karakterbudi pekerti bangsa melalui pendidikan non-formal merupakan salah satu alternatif. Pendidikan karakterbudi pekertiakhlak mulia adalah pendidikan
perilaku, perilaku yang unggul dapat di bentuk dari kegiatan-kegiatan pendidikan dimasyarakat”.
29
Setelah kita mengetahui tentang dasar-dasar karakter, seperti halnya penjelasan
diatas, maka
berikut ini
merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya:
1. Karakter dipengaruhi oleh hereditas atau bawaannatur
2. Karakter dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk pendidikan dan keluarga.
Muchlas samani dan Hariyanto meyebutkan contoh dari factor yang mempengaruhi karakter,
“Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang
ora ninggal lanjaran” Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu
atau bambu tempatnya melilit dan menjalar. Kecuali itu lingkungan, baik lingkunan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter.
”
30
3. Hubungan Pembentukan Karakter dengan Tujuan Pendidikan
Karakter
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah Undang-Undang Sisdiknas
tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai luhur bangsa serta agama. Dengan demikian pembentukan karakter tidak
lepas dari peranan pendidikan nasional yang sedang mencanangkan bagaimana karakter bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam berada pada koridor-
29
Maswardi Muhammad Amin, , Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011, h. 67.
30
Samani, op. cit., h. 43.
koridor atau kaidah-kaidah ke-Islaman. Dan adapun tujuan pendidikan karakter meliputi:
1. Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab
2. Mengembangkan sikap mental yang terpuji
3. Membina kepekaan sosial anak didik
4. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh
dengan tantangan 5.
Membentuk kecerdasan emosional 6.
Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.
31
Menurut pengamat pendidikan, Sahrudin dan Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
semuanya dijiwai, oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila.
32
4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlakperilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad
SAW, yaitu: sidik, amanah, fatonah, dan tablig. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad SAW
juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lainnya. Ke empat sifat Rasul tersebut diartikan sebagai berikut :
1. Sidik yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah SAW
berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran.
2. Amanah yang berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah SAW dapat dipercaya oleh siapa pun, baik kaum muslimin maupun nonmuslim.
3. Fathonah yang berarti cerdaspandai, arif, luas wawasan, terampil, dan
professional. Artinya,
perilaku Rasulullah
SAW dapat
dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah. 4.
Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapapun yang menjadi lawan bicara Rasulullah SAW, maka orang tersebut akan mudah
31
Hamid, op. cit., h. 39.
32
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, Jakarta: Transmedia, 2011, h.105.
memahami apa yang dibicarakandimaksudkan oleh Rasulullah SAW.
33
Dalam kajian Pusat Pengkajian Pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia P3 UPI nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah
sebagai berikut. 1.
Jujur Perilaku jujur merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur dalam kamus Bahasa Indonesia dimaknai dengan lurus hati; tidak curang. Dalam
pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas
kenyataan dengan ucapan”, dengan kata lain “apa adanya”. Jujur sebagai seuah nilai merupakan keputusan seseoranguntuk mengungkapkandalam bentuk
perasaan, kata-kata atau perbuatan bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kata
jujur identik dengan “benar” yang antonimnya adalah “salah”. Maka jujur lebih dekat dikorelasikan dengan kebaikankemaslahatan. Kemaslahatan memiliki
makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat.
Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang berperilaku jujur diantaranya: a.
Jika bertekadinisiasi keputusan untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
b. Jika berkata tidak berbohongbenar apa adanya
c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang
dilakukannya.
34
Sedangkan menurut Nurla Isna Aunillah, mengatakan bahwa “penanaman kejujuran bagi peserta didik sejak dini dapat dilakukan saat ia masih duduk di
bangku sekolah dasar. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa sekolah dasar dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Dan selain
guru, orang tua juga memegang peranan penting dalam menumbuhkan karakter jujur bagi peserta didik. Oleh sebab itu, sekolah perlu melakukan kerja sama
33
Kesuma, op. cit., h. 11.
34
Kesuma, op. cit., h. 16.
yang intensif dengan keluarga peserta didik ”. Serta Mansur Umar menambahkan
bahwa keteladanan merupakan faktor yang sangat penting d ilakukan oleh guru dan orang tua dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Sebab,
sikap tidak jujur dan berbohong yang dilakukan olehnya seringkali dipengaruhi oleh tingkah laku orang lain. Dengan ungkapan lain, sikap tidak jujur dan suka
berbohong merupakan hasil peniruan dari orang lain.
35
2. Kerja keras
Perilaku kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekejaan yang menjadi tugasnya sampai
tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah kepada visi besar yang harus dicapai untuk
kebaikankemaslahatan manusia dan ligkungannya. Mengingat arah dari dari istilah kerja keras, maka upaya untuk kemaslahatan manusia dan lingkungannya
merupakan upaya yang tiada hentinya. 3.
Ikhlas Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang artinya “murni”, “suci”, “tidak
bercampur”, “bebas” atau pengabdian yang tulus”. Dalam kamus bahasa Indonesia, Ikhlas memiliki arti tulus hati;dengan hati yang bersih dan jujur.
Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Para ulama bervariasi
dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Ada yang mendefinisikan ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk
Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan
wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang mengatakan bahwa ikhla
s adalah “membersihkan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka engkau
membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan komentar mereka tentang perbuatanmu itu.
