PENDAHULUAN Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Keterampilan Sosial Matematik Siswa Kelas 8 di SMP Negeri 3 Tangerang (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 3 Tangerang)
Potensi siswa perlu diorganisir dan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran matematika sehingga dapat dikolaborasi dengan nilai-nilai matematika yang logis,
konsisten, dan sistematis. Nilai-nilai matematika ini akan menjadi modal utama siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai permasalahan hidup. Untuk
memanfaatkan keragaman siswa tersebut dapat dikembangkan pembelajaran matematika dengan model interaktif. Melalui pembelajaran dengan model
interaktif siswa dapat melatih diri untuk berkomunikasi dan terampil dalam menjalani kehidupan sosial di kelas.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa sehingga mendorong partisipasi aktif siswa untuk berinteraksi dengan guru, siswa
lainnya, dan dengan materi matematika. Interaksi maksimal ketiga komponen ini berdampak pada meningkatnya efektifitas pembelajaran. Pembelajaran dikatakan
efektif jika dapat memaksimalkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman, daya serap, dan keterampilan berpikir mereka
meningkat. Pembelajaran seperti ini dapat dilaksanakan dengan: 1 pembelajaran
kelompok kecil; 2 memberikan masalah yang menarik dan menantang; 3 merancang strategi diskusi untuk dapat memaksimalkan interaksi siswa di
kelompok dan di kelas; 4 memberi perhatian kepada siswa yang kurang memiliki keterampilan berbagi, keterampilan berpartisipasi, keterampilan
menyusun kata-kata, dan keterampilan mendengar; dan 5 menggunakan teknik scaffolding untuk membimbing siswa memecahkan masalah.
1
Pembelajaran matematika di sekolah seharusnya dapat mencetak peserta didik untuk memiliki kemampuan komunikasi matematik dan keterampilan
sosial. Kedua kemampuan ini penting dikembangkan karena semakin kompleksnya permasalahan kehidupan yang akan dihadapi siswa pada masa
mendatang. Siswa dapat mengatasi masalah tersebut jika mampu menempatkan
1
Kadir, Kemampuan Komunikasi Matematik dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal FKIP Unhalu Kendari, 2008, h. 339.
dirinya secara baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Ketika berinteraksi, siswa membutuhkan sikap dan pola pikir yang logis, konsisten dan sistematis.
Di dalam Standar Isi SI mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran
matematika di sekolah adalah agar siswa mampu
2
: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian pembelajaran matematika disekolah baik untuk jenjang dasar maupun menengah hendaknya tidak keluar dari tujuan yang telah dirumuskan
pada standar isi. Menurut teori metakognisi bahwa siswa yang belajar mestinya akan
memiliki kemampuan tertentu untuk mengatur dan mengontrol apa yang dipelajarinya. Secara rinci Uno dalam buku Ibrahim dan Suparni,
menyatakan bahwa kemampuan itu meliputi kemampuan pemecahan
2
Sri Wardhani, Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMPMTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika, Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008, h. 2.
masalah, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif.
3
Apabila keempat kemampuan tersebut dapat dikembangkan kepada siswa disekolah melalui proses pembelajaran, dapat diperkirakan bahwa kualitas hasil
belajar siswa paling tidak memenuhi tuntutan masyarakat bangsa ini. Jika ini terwujud maka siswa yang dilahirkan dari sekolah menengah SMP dan SMA
akan menjadi keluaran pendidikan yang memiliki sikap kemandirian dalam berpikir, berani mengambil keputusan, serta memiliki kreativitas yang tinggi.
Selama ini kita masih menyaksikan keluaran pendidikan yang ternyata belum memadai dalam hal keempat kemampuan itu. Hal ini disebabkan siswa yang
dididik sampai saat ini berada pada paradigma lama, yaitu paradigma yang monoton. paradigma ini mempunyai ciri yaitu penggunaan strategi pembelajaran
yang seragam dan sumber belajar yang hanya mengandalkan dari buku paket yang seragam.
