Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction

Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. b Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang. Sejak zaman dahulu kala, para guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerjasama dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskusi atau debat kelompok, atau dalam bentuk-bentuk kerja kelompok, atau dalam kegiatan belajar tambahan lainnya. Arends dalam Trianto, menyeleksi enam macam model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar, masing-masing model pembelajaran tersebut antaralain: presentasi, pengajaran langsung direct instruction, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif atau berkelompok, pengajaran berdasarkan masalah problem base instruction, dan diskusi kelas. 6 Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu yang memungkinkan para siswa bekerjasama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan. Menurut Riyanto pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik academic skill, sekaligus keterampilan social social skill termasuk interpersonal skill. 7 Sedangkan Widyantini menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang didalamnya berisi kelompok- kelompok belajar. Setiap siswa yang ada dalam kelompok tersebut mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda yaitu tinggi, sedang dan rendah, jika 6 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 53. 7 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 271. memungkinkan anggota kelompok bisa dibentuk dari ras, budaya, dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga pengetahuan dan keterampilan yang telah dibuat dapat tercapai dengan maksimal. 8 Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir- akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam buku Sanjaya, mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. 9 Metode ini biasanya bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Namun demikian, sejak dua puluh tahun yang lalu, telah dilakukan beberapa penelitian yang signifikan terhadap teknik- teknik lama ini. Untuk pertama kalinya, strategi kooperatif mulai dikembangkan, bahkan, lebih dari itu, mulai di evaluasi dalam berbagai konteks pengajaran yang lebih luas. Sebagai hasil dari sekian tahun penelitian dan aplikasi praktis dari ratusan ribu guru, keberadaan metode-metode pembelajaran kooperatif yang efektif kini sebenarnya hadir untuk berbagai keperluan pengajaran yang ada. Lebih jauh lagi, kini kita tahu betapa banyaknya pengaruh pebelajaran kooperatif terhadap siswa dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk membuat pembelajaran kooperatif yang efektif, khususnya untuk pencapaian prestasi. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin 8 Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 3. 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: kencana, 2011, h. 242. dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Menurut Riyanto, ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu: 10 1 Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan. 2 Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan. 3 Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok. 4 Use collaborativesocial skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru. 5 Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif. Sedangkan Menurut Nur dalam Widyantini, prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 11 1 Setiap anggota kelompok siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 10 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 270. 11 Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 4. 2 Setiap anggota kelompok siswa harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3 Setiap anggota kelompok siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 4 Setiap anggota kelompok siswa akan dikenai evaluasi. 5 Setiap anggota kelompok siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6 Setiap anggota kelompok siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dengan demikian bukanlah suatu cooperative environment meskipun beberapa siswa duduk bersama namun bekerja secara individu dalam menyelesaikan tugas, atau seorang anggota kelompok menyelesaikan sendiri tugas kelompoknya. Cooperative learning lebih merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Selanjutnya Widyantini, menyatakan bahwa terdapat 6 langkah yang harus dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, antaralain: 12 12 Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 5. 1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa. 2 Guru menyajikan informasi tentang materi yang akan dipelajari kepada siswa. 3 Guru menginformasikan pengelompokan siswa. 4 Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar. 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. 6 Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. Berbeda dengan pendapat Widyantini, Rusman menyatakan bahwa prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut: 13 1 Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok- pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. 2 Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3 Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya “Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai 13 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu: Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalsme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 212. kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelom poknya”. 4 Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi. Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan, dalam hal ini Wina Sanjaya menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran model kooperatif atara lain: 14 1 Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.. 2 SPK dapat mengembangkan kemampuanmengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide yang lain. 3 SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannyaserta menerima segala perbedaan. 4 SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5 SPK merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 6 Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. 7 SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Poses Pendidikan,, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011 h. 249-250 Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerjasama dan belajar bersama dengan saling membantu satu dengan yang lainnya secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. c Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction TAI Model ini diperkenalkan pertama kali oleh Slavin, ia membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek social dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. Diskusi ini terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya. Dalam model pembelajaran TAI, siswa memasuki sekuan individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, guru dapat menghabiskan waktu di dalam kelas untuk menyampaikan pelajaran kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang belajar pada tingkat yang sama dalam sekuen matematika. Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1 Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa, 2 Placement Test, yakni pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, 3 Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, 4 Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, 5 Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan memberikan dorongan semangat kepada kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas, 6 Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, 7 Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, dan 8 Whole Class Units, yaitu pemberian materi kembali di akhir waktu pembelajaran oleh guru dengan strategi pemecahan masalah. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI dijelaskan oleh Widyantini sebagai berikut: 15 15 Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 9. 1 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. 2 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. 3 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender. 4 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. 5 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. 6 Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. 7 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya terkini. Pada implementasi pembelajaran kooperatif struktur TAI ini, siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dyad terdiri dari dua orang, triad kelompok tiga orang, atau menurut Slavin sampai 4-6 orang. Mereka belajar untuk menjawab sejumlah masalah atau pertanyaan yang ada dalam suatu paket pembelajaran serta diberikan kewenangan memberikan nilai kepada hasil kerja temannya dalam tim yang sama. Kemudian mereka diberikan kuis. Hasil kuis ini dinilai oleh kelompok lain dan selanjutnya dilaksanakan tinjauan oleh salah seorang siswa dalam kelompok yang bertindak sebagai pemantau monitor. Setelah tinjauan ini selesai dan disetujui oleh para siswa dalam kelompoknya, mereka dapat mengerjakan tes akhir final test dan mendapatkan skor final setelah selesai mengerjakan tes akhir. Para siswa yang memperoleh skor positif akan mendapatkan penghargaan bagi hasil karyanya.

