
Mereka dapat
berhungandengan masalah-masalah yang bersifat hipotesis dan cara berpikir mereka mungkin telah termasuk suatu set yang formal dari ketentuan-ketentuan
yang logis. Anak usia ini dapat melakukan uji coba berdasarkan kemampuan intelektualnya.
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya, anak SD berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Piaget pada tahap ini anak mampu meng-
operasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. Implikasi teori Piaget di dalam kelas adalah sebagai berikut Slavin, 1994: 45:
2.1.1. Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar kepada hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif, dan hanya jika guru penuh perhatian
terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan
pengalaman yang dimaksud.
2.1.2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas Piaget, pengajaran pengetahuan
54
jadi ready made knowledge tidak mendapat tekanan, melainkan, anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan. Oleh karena itu, di samping mengajar secara didaktik, guru mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia
fisik.
2.1.3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-
individu dalam kelompok-kelompok kecil siswa dari pada dalam bentuk klasikal. Pendekatan kontruktivis dalam pembelajaran khas menerapkan
pembelajaran kooperatif secara ekstensif. Jadi dalam teori Piaget pada anak usia SD, tahap perkembangan
kognitifnya berada dalam tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan logika namun masih dalam bentuk benda konkrit. Maka dari itu
peran guru dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar sangat penting yaitu menyediakan benda-benda konkrit dan alat peraga serta mengorganisasikan benda
tersebut agar bermanfaat di dalam kelas IPA. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru memerlukan alat peraga sebagai alat bantu untuk mengajar dan
mendidik sehingga apa yang diajarkan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik. Adapun manfaat alat peraga diantaranya: 1 meningkatkan perhatian dan
memotivasi siswa; 2 mencegah verbalisme; 3 memberikan pengalaman yang
55
nyata dan langsung pada siswa; 4 membantu menumbuhkan pemikiran yang teratur dan sistematis pada siswa; 5 membangkitkan motivasi kegiatan belajar
dan memberikan pengalaman yang menyeluruh pada siswa. Dengan melihat manfaat alat peraga dalam pengajaran, maka mata pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran yang membutuhkan alat peraga. Peran guru adalah mempersiapkan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh berbagai pengalaman.
Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya.
Untuk memperoleh pengalaman belajar, seorang guru harus menggunakan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Keterampilan proses adalah
perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh suatu pengetahuan kemudian
mengkomunikasikan perolehannya. Menurut Funk keterampilan proses terdiri dari keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terpadu, jika dijabarkan sebagai berikut: a. Keterampilan proses dasar terdiri atas: 1 pengamatan yaitu: proses
pengumpulan informasi dengan mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu panca indera. Dapat dilakukan dengan cara melihat,
meraba, mengecap, membau dan mendengar; 2 pengklasifikasian yaitu:
56
mengatur atau mendistribusikan objek-objek, kejadian-kejadian, atau informasi ke dalam golongan atau kelas dengan mempergunakan cara tertentu atau sistem
tertentu; 3 pengukuran yaitu: menentukan ukuran suatu objek dengan membandingkan atau menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jalan
membandingkan dengan suatu standar konvensional atau non konvensional; 4 pengkomunikasian yaitu: mencatat data yang didapat sebagai hasil eksperimen
dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang-orang dan menyampaikan hasil belajar atau penemuannya terhadap orang lain. Anak-anak belajar
berkomunikasi dengan berbagai cara, mereka belajar mengambil gambar dengan teliti, membuat diagram-diagram, membuat tabel dan grafik yang
sesuai, 5 memprediksi atau inferensi adalah membuat ramalan tentang peristiwa yang akan datang berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan,
konsep atau prinsip yang telah diketahui sebelumnya. b. Keterampilan proses terpadu terdiri atas menentukan variabel, penyusunan
tabel data, penyusunan grafik, pendeskripsian hubungan antar variabel, mem- proses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan
variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen langkah-langkahnya terdiri dari pertanyaan, hipotesis, variabel
bebas, variabel tergantung, prosedur, alat-alat dan bahan, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan penyimpulan.
Mengajar IPA yang benar disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak SD, mencakup hakikat IPA, serta menggunakan keterampilan proses IPA,
57
maka tujuan pembelajaran yang dikehendaki khususnya pembelajaran tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup akan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam pembelajaran IPA diperlukan adanya pencapaian tujuan pembelajaran yang berkarakter meliputi aspek
pemahaman kognitif tentang kebaikan, aspek motivasi atau keinginan afektif untuk berbuat baik, dan action tindakan berbuat baik psikomotorik,
keterampilan proses dalam model Role playing berbantuan media audiovisual sangat diperlukan sehingga dalam pembelajaran akan lebih bermakna untuk
mencapai tujuan pembelajaran IPA sesuai dengan kurikulum. Selain itu, dari berbagai keterampilan proses yang peneliti gunakan dalam pembelajaran ini
adalah keterampilan dasar. Anak Sekolah Dasar harus menguasai keterampilan dasar terlebih dahulu karena akan menjadi bekal untuk melanjutkan penguasaan
keterampilan terpadu.
2.1.8. Kurikulum 2013