Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

TuhanYang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat langsung pada rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa. Karena untuk melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui jalur pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. 2 Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan adalah guru. Guru memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, mempunyai kekuatan untuk membentuk dan membangun kepribadian siswa menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Perundang-Undangan Pada Butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.” PGRI, 1973. 3 Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat di kuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu di karenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunkannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektuals, psikologis dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. 1 Undang-undang tentang SISDIKNAS dan peraturan pelaksanaannya 2000-2004, Jakarta: CV. Tamira Utama, 2004, h. 7 2 Sholeh, Asrorun Ni’Am, Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: elsas, 2006, h. 5. 3 Soetjipto, Prpf, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet II, h.42-43 Guru merupakan salah satu kunci utama berhasil atau tidaknya gerakan pendidikan. Efektivitas proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti siswa, lingkungan dan fasilitas. Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu ukuran profesionalitas seorang guru. Kebutuhan akan guru profesional yang semakin mendesak itu sejalan dengan tuntutan akan kapasitas mereka untuk dapat menjadi pemimpin kelas yang baik. Melihat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia maka pengelolaan atau manajemen kelas di dalam sekolah harus semaksimal mungkin dilaksanakan. Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, karena proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Seperti yang dikatakan Wrightman, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaiatan yang dilakukan dalam suatu situasai tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. 4 Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru, seperti pengaturan metode, strategi dan kelangkapan dalam pengajaran sebagai bagian dari kegiatan manajemen pembelajaran. Yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien maka guru harus menguasai manajemen kelas. Manajemen kelas sangat penting untuk terciptanya suasana mengajar yang kondusif, bukan hanya membantu guru dalam proses belajar mengajar tetapi yang lebih penting menjadikan siswa mudah dalam belajar, merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar. 4 Rukmana, Ade. Drs, Pengelolaan Kelas, Jakarta: Bahan Belajar Mandiri, 2006, Cet I, h.1 Sering terjadi di beberapa sekolah, pengelolaan kelas kurang baik, kondisi kelas yang kurang efektif dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam belajar dan dapat menghambat optimalisasi proses pembelajaran. Sekolah tersebut masih sulit untuk menerapkan manajemen kelas yang baik, karena butuh kerjasama dari semua pihak terutama guru. Hal serupa juga dialami di SMP Fatahillah Pondok Pinang. Masalah ini sering dihadapi dalam manajemen kelas dalam pengaturan fisik kelas. Dari latar belakang tersebut maka penulis melihat ada beberapa masalah dalam pengaturan fisik di SMP Fatahillah Pondik Pinang, nampak pada beberapa keadaan yang penulis amati ketika melakukan penelitian di SMP Fatahillah Pondok Pinang. Persisnya ada ketidak seimbangan antara luas ruangan dengan jumlah siswa per kelas dengan jumlah masing-masing kursi. Seperti di kelas VIII-1 terdapat 30 siswa, tetapi jumlah meja dan bangku yang ada di dalam kelas sebanyak 20 buah. Kalau masing-masing diisi oleh dua orang siswa, maka jumlah siswa yang seharusnya menempati meja dan kursi ada 40 siswa. Tetapi kelas VIII-1 hanya ada 30 siswa maka ada 5 meja dan kursi kosong yang seharusnya diisi oleh dua orang siswa, yaitu 10 orang siswa, tetapi di biarkan kosong. Seharusnya jika jumlah siswa ada 30, meja dan kursi yang harus ada di dalam kelas 15 buah yang masing-masing diisi oleh dua orang. 5 Pemandangan seperti ini dapat mempengaruhi minat belajar siswa karena terkadang ada siswa yang berpindah-pindah tempat duduk, mereka pindah ke belakang dan mengosongkan barisan depan, sehingga barisan depan kosong. Siswa yang pindah kebelakang lalu membuat kegaduhan dengan ngobrol di dalam kelas, mengganggu siswa lain yang benar-benar ingin belajar, Pemandangan seperti ini sangat mengganggu proses pembelajaran. Selain itu karena ruang kelas bersebelahan dengan rumah warga sekitar sekolah, sehingga ventilasi udara ditutup agar proses pembelajaran 5 Observasi dan pengamatan langsung di SMP Fatahillah Pondok Pinang Jakarta Selatan, pada tahun ajaran 2008-2009. tidak terganggu. Keadaan ini membuat suasana kelas menjadi pengap, panas, gelap dan kurang pertukaran udara, membuat siswa tidak nyaman dalam memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru. Apalagi siswa sejak pagi hingga menjelang petang ada di dalam kelas. Apakah keadaan seperti ini siswa masih mempunyai minat dalam belajar? Memperhatikan uraian di atas diperlukan usaha agar dapat mewujudkan efektivitas manajemen kelas yang baik, terutama dalam pengaturan ruang belajar dan pengaturan siswa didalam kelas, untuk meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Berdasarkan latar belakang tersebut amaka penulis membahas skripsi dengan judul: “Efektivitas Manajemen Kelas Di SMP Fatahillah Pondok Pinang”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang 2. Bagaiamana kemampuan pengelolaan kelas guru bidang studi IPS 3. Bagaiamana pengaturan siswa didalam kelas 4. Bagaiamana pengaturan ruang belajar dan alat-alat pengajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, masalah dibatasi pada: Manajemen kelas dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan akademik dan non akademik, maka penulis membatasi masalah hanya pada pengelolaan non akademik, yaitu kemampuan guru dalam manajemen kelas, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemapuan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik seperti ruangan, perabot dan alat pengajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan manajemen kelas di SMP Fatahillah Pondok Pinang pada bidang studi IPS. 2. Bagaiamana penataan siswa didalam kelas, serta pengaturan ruang belajar serta alat-alat pengajaran.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah bagi: 1. Penulis, sebagai bahan kelengkapan wawasan penegtahuan keterampilan bagi penulis serta aplikasinya dari ilmu yang didapat dalam menempuh pendidikan. 2. Sekolah, sebagai bahan masukan untuk perbaikan dalam manajemen kelas, khususnya dalam pengembangan proses belajar mengajar. 3. Guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan minat belajar siswa.