2. Model Pembelajaran Klasikal

Model pembelajaran klasikal atau Group presentation adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada peserta didik yang biasanya dilakukan dengan cara berceramah di depan kelas. Pembelajaran klasikal lebih menunjukkan kemampuan utama pendidik, karena pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan pembelajaran yang tergolong efisien dan tidak terlalu rumit. Pembelajaran dengan model klasikal ini memberi arti bahwa seorang pendidik melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran. 16 Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas diikuti sejumlah peserta didik yang dibimbing oleh seorang pendidik. Pendidik dituntut kemampuannya menggunakan teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengan kurikulum yang sama, yang dinilai melalui ujian yang sama pula. Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah untuk digunakan oleh peserta didik juga sama bagi semua tingkatan pendidikan. Buku paket tersebut dapat dipadukan dengan buku lain yang sama materinya. Itu pun berlaku bagi pendidik kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran dengan tidak hanya menggunakan satu buku paket untuk satu mata pelajaran. Belajar secara klasikal cenderung menempatkan peserta didik dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan pelajaran. Upaya mengaktifkan peserta didik dapat menggunakan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain yang sesuai dengan materi pelajaran dan latar belakang kemampuan peserta 16 Muhammad Idris, model mengajar dalam pembelajaran: alam sekitar, sekolah kerja, individual, dan klasikal, lentera pendidikan, Vol. 15 No. 2 Desember 2012, h.262 didik. Model ini memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar individual dan kelompok serta pencapaian keterampilan sosial. Model ini juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang bersifat akademis.

3. Keterampilan Sosial Matematik

a. Pengertian Keterampilan Sosial Menurut Mujis dan Reynolds dalam Kadir, Keterampilan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk menempatkan diri dan berperan sesuai dengan kondisi yang ada di lingkungannya. Keterampilan ini sangat penting karena dari berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan yang cukup erat antara keterampilan sosial siswa dengan berbagai kemampuan lainnya seperti bekerjasama dalam suatu kelompok, berinteraksi dengan teman sebaya, menjalin pertemanan dengan orang baru, dan menangani konflik. Kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki siswa akan berdampak pada rendahnya prestasi akademik dan non akademik siswa di sekolah, cenderung kesepian dan menampakkan rasa percaya diri yang rendah, serta ada kemungkinan akan dropt-out dari sekolah. 17 Keterampilan sosial anak perlu dikembangkan agar anak memperoleh rasa percaya diri, bisa menghadapi berbagai masalah dan mencari solusinya, dan mudah diterima oleh anak lainnya. Melalui pengembangan keterampilan sosial, anak akan mudah bergaul dengan orang lain di lingkungan manapun dia berada. Anak yang mempunyai keterampilan sosial yang baik akan berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan secara tepat. Salah satu cara yang dapat diupayakan untuk menanamkan keterampilan sosial anak adalah dengan memberi kesempatan kepada anak untuk berlatih berinteraksi dengan anak lainnya dalam pembelajaran kelompok kecil. Kebiasaan siswa bermain dan bergaul bersama temannya dalam memecahkan masalah dan saling menerima cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi dibandingkan dengan anak yang 17 Kadir, Kemampuan Komunikasi Matematik dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal FKIP Unhalu Kendari, 2008, h. 344. sehari-harinya di rumah saja atau dalam pembelajaran klasikal tanpa interaksi dengan siswa lainnya. Winataputra dalam Iim, dkk., menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari jenis-jenis keterampilan yang lainnya harus menjadi target dalam proses pembelajaran, seperti keterampilan intelektual yang meliputi keterampilan berpikir kritis mengidentifikasi, mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalisis, mengevaluasi, dan mempertahankan sikap atau pendapat berkenaan dengan masalah-masalah publik. 18 Sedangkan menurut Chaplin dalam Yulia, keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada disekitarnya. 19 Lebih lanjut Janice J. Beaty dalam Yulia, menyebutkan bahwa keterampilan sosial atau disebut juga prosocial behavior mencakup perilaku- perilaku sebagai berikut: 1 Empati yang didalamnya anak-anak mengekspresikan berbagai macam perasaannya seperti: menunjukan rasa harunya dengan memberikan perhatian kepada seseorang yang sedang mengalami masalah dan mengungkapkan perasaan kepada orang lain yang sedang mengalami konflik sebagai bentuk bahwa ia ikut merasakan seperti yang sedang dialami orang lain. 2 Kemurahan hati atau kedermawanan seperti: berbagi atau memberikan suatu barang yang dimiliknya kepada orang lain. 3 Kerjasama seperti: ikut serta dalam membantu teman sekelompok dan menuruti perintah ketua kelompok dengan sukarela tanpa ada perselisihan, dan 18 Iim Masyitoh, dkk., Model Pembelajaran Curah Pendapat Untuk Meningkatkan Partisipasi Dan Keterampilan Sosial Mahasiswa, Jurnal UPI, 2010, h. 778. 19 Yulia, Penerapan Metode Bermain Peran Role Playing dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, Jurnal ISSN 1412-565X , Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, h.32.

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe match mine terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (quasi eksperimen di SMP Islam al-azhar)

11 106 89

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA (Penelitian Quasi Eksperimen di SMP Madani Depok)

0 8 150

Analisis Wacana Argumentasi Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Konsep Virus Kelas X (Penelitian Deskriptif Di Sma Negeri 9 Kota Tangerang Selatan)

1 7 275

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Accelerated Instruction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 01 Sepanjang Kecama

0 1 16

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL J

0 2 18

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE

0 1 32