103
yang merupakan lembaga pemerintah yang mengelola zakat. Peran BAZNAS untuk Rumah Pintar yaitu pendanaan samapai pada tataran operasional. Peran
FTP UGM yaitu sebagai pihak akademisi yang membantu dalam pengembangan teknik dan teknologi pertanian serta penyediaan peralatan
pertanian yang mutakhir untuk Rumah Pintar. Pedagang sayur berperan membeli hasil panen masyarakat dengan harga wajar karena bila dijual di
pasar lokal harganya sangat murah. PLUT DIY sebagai konsultan UKM dan membantu penyelengaraan program pertanian khususnya dalam penyuluhan
pertanian. Kemitraan dalam pemberdayaan masayarakat sangatlah penting. Seperti
di ungkapkan oleh Ambar Teguh 2004: 94, menciptakan keberdayaan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta,
maupun masyarakat melalui mekanisme kemitraan yang serasi selaras dan seimbang. Ide dasar kemitraan tersebut dimunculkan sebagai kritik
pendekatan pembangunan yang bersifat
topdown, yang kemudian memposisikan pemerintah sebagai aktor dominan, dan pemberdayaan kaum
lemah. Dari pendapat Ambar Teguh diatas, menunjukan pentingnya kemitraan
dalam pemberdayaan masyarakat. pemberdayaan masyarakat adalah tanggung jawab bersama oleh karena itu kerjasama antar lembaga yang berkepentingan
dapat meningkatkan hasil pemberdayaan yang maksimal. Kemitraan yang dilakukan Rumah Pintar “Pijoengan” merupakan sebuah kemitraan untuk
pemberdayaan masyarakat. Kemitraan yang dilakukan tersebut sudah tepat
104
karena dengan kemitraan dengan lembaga-lembaga yang sudah maju tentu sangat mendukung pemberdayaan masyarakat melalui sentra pertanian yang
selama ini dilakukan oleh Rumah Pintar “Pijoengan”.
b. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melalui sentra pertanian berasal dari masyarakat petani sendiri. Petani di Desa Srimartani
sudah diberikan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai akan tetapi kemauan untuk maju masih kurang. Hal ini berakibat pada hanya sebagian
saja petani
yang sudah
mengikuti penyuluhan
pertanian yang
mempraktekanya. Pola pikir petani yang masih tradisional menjadi salah satu penyebab
sulitnya masyarakat petani susah untuk beradaptasi dengan teknologi yang di perkenalkan oleh Rumah Pintar “Pijoengan”. Perubahan pola pikir tersebut
perlu proses dan tahapan-tahapan yang cukup lama dan tidak bisa instan. Cara bertani masyarakat yang sudah puluhan tahun tidak bisa langsung dirubah
hanya satu atau dua bulan. Perlu keseriusan dan kesinambungan program pertanian untuk mengatatasi hambatan ini.
Hambatan diatas sesuai dengan pendapat Sumaryadi dalam Ali Anwar Yusuf, 2014: 2 yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat salah satunya
yaitu ketergantungan adalah budaya, dimana masyarakat sudah terbiasa berada dalam hirarki, birokrasi dan kontrol manajemen yang tegas sehingga membuat
mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas.
105
Teknik pertanian tradisional yang sering digunakan oleh petani sudah membudaya di masyarakat. Pola pertanian tradisional yang menjadi rutinitas
dalam praktek pertanian sulit untuk dirubah. Pola tersebut sudah terstruktur sehingga perlu waktu lama untuk mengubahnya.
Hal inilah yang menyebabkan hanya sebagian petani yang mau mempraktekan berbagai teknik
pertanian baru yang diperkenalkan Rumah Pintar “Pijoengan” melalui sentra pertanian.
Sosialisasi Rumah Pintar “Pijoengan” khususnya sentra pertanian juga menjadi hal yang penting. Banyaknya masyarakat yang belum tahu tentang
Rumah Pintar “Pijoengan” beserta fungsinya. Hal ini menunjukan kurangnya sosialisasi yang dilakukan pihak Rumah Pintar. Sosialisasi program Rumah
Pintar “Pijoengan” mutlak dilakukan terutama untuk masyarakat Desa Srimartani yang merupakan sasaran utama Rumah Pintar ini.
Kurang tersosialisasikanya Rumah Pintar tentu berdampak pada sentra pertanian. Sentra pertanian dapat sangat bermanfaat bagi masyarakat jika
dapat tersosialisasikan dengan baik. Kondisi masyarakat Desa Srimartani yang mayoritas berprofesi sebagai petani akan sangat bermanfaat jika semua
masyarakat mengetahui kegiatan yang ada di sentra pertanian. .
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui sentra pertanian dengan berbagai
layanan kegiatan seperti demplot pertanian, penyuluhan
pertanian, dan penyediaan peralatan pertanian. Proses pemberdayaan masyarakat di sentra pertanian melalui layanan pemberdayaan masyarakat
melalui peningkatan kemampuan serta membangkitkan kesadaran
masyarakat akan potensi yang dimiliki sehingga dapat mandiri dan meningkat taraf hidupnya.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan masyarakat melaui sentra pertanian di Rumah Pintar “Pijoengan” yaitu a Faktor
pendukung pemberdayaan masyarakat melalui sentra pertanian berasal dari dukungan dari lembaga-lembaga yang menjadi mitra sentra pertanian
di Rumah Pintar “Pijoengan”. Lembaga-lembaga mitra sentra pertanian di Rumah Pintar “Pijoengan yaitu
SIKIB, BAZNAS, PLUT
DIY, Kemendikbud Dirjen PAUDNI dan FTP UGM. b Faktor penghambat
dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yaitu hanya sebagaian petani yang menikuti berbagai layanan di sentra pertanian yang
mempraktekan dan kurangya sosialisasi sentra pertanian kepada semua petani.