3. Teknik Pembelajaran Metode Amtsilati dan Pasca Amtsilati
Sebelum membahas sistematika pembelajaran metode Amtsilati, perlu diketahui dahulu tentang pembagian penggunaan kitab Amtsilati. Dari 1 paket
kitab Amtsilati yang terdiri dari 10 jilid. Adapun prosedur penggunaan jilidnya yakni; 5 jilid Amtsilati dipakai secara bertahap atau berurutan, setelah jilid 1
selesai, baru naik ke jilid 2, dan seterusnya sampai jilid 5. Tetapi untuk naik ke jilid yang selanjutnya, peserta didik harus melalui tes tulis terlebih dahulu, yang
berupa pengisian soal-soal jilid yang sudah dilaluinya, Besertaan dengan pembelajaran dari 5 jilid tersebut, diiringi dengan pemahaman rumus
qa’idah yang terdapat di dalam jilid
qa’idati, serta penghafalan dalil-dalil dari ringkasan Alfiyah Ibnu Malik yang terdapat pada jilid khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, dan
terakhir adalah sesi tes, evaluasi, atau praktek yang menggunakan 2 jilid tatimmah, adapun penggunaan sharfiyah yakni pada saat peserta didik mulai pada
jilid ke-4 Amtsilati.
9
Teknik pembelajaran metode Amtsilati, ialah sebagai berikut: 1.
Dalam waktu 1 minggu sampai 10 hari diusahakan peserta didik menyelesaikan 1 jilid. Jika ada peserta didik yang susah menyelesaikan
Amtsilati dalam satu jilid, maka sebaiknya anak tersebut ditinggal saja, maksudnya anak tersebut tetap mempelajari sampai dia menyelesaikan
Amtsilati pada jilid yang dia pelajari. 2.
1 kali pertemuan membutuhkan waktu 45 menit, dengan rincian, 10 menit pertama untuk mengulangi rumus qoidah pelajaran sebelumnya yang
termuat dalam jilid qa’idati, kemudian dalam 25 menit yang selanjutnya, untuk mempelajari materi baru, dan 10 menit setelahnya untuk menghafal
rumus qaidah yang telah dipelajari. 3.
Dalam 1 hari terdapat 3-4 kali pertemuan.
10
4. Tes dalam pembelajaran Amtsilati dilakukan, setelah peserta didik
menyelesaikan 1 jilid Amtsilati yang semuanya berjumlah 5 jilid, dan tes tersebut dilakukan dengan tes tulis. Peserta didik dinyatakan “lulus”
9
Umarela, op. cit., h. 20, t.d.
10
Hakim, op. cit., h. 13.
apabila, nilai dari tes yang telah ia kerjakan mencapai nilai sembilan koma sekian,
9,…, sebaliknya apabila ada peserta didik yang nilainya kurang dari sembilan maka dinyatakan “tidak lulus”.
5. Setelah semua pembelajaran Amtsilati selesai, maka dilakukan tes akhir.
Tes dilakukan secara tertulis dan lisan atau praktek, dan ditempatkan pada ruangan khusus tes. Dan apabila peserta berhasil dalam tes dan praktik,
maka peserta didik tersebut berhak melanjutkan ke program pasca Amtsilati.
Metode ini termasuk dalam metode pembelajaran aktif, karena siswasantri akan selalu berkomunikasi atau berdialog selama proses pembelajaran
berlangsung, baik dengan guruustadznya maupun dengan sesama siswa. Siswa juga aktif dalam hal persaingankompetisi kenaikan kelas, karenanya siswa harus
rajin dalam belajar dan hafalan. Siswa yang tidak lulus tesujian bisa langsung mengikuti tesujian apabila sudah siap dan menguasai materi.
11
Berikut ini adalah skema ruangan atau skema kenaikan kelas pembelajaran metode Amtsilati:
Gambar 2.1 Skema Ruangan atau Skema Kenaikan Kelas Pembelajaran
Amtsilati
11
Hakim, op. cit., h. 32
Model pembelajaran pasca Amtsilati, adalah perpaduan antara pembelajaran sistem lamaklasik dan modern, sistem lama yakni dengan metode
bandonganwetonan, dan sorogan, yang memakan waktu dua tahun. Sedangkan sistem modern, yakni berbasis komunikasibahasa, dan memakan waktu satu
tahun.
12
Samsul Nizar mengutip pendapat dari Abasri yang menyatakan bahwa; metode bandonganwetonan adalah metode kuliah dimana para santri
mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu.
Pelajaran diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardlu. Di Jawa barat metode ini dikenal dengan metode
bandongan, sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah. Selanjutnya adalah metode sorogan, metode sorogan adalah metode dimana santri menghadap Kyai,
seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dalam keseluruhan metode
pendidikan Islam tradisional, sebab system ini menuntut kesabaran, kerajina, ketaatan, dan disiplin pribadi santrikendatipun demikian, metode ini diakui paling
intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya
jawab langsung.”
13
Selanjutnya dalam pembelajaran sistem modern, dimaksudkan peserta didik dapat menguasai ilmu bahasa dan komunikasi. Adanya sistem ini karena
menanggapi bahwa fenomena yang terjadi pada lulusan pondok pesantren tradisionalsalafi itu kurang menguasai ilmu bahasa atau percakapankomunikasi.
Program lanjutan pasca Amtsilati merupakan program penyempurna setelah lulus dari Amtsilati, karena Amtsilati adalah program yang bertujuan untuk
membaca kitab kuning dengan cepat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh KH. Taufiqul Hakim dalam bukunya, “Jangan pindah dari satu fan ke fan yang lain
sebelum fan itu sempurna.”
14
Dengan adanya program pasca Amtsilati maka diharapkan
peserta didik
akan memperoleh
pemahaman-pemahaman intelektualitas yang lebih, dan akan menjadi manusia yang beradab dan
berkarakter. Hal tersebut telah diketahui khalayak umum ma’lum, bahwa umat
yang berkarakter dan beradab serta hidup dalam kedamaian adalah keinginan dari semua orang, namun implementasinya yang kurang. Dengan kata lain untuk
12
Hakim, op. cit., h. 70.
13
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam “Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai Indonesia”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, cet. III, h. 258.
14
Hakim, op. cit., h. 67.
mencapai manusia yang berkarakter, yakni dengan ilmu atau dengan mengetahuimemahami akan hal yang baik dan buruk dalam kehidupan ini.
Sebagaimana firman Allah SWT:
....
“Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat, sungguh, Aku akan menjadikan di muka bumi seorang khalifah…” Qs. Al-Baqarah, 2:30
Seorang yang diangkat sebagai khalifah tentu tidak sembarangan, seorang khalifah sudah pasti berkarakter. Adi Hidayat
berpendapat bahwa, “tugas khalifah ialah menegakan nilai-nilai rabbani di muka bumi, sekaligus mengisi hidupnya
dengan ibadah, dan tugas ini hanyalah dibebankan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.
”
15
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani juga berpendapat bahwa “Siswa belajar berkarakter dengan cara menyerap ilmu
pengetahuan dan meneladani para guru ”, dan “ilmu pengetahuan merupakan
salah satu kebutuhan fitrah manusia, karena dengan ilmu pengetahuan, secara sadar atau tidak, manusia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
mempertahankan kehidupannya. ”
16
4. Kelebihan Metode Amtsilati