H :
tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe habitat 2.
H
1
: ada perbedaan keanekaragaman jenis burung pada tipe habitat 1 dan tipe habitat 2.
Jika t hitung t tabel, maka terima H Jika t hitung t tabel, maka tolak H
dan terima H
1
, dengan: Penghitungan digunakan Software Minitab 14.
3.5.3 Jenis dan Struktur Pakan
Analisis jenis dan struktur pakan burung berdasarkan MacKinnon 1993 yang menyatakan jenis pakan burung dapat dikelompokan menjadi tujuh
kelompok yaitu serangga insectivora, buah frugivora, daging carnivora, biji granivora, ikan piscivora, nektar nectarivora dan bagian tumbuhan lain
seperti daun, kuncup, bunga danatau batang herbivora. Selain memiliki jenis pakan yang tunggal satu jenis pakan, burung juga memiliki kombinasi pakan.
3.5.4 Analisis Profil Vegetasi
Pengukuran dilakuan terhadap kedudukan vegetasi, penutupan tajuk. Arah tajuk, tinggi tajuk, tinggi pohon, dan tinggi bebas cabang. Profil ini digunakan
untuk mengetahui komponen penyusun habitat yang mendukung kehidupan burung.
3.5.5 Analisis Vegetasi
Rumus yang digunakan pada analisis vegetasi yaitu: INP untuk tingkat pohon dan tiang diperoleh dengan persamaan INP = KR + DR + FR, sedangkan
INP tingkat semai dan pancang diperoleh dengan persamaan INP = KR + FR. Rumus untuk INP tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Kerapatan PohonHa
• Kerapatan Relatif KR
100
• Frekuensi F
01 1
• Frekuensi Relatif FR
2 2
100
• Dominansi 5
6
-Ha
8 9
01 1
• Dominansi Relatif DR
:1 :1
100
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation TWNC yang dikenal dengan nama Tambling merupakan wilayah bagian dari kawasan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan TNBBS terletak diujung selatan TNBBS. Secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanggamus Tampang dan
Kabupaten Lampung Barat Belimbing, sedangkan menurut administrasi pengelolaan termasuk dalam wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN
III Sukaraja TNBBS. Kawasan TWNC mempunyai areal luas ± 45.000 ha, termasuk ± 15.000 ha berupa cagar alam laut dan bagian lainnya berupa daratan
berhutan dari luas lahan TNBBS yang sekitar adalah 356.800 hektar. Secara geofrafis TWNC terletak pada 5°43’5”-5
o
58” LS dan 104
o
27’9”-104
o
46’4” BT Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
4.2 Topografi dan Geologi
Kawasan TWNC terletak diujung selatan dari TNBBS, sehingga memiliki topografi yang cukup datar, landai, bergelombang, beberapa bukit-bukit curam
dengan ketinggian berkisar antara -25-175 m dpl. Berdasarkan Peta Lereng dan Kemampuan Tanah Provinsi Lampung, kawasan Taman Nasional dan TWNC ini
merupakan daerah yang labil karena terletak pada zona sesar utama Sumatera Zona Sesar Semangka Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam, 2004. Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menurut Peta Geologi
Sumatera yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah 1965, terdiri dari batuan endapan miosin bawah, neogen, paleosik tua, aluvium, batuan vukanik recent,
kuatener tua, andesit tua, basa intermediet dan batuan plutonik batuan asam. Batuan yang tersebar paling luas adalah batuan vulkanik yang berada di bagian
tengah dan utara Taman Nasional Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
4.3 Tanah dan Air
Berdasarkan peta tanah yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor 1976, tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu aluvial, rensina,
latosol, podsolik merah kuning dan dua jenis andosol. Sebagian besar tanah di kawasan TNBBS adalah jenis Podsolik Merah Kuning yang labil dan rawan erosi.
Sebagian besar sungai yang mengalir ke arah barat daya dan bermuara di Samudera Indonesia, sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka.
Dibagian ujung selatan TWNC terdapat danau yang dipisahkan oleh pasir pantai selebar puluhan meter, yaitu Danau Menjukut 150 ha yang bersebelahan dengan
Danau Sei Leman. Sementara bagian tenggara, selatan dan barat Taman Nasional dikelilingi oleh perairan, yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan
Samudera Indonesia Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
4.4 Iklim
Kawasan TNBBS dikelompokkan menjadi dua zona iklim. Bagian Barat Taman Nasional mempunyai curah hujan antara 3000-3500 per tahun dan bagian
Timur Taman Nasional antara 2500-3000 mm per tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS termasuk tipe iklim A
basah dengan lebih dari 9 sembilan bulan basah per tahun dan di bagian timur termasuk tipe iklim B yang lebih kering dari tipe A dan mempunyai 7 tujuh
bulan basah per tahun Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.
Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari bulan Juni sampai Agustus. Bulan agak kering adalah bulan
September sampai Oktober. Jumlah hari hujan di musim penghujan rata-rata tiap bulannya 10-16 hari dan di musim kemarau 4-8 hari. Keadaan angin musim hujan
lebih besar dari musim kemarau dan Taman Nasional mempunyai kelembaban udara antara 80 sampai 90 dan suhu berkisar 20
o
-28
o
C Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004.