Realita di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah terkesan kurang bervariatif dan kurang melibatkan siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga interaksi-interaksi sosial antar siswa tidak berjalan. Sebab kemampuan berupa interaksi-interaksi sosial ini penting
dikembangkan karena semakin kompleksnya permasalahan hidup yang akan dihadapi siswa pada masa mendatang. Siswa dapat mengatasi masalah tersebut
jika mampu menempatkan dirinya secara baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Ketika berinteraksi, siswa membutuhkan sikap dan pola pikir yang logis,
konsisten dan sistematis. Nilai-nilai ini dapat diperoleh siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk menempatkan diri dan berperan sesuai dengan kondisi yang ada di lingkungannya.
Keterampilan ini sangat penting karena dari berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan yang cukup erat antara keterampilan sosial
3
Ibrahim dan Suparni, Strategi Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: Teras, 2009, h. 33.
siswa dengan berbagai kemampuan lainnya seperti bekerjasama dalam suatu kelompok, berinteraksi dengan teman sebaya, menjalin pertemanan dengan orang
baru, dan menangani konflik. Kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki siswa akan berdampak pada rendahnya prestasi akademik dan non akademik siswa di
sekolah, cenderung kesepian dan menampakkan rasa percaya diri yang rendah, serta ada kemungkinan akan dropt-out dari sekolah.
4
Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus dirancang untuk mendorong partisipasi siswa berinteraksi dengan guru, siswa lainnya, dan dengan
materi matematika. Interaksi maksimal ketiga komponen ini berdampak pada meningkatnya efektifitas pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan guru bidang
studi matematika di SMP Negeri 3 Tangerang bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti pelajaran matematika menyatakan bahwa pembelajaran matematika di
kelas hanya duduk pasif, mereka tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Sehingga yang terjadi hanya transfer ilmu pengetahuan dan siswa menjadi jenuh dan bosan
dalam belajar. Padahal keberhasilan pembelajaran matematika di kelas seharusnya diawali dengan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan aktif sehingga
siswa dapat memahami pelajaran. Interaksi-interaksi sosial baik antar siswa dengan siswa atau antar siswa dengan guru tidak terlihat saat proses pembelajaran
matematika berlangsung. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, dalam pembelajaran
matematika harus digunakan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team
Accelerated Instruction TAI. Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual.
Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
4
Kadir, Kemampuan Komunikasi Matematik dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal FKIP Unhalu Kendari, 2008, h. 344.
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction TAI Terhadap Keterampilan Sosial Matematik Siswa Kelas 8 di SMP Negeri 3
Tangerang ”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Metode pengajaran yang digunakan guru kurang bervariatif. 2. Siswa kurang aktif saat belajar matematika.
3. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika. 4. Interaksi-interaksi sosial antar siswa dengan siswa tidak tumbuh.
5. Hasil belajar matematika siswa rendah.
C.
Pembatasan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian
ini adalah: 1. Keterampilan sosial matematik siswa dilihat pada dua aspek yaitu
aspek kemampuan dan aspek sikap. 2. Pembahasan keterampilan sosial matematik siswa yaitu yang diberi
permasalahan sosial dan konflik dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction
TAI dan model pembelajaran klasikal.
5
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006, h. 8-9.
3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas 8 yaitu kelas 8.2 dan 8.3 di SMP Negeri 3 Tangerang.
4. Materi yang dibahas adalah Lingkaran.
D.
Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peniliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI terhadap keterampilan sosial matematik
siswa? 2. Bagaimana respon sikap keterampilan sosial siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dengan siswa yang diajar dengan menggunakan
model klasikal?
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TAI. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI
terhadap keterampilan sosial matematik siswa. 2. Mengetahui respon sikap keterampilan sosial siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran klasikal.
F.
Manfaat Penelitian
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
keterampilan sosial matematik siswa, maka diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi Siswa Hasil dari pembelajaran siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan keterampilan sosial matematik siswa.
2. Bagi Guru Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat digunakan sebagai
model alternatif yang dapat meningkatkan keterampilan sosial matematik siswa pada proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah Sekolah dapat merekomendasikan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan keterampilan sosial matematik siswa bahkan untuk mata pelajaran lain.
4. Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dalam meningkatkan keterampilan sosial metematik.
5. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pembaca untuk diteliti
lebih lanjut.
10