Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas

a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan. b. Pengaturan tempat duduk. Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. c. Ventilasi dan pengaturan cahaya. Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting untuk terciptannya suasana belajar yang nyaman. d. Pengaturan penyimpanan barang-barang. Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. 2. Kondisi sosio-Emosional Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. a. Tipe kepemimpinan; Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. b. Sikap Guru; dalam menghadapi siwa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. c. Suara Guru; melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. d. Pembinaan hubungan baik raport; Dengan terciptannya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistic, realistic dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. 3. Kondisi organisasi; Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. 27 Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Ukuran ruang kelas. 2. Jumlah siswa. 3. Tingkat kedewasaan siswa. 4. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa. 5. Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain. 6. Pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong, dan 7. Pengalaman siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong. 28 Sedangkan Suhaenah Suparno mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan fasilitas ruangan kelas, yaitu: 1. Penataan ruangan dianggap baik apabila menunjang efektivitas proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya adalah anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas dengan baik. 27 Ade Rukmana dan Asep Suryana, Pengelolaan Kelas…,h. 44-45 28 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2002, h. 51 2. Penataan tersebut bersifat fleksibel luwes sehingga perubahan dari satu tujuan ke tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujaun yang akan dicapai. 3. Ketika anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan bantuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa gambar-gambar atau media lain sehingga konsep-konsep tersebut tidak bersifat verbalitas. 4. Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka meras senang untuk belajar. 29

4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas

Menurut suharsimi Arikunto bahwa ruang lingkup pengelolaan kelas di bagi menjadi dua bagian yaitu: a. Pengelolaan yang menyangkut siswa b. Pengelolaan fisik ruangan, perabot, alat pengajaran. 30 Berikut dikemukakan mengenai kedua hal tersebut yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik:

1. Pengelolaan yang menyangkut siswa atau pengaturan siswa

yaitu , merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan preventif dan tindakan yang bersifat korektif. 31 Tindakan tersebut yaitu berupa: 29 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran…, 168-169 30 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV. Rajawali, 1988. H. 68 31 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 119

a. Usaha yang bersifat pencegahan.

Tindakan pencegahan adalah yang dialkuakn sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Adapun langkah-langkah pencegahannya menurut Maman rahman yang dikutip oleh Ade Rukamana dan Asep Suryana adalah sebagai berikut: 1. Peningaktan kesadaran diri sebagai guru. Langakah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinnya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. 2. Peningkatan kesadaran peserta didik. Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalm proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran kesadaran guru dan peserta didik bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. 3. Sikap polos dan tulus dari guru. Sekap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindaknnya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apaadannya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam mengelola kelas.