Perilaku yang mencerminkan ikhlas memiliki sejumlah karakter, yaitu: a.
Konsistensi yang kuat dari waktu ke waktu dan dari satu kondisi ke
35
Aunillah, op. cit., h. 49-52.
kondisi lainnya. Konsistensi sebagai ciri ikhlasnya seseorang bukan dari cara pemecahan masalah yang dihadapi, tetapi perilaku seseorang yang
memihak kepada yang benar tidak berubah dan terus melakukan apapun yang dihadapi yang bersangkutan sebagai konsekuensi dari tindakan yang
dilakukannya.
b. Pengharapan dan kepuasan bagi pelaku adalah keridhaan dari Tuhannya,
bukan dari siapa pun. Hal ini sangat berguna untuk evaluasi diri kita dalam mengidentifikasi perilaku yang kita lakukan, apakah karena Allah atau
karena makhluknya.
c. Memiliki karakteristik kebermutuan yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Artinya, perilaku yang diperbuat oleh yang bersangkutan selalu diperbaiki dari waktu ke waktu. Dengan demikian jika perilaku seseorang tidak ada
perbaikan seiring dengan bertambahnya waktu, maka perilaku tersebut kemungkinan besar bukan didasari oleh keikhlasan atau mengharap ridha
Allah SWT.
36
Muchlas Samani dan Hariyanto, menambahkan dalam bukunya, tentang domain budi pekerti Islami yang dikutip dari Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagaimana yang telah tersusun dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1 Domain Budi Pekerti Islami
Terhadap Tuhan Terhadap Diri
Sendiri Terhadap
Keluarga Terhadap Orang
Lain Terhadap
Masyarakat dan Bangsa
Terhadap Alam Lingkungan
1. Iman
dan Takwa
2. Syukur
3. Tawakal
4. Ikhlas
5. Sabar
6. Mawas diri
7. Disiplin
8. Berpikir jauh
ke depan 9.
Jujur 10.
Amanah 1.
Adil 2.
Jujur 3.
Mawas diri 4.
Disiplin 5.
Kasih sayang 6.
Kerja keras 7.
Pengambil resiko
8. Berinisiatif
9. Kerja cerdas
10. Kreatif
11. Berpikir jauh ke
1. Adil
2. Jujur
3. Disiplin
4. Kasih sayang
5. Lembut hati
6. Berpikir jauh
kedepan 7.
Berpikir konstruktif
8. Bertanggung
jawab 9.
Bijaksana 1.
Adil 2.
Jujur 3.
Disiplin 4.
Kasih sayang 5.
Lembut hati 6.
Bertanggung jawab
7. bijaksana
8. Menghargai
9. Pemaaf
10. Rela
berkorban 1.
Adil 2.
Jujur 3.
Disiplin 4.
Kasih sayang 5.
Kerja keras 6.
Lembut hati 7.
Berinisiatif 8.
Kerja cerdas 9.
Berpikir jauh ke depan
10. Berpikir
konstruktif 1.
Adil 2.
Amanah 3.
Disiplin 4.
Kasih sayang 5.
Kerja keras 6.
Berinisiatif 7.
Kerja keras 8.
Kerja cerdas 9.
Berpikir jauh ke depan
10. Berpikir
konstruktif
36
Kesuma, op. cit., h. 20.
11. Pengabdian
12. Susila
13. Beradab
depanbervisi 12.
Berpikir matang
13. Bersahaja
14. Bersemangat
15. Berpikir
konstruktif 16.
Bertanggung jawab
17. Bijaksana
18. Cerdik
19. Cermat
20. Dinamis
21. Efisien
22. Gigih
23. Tangguh
24. Ulet
25. Berkemauan
keras 26.
Hemat 27.
Kukuh 28.
Lugas 29.
Mandiri 30.
Menghargai kesehatan
31. Pengendalian
diri 32.
Produktif 33.
Rajin 34.
Tekun 35.
Percaya diri 36.
Tertib 37.
Tegas 38.
Sabar 39.
Ceriaperiang 10.
Hemat 11.
Menghargai kesehatan
12. Pemaaf
13. Rela
berkorban 14.
Rendah hati 15.
Setia 16.
Tertib 17.
Kerja keras 18.
Kerja cerdas 19.
Amanah 20.
Sabar 21.
Tenggang rasa 22.
Bela rasaempati
23. Pemurah
24. Ramah tamah
25. Sopan santun
26. Sportif
27. Terbuka
11. Rendah hati
12. Tertib
13. Amanah
14. Sabar
15. Tenggang rasa
16. Bela rasa
17. Pemurah
18. Ramah tamah
19. Sopan santun
20. Sportif
21. Terbuka
11. Bertanggung
jawab 12.
Bijaksana 13.
Menghargai kesehatan
14. Produktif
15. Rela
berkorban 16.
Serialoyal 17.
Tertib 18.
Amanah 19.
Sabar 20.
Tenggang rasa 21.
Bela rasa 22.
Pemurah 23.
Ramah tanah 24.
Sikap hormat 11.
Bertanggung jawab
12. Bijak sana
13. Menghargai
kesehatan dan kebersihan
14. Rela
berkorban
5. Landasan-Landasan Karakter Islam