Latar belakang pendidikan dan latar belakang menjadi seorang Romo itu Saya ya biasa-biasa saja, setelah saya lulus SMA di magelang, kemudian saya
Katolik yang utuh itu sebetulnya perkawinan yang sakramen. Sakramen itu adalah tanda dan sarana kehadiran Allah di dunia yang menyelamatkan kita,
itulah sakramen. Dan khusus tentang perkawinan itu menjadi khas karena perkawinan antara orang Katolik yang dibaptis pria dan wanita cintanya,
warnanya, prinsip dasarnya, sama seperti cinta Ilahi. Maka suami istri, mempelai pria dan wanita itu di analogikan dengan cinta Kristus dengan
Grejanya. Maka Greja disebut mempelai Kristus, karna Kristus mencintai Greja sedemikian tulus, tuntas dan total, sehingga hendaknya suami istri juga
begitu. Jesus tidak akan pernah meninggalkan greja, Jesus tidak akan pernah mengkhianati Greja, Jesus tidak akan pernah berpaling dari Greja. Maka
perkawinan Katolik yang nilai-nilainya diturunkan dari situ, monogami tulen, bukan hanya monogami suksesif, artinya sekali selamanya, tak terceraikan,
karena tidak akan pernah ada perceraian antara kristus dengan grejanya. Monogami tulen artinya Kristus tidak pernah berkhianat, tidak pernah tidak
setia, dan tuntas. Kalau perkawinan sifatnya seperti itu, maka yang utuh adalah mereka yang memahami ini sebagai nilai-nilai dasarnya. Jika yang
ditanyakan apakah boleh orang Katolik mencintai orang Islam, Budha, dan lain-lain, tentu saja boleh. Karena Greja Katolik juga mengakui hak-hak asasi
manusia untuk membangun hidupnya, termasuk juga untuk jatuh cinta. Saya tidak akan mengatakan kamu tidak boleh jatuh cinta kepada si ini, Negarapun
tidak berhak sebetulnya, agama juga tidak berhak, karena hak asasi itu melekat pada manusia. Termasuk kebebasan beragama, kebebasan mencintai,
kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri, itu melekat secara hakiki pada
hak dan kewajiban manusia. Maka Greja juga tidak melarang seseorang untuk jatuh cinta pada seorang sebangsanya, sesukunya, seagamanya, tidak pernah
dalam hukum Greja. Maka berdasarkan pengakuan terhadap hak asasi manusia, hak yang paling mendasar itu, Greja mempunyai beberapa tipe
perkawinan, yaitu perkawinan Katolik dan perkawinan campur. Perkawinan campur itu masih dibagi menjadi dua, perkawinan beda Greja perkawinan
antara orang Katolik dengan Kristen yang lain dan perkawinan beda agama perkawinan antara orang Katolik dengan agama lain. Hal itu dibedakan
karena jika perkawinan campur beda Greja dasarnya iman tidak begitu jauh. Umpamanya antara katolik dengan Kristen lain sama-sama mengakui Tuhan
Jesus, Grejanya sama, prinsip-prinsip dasarnya sama, meskipun theologinya berbeda, tetapi perbedaannya tidak begitu besar. Meskipun dalam greja
Kristen yang lain perkawinan itu bukan sakramen. Kalau dalam greja Katolik perkawinan antara dua orang Katolik itu sakramen. Perkawinan campur itu
merupakan perkawinan beda Greja dan beda agama. Gradasinya berbeda juga antara dua orang Katolik yang sudah dibaptis dua-duanya secara Katolik itu
sakramen, itu yang mengikat mutlak janji-janji dan nilainya, seperti yang tadi dikatakan, sekali semumur hidup, tidak boleh cerai, monogami tulen, demi
kesejahteraan suami istri, keterbukaan untuk punya anak. Kalau kamu ingin menikah secara Katolik dan kamu mengatakan kalau kamu tidak ingin punya
anak, maka Romonya tidak akan mau menikahkan kamu, karena prinsip dasar adalah keterbukaan juga untuk progress, menjadi rekan sekerja Allah untuk
kelahiran baru, penciptaan baru. Kalau seseorang ingin menikah tetapi dia
tidak ingin punya anak, jangan menikah secara Katolik, menikahlah secara lain.
T: Apakah ada penjelasan tentang perkawinan beda agama dalam Kitab Katolik? J: Ada, Miksta Religiusta terdapat enam pembahasan tentang percintaan beda
agama dalam Kitab. Prinsip dasarnya itu tadi, kita tidak bisa mengatur orang untuk jatuh cinta, dan memberi keleluasaan seorang untuk memilih, meskipun
demikian aturannya berbeda, upacaranya berbeda. Dulu saya tidak pernah mengurusi hal-hal seperti itu, tetapi sekarang saya mengurusi itu, karna
sekarang saya mengurusi para jamaah. Disini banyak sekali kawin campur, dan lucu-lucu yang artinya begini, jika ada seorang Katolik dan orang Islam
kemudian mereka sudah menilkah di KUA, sudah punya anak, lantas lama- lama yang katolik tidak sreg untuk ke Masjid, tetap mempertahankan iman
Katoliknya, yang Islam ini lama-lama melihat kalau yang Katolik oke yang Islam juga oke, tapi mereka dalam Greja belum tercatat dalam Greja sebagai
pasangan suami istri. Maka mereka juga belum memiliki surat nikah secara Katolik, meskipun secara sipil mereka sudah. Tapi ketika kemudian mereka
mau mengurus hal-hal yang berhubungan dengan Kegerejaan, umpamanya salah satu anaknya ingin dibaptis, agar anaknya bisa dibaptis maka orang
tuanya harus mempunyai surat nikah Katolik, karna nanti harus ada yang bertanggung jawab atas pendidikan iman anak tersebut. Maka pernikahan
mereka juga harus diresmikan di Greja Katolik agar pernikahan mereka resmi secara Katolik, dari situlah maka ada kawin campur. Tapi juga ada yang sejak
semula mereka ingin menikah di dua tempat, yang pihak Islam menghendaki