Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang
melukiskan prosedur
sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
b Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang. Sejak
zaman dahulu kala, para guru telah membolehkan atau mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerjasama dalam tugas-tugas kelompok tertentu, dalam diskusi
atau debat kelompok, atau dalam bentuk-bentuk kerja kelompok, atau dalam kegiatan belajar tambahan lainnya. Arends dalam Trianto, menyeleksi enam
macam model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar, masing-masing model pembelajaran tersebut antaralain: presentasi, pengajaran
langsung direct instruction, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif atau berkelompok, pengajaran berdasarkan masalah problem base instruction, dan
diskusi kelas.
6
Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu yang
memungkinkan para siswa bekerjasama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika
kelompoknya mencapai suatu keberhasilan. Menurut Riyanto pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan
kecakapan akademik academic skill, sekaligus keterampilan social social skill termasuk interpersonal skill.
7
Sedangkan Widyantini menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang didalamnya berisi kelompok-
kelompok belajar. Setiap siswa yang ada dalam kelompok tersebut mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda yaitu tinggi, sedang dan rendah, jika
6
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 53.
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 271.
memungkinkan anggota kelompok bisa dibentuk dari ras, budaya, dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga pengetahuan dan keterampilan yang telah dibuat dapat
tercapai dengan maksimal.
8
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang akhir- akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk
digunakan. Slavin dalam buku Sanjaya, mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat meningkatkan
kemampuan hubungan
social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan
masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
9
Metode ini biasanya bersifat informal, tidak berstruktur, dan hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Namun demikian, sejak dua puluh tahun
yang lalu, telah dilakukan beberapa penelitian yang signifikan terhadap teknik- teknik lama ini. Untuk pertama kalinya, strategi kooperatif mulai
dikembangkan, bahkan, lebih dari itu, mulai di evaluasi dalam berbagai konteks pengajaran yang lebih luas. Sebagai hasil dari sekian tahun penelitian dan
aplikasi praktis dari ratusan ribu guru, keberadaan metode-metode pembelajaran kooperatif yang efektif kini sebenarnya hadir untuk berbagai keperluan
pengajaran yang ada. Lebih jauh lagi, kini kita tahu betapa banyaknya pengaruh pebelajaran kooperatif terhadap siswa dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan
untuk membuat pembelajaran kooperatif yang efektif, khususnya untuk pencapaian prestasi.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
8
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 3.
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: kencana, 2011, h. 242.
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut.
Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa
didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial. Menurut Riyanto, ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
10
1 Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam
pencapaian tujuan. 2 Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan
saling berhadapan. 3 Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus
belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.
4 Use collaborativesocial skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu
adanya bimbingan guru. 5 Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka
bekerja secara efektif. Sedangkan Menurut Nur dalam Widyantini, prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
11
1 Setiap anggota kelompok siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
10
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, h. 270.
11
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 4.
2 Setiap anggota kelompok siswa harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3 Setiap anggota kelompok siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4 Setiap anggota kelompok siswa akan dikenai evaluasi. 5 Setiap anggota kelompok siswa berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6 Setiap anggota
kelompok siswa
akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dengan demikian bukanlah suatu cooperative environment meskipun beberapa siswa duduk bersama namun bekerja secara individu dalam
menyelesaikan tugas, atau seorang anggota kelompok menyelesaikan sendiri tugas
kelompoknya. Cooperative
learning lebih
merupakan upaya
pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok
akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan, atau menerima kritikan yang membangun, dan siswa
merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaannya salah. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling menyampaikan
pendapat, saling
memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Selanjutnya Widyantini,
menyatakan bahwa terdapat 6 langkah yang harus dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, antaralain:
12
12
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 5.
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2 Guru menyajikan informasi tentang materi yang akan dipelajari kepada siswa.
3 Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.
5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6 Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. Berbeda dengan pendapat Widyantini, Rusman menyatakan bahwa
prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:
13
1 Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok- pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2 Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya. 3 Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa melalui tes
atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan
kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya
“Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai
13
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu: Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalsme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 212.
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelom
poknya”. 4 Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol
atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi lebih baik lagi. Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan, dalam hal ini Wina
Sanjaya menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran model kooperatif atara lain:
14
1 Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain..
2 SPK dapat mengembangkan kemampuanmengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide yang lain. 3 SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannyaserta menerima segala perbedaan.
4 SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5 SPK merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
6 Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7 SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Poses Pendidikan,, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011 h. 249-250
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok
kecil siswa yang bekerjasama dan belajar bersama dengan saling membantu satu dengan yang lainnya secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. c Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated
Instruction TAI Model ini diperkenalkan pertama kali oleh Slavin, ia membuat model ini
dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan
tekanan pada efek social dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan
belajar siswa secara individual. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling
dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. Anggota
tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman se-tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban
pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. Diskusi ini terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman
sekelompoknya. Dalam model pembelajaran TAI, siswa memasuki sekuan individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan
tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja
pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, guru dapat
menghabiskan waktu di dalam kelas untuk menyampaikan pelajaran kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang belajar pada tingkat
yang sama dalam sekuen matematika. Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen. Kedelapan
komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1 Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa, 2 Placement Test,
yakni pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, 3 Student
Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya, 4 Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara
individual kepada siswa yang membutuhkannya, 5 Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian
criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan memberikan dorongan semangat kepada kelompok yang dipandang kurang
berhasil dalam menyelesaikan tugas, 6 Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, 7 Facts
Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, dan 8 Whole Class Units, yaitu pemberian materi kembali di akhir waktu
pembelajaran oleh guru dengan strategi pemecahan masalah. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI dijelaskan oleh
Widyantini sebagai berikut:
15
15
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006, h. 9.
1 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2 Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3 Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 –
5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4 Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok. 5 Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6 Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. 7 Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya terkini.
Pada implementasi pembelajaran kooperatif struktur TAI ini, siswa dapat bekerjasama dalam kelompok dyad terdiri dari dua orang, triad kelompok tiga
orang, atau menurut Slavin sampai 4-6 orang. Mereka belajar untuk menjawab sejumlah masalah atau pertanyaan yang ada dalam suatu paket pembelajaran
serta diberikan kewenangan memberikan nilai kepada hasil kerja temannya dalam tim yang sama. Kemudian mereka diberikan kuis. Hasil kuis ini dinilai
oleh kelompok lain dan selanjutnya dilaksanakan tinjauan oleh salah seorang siswa dalam kelompok yang bertindak sebagai pemantau monitor. Setelah
tinjauan ini selesai dan disetujui oleh para siswa dalam kelompoknya, mereka dapat mengerjakan tes akhir final test dan mendapatkan skor final setelah
selesai mengerjakan tes akhir. Para siswa yang memperoleh skor positif akan mendapatkan penghargaan bagi hasil karyanya.