Pengertian percintaan beda agama menurut agama Katolik itu apa? Dan Prinsip dasarnya bukan karna boleh atau tidak boleh, tetapi antara baik, lebih

di KUA, yang pihak Katolik menghendaki di Greja, maka dua kali upacara. Tapi perkawinan yang seperti itu bukan perkawinan sakramen. Maka ikatannya tidak seketat mereka yang dua-duanya dibaptis, mereka masih bisa cerai. Saya juga sedang mengurus empat perceraian, antara yang Islam dengan yang Katolik, perceraian secara sipil mereka sudah selesai tetapi dari Greja itu lama sekali. Meskipun mereka bisa cerai, prosesnya pasti panjang dan lama, karena sangat detail sekali. Di dalam penyelidikan kanonik atau dalam hukum perkawinan kanonik. Sebelum seseorang menikah akan ditanya sungguh-sungguh, bahkan ada satu hari di Greja khususnya di Greja kampung sawah, kami menyelenggarakan kursus persiapan perkawinan, yang datang adalah pasangan-pasangan yang ingin menikah, baik yang seagama maupun yang campur. Karena untuk menikah di Greja Katolik kamu harus tau apa yang dituntut oleh Greja Katolik dalam perkawinan yang akan dilakukan di Greja. Meskipun kamu tetap Islam, setelah itu kamu tetap mempertahankan agamamu tetap boleh, tetapi prinsip-prinsip dasarnya kamu harus tau, sehingga tuntutannya kamu akan tau. Kemudian seseorang yang ingin menikah pertama-tama dia harus mengikuti kursus persiapan perkawinan secara Katolik, apapun agamanya. Setelah dia tau tuntutan Greja Katolik dan sifat-sifatnya ditanya lagi apa yang disebut sebagai penyelidikan kanonik. Apakah kamu tau bahwa di greja katolik kamu tidak boleh cerai? Kamu akan menikah di Greja, maka kamu tidak akan bisa bercerai, jika tidak mau aka tidak usah menikah secara Katolik. Jadi dari awal sudah harus tau hukum- hukum Greja Katolik, itulah alasannya orang-orang yang ingin cerai dan prosesnya panjang sekali. Saya sudah mengurus tiga tahun ini tidak ada satupun yang gol, padahal dia sudah siding di keuskupan tiga kali, tetapi belum juga dikabulkan, dan padahal suaminya sudah menikah lagi dan punya anak, tetapi Greja Katolik belum, maka dia belum bisa menikah lagi dalam Katolik. Maka hati-hati jika ingin menikah di Greja Katolik, karna Greja Katolik tidak mengenal perkenalan, karena Jesus tidak akan meninggalkan Grejanya, begitu juga dengan suami yang tidak akan meninggalkan istrinya. Maka jika saya membicarakan tentang kesetiaan antara orang Katolik dengan orang Islam sangat beda prinsip dasarnya, jika kamu mempunyai kemungkinan untuk beristri empat, jangan ngomong tentang kesetiaan, jangan ngomong tentang perselingkuhan, karena itu hak kamu, berbagi istilahnya begitu. Tapi di Katolik itu monogami tulen, tidak ada orang ketiga, satu pasangan saja. Hal-hal yang berhubungan dengan hukum kanonik nomor 1101 tentang perkawinan seumur hidup dan tidak terceraikan apakah anda tau dan memahami bahwa perkawinanmu itu nanti seumur hidup tidak terceraikan? Kamu mau tapi tidak mau, ya maaf. Kalau kamu mau tapi tidak tau, maka kursus dulu. Contohnya pertanyaan dalam hukum kanon nomor 1101 ayat dua “apakah anda tahu dan mengkhendaki bahwa perkawinan itu sebgai kebersamaan dalam suka duka untuk seluruh hidup?” itu contoh pertanyaan pada seseorang yang ingin menikah secara katolik. Saya harus tau persis, saya bawa ini sendiri dan saya bagikan. Ini akan disimpan sampai kamu mati di dalam Greja, sehingga besok jika ada masalah ini akan dibuka lagi, bukti bahwa dulu kamu berjanji, ini sama halnya seperti surat perjanjian. Dalam surat ini juga ada saksinya, maka disini terdapat saksi pertama, saksi kedua, peneguh perkawinan Romonya, disini suami, istri. Dan ini akan seluruhnya disimpan sehingga kalau ada apa-apa mari kita lihat dulu, apa yang dulu pernah kau katakana. Kok bisa toh janjimu dulu muluk-muluk begini, sekarang kenyataannya begitu, salahnya dimana, mari kita lihat bersama, dan dicoba untuk dikembalikan kepada prinsip dasar, ada nilai-nilai yang dulu sungguh dipahami ketika sebelum menikah, karena kita juga sadar bahwa cinta itu tidak selalu membara dan berkobar-kobar, mungkin tiga sampai empat tahun pertama cintanya masih kencang, setelah peyot apa lagi. Dalam suka kamu harus setia, dalam duka kamu juga harus setia. Jika kita lihat dalam kerangka perkawinan beda agama, kita melihat bahwa Greja Katolik menghargai hak asasi masing-masing pribadi, tetapi Greja Katolik juga menuntut bahwa di dalam kebebasan itu kamu sungguh bebas yang bertanggung jawab. Maka salah satu pertanyaannya disini adalah “apakah kamu benar-benar mau menikah dan bebas dari paksaan atau ancaman dan ketakutan?” kanonik 1103. Kalau di dalam perkawinan itu di atur oleh keluarga, dan ada syaratnya maka Greja Katolik tidak dapat menerimannya karena perkawinan itu bersyarat. Banyak orang yang menikah kemudian tidak menjadi Katolik lagi, banyak orang yang pindah ke agama lain karena ingin memiliki istri lebih dari satu, karena di Greja Katolik tidak mungkin lagi, tapi ya biar, itu konsekuensi dari nilai-nilai yang memang dipegang oleh Greja Katolik sesuai dengan hukum kanonik. Maka kalau kamu mau mempelajari yang berhubungan dengan hukum kanonik itu ada, tetapi masalah perkawinan itu bukan hanya sekedar masalah hukum, tetapi juga masalah pastural, juga masalah sosial, maka sering aturan-aturan tertentu harus dikesampingkan demi nilai lain yang mungkin lebih luhur, nah itulah mengapa kawin campur dimungkinkan dalam Greja Katolik dan diatur secara tersendiri dalam hukum kanonik. Disini hukum kanoniknya nomor 1124 – 1129, itu tentang perkawinan campur. Kami tetap terbuka tentang pernikahan campur, tetapi memang menuntut seseorang untuk tau tuntutan Greja Katolik macam ini, maka kalau seseorang yang mau menikah di Greja tetapi tetap mempertahankan nilai bahwa perkawinan saya bukan sekali untuk selamanya, ya udah tidak usah menikah di Greja, menikah di KUA aja atau menikah di Greja lain. T: Kalau di Kristen yang lain ada hukum seperti ini juga? J: Meskipun mereka juga tidak boleh cerai, tetapi tidak diatur oleh hukum yang berlaku. Biasanya mereka antar Greja berbeda, antar pendeta berbeda, itulah sebabnya kenapa Greja Kristen itu begitu banyak, sementara Greja Katolik seragam, baik disini, di Eropa, di Cina, di Malaysia hukumnya sama, maka umpamanya ada orang Australia dan orang Indonesia ingin menikah, yang melakukan penyelidikan kanonik ini Romo dari Australia, tapi mereka mau menikah di kampung sawah, kirim berkasnya kesini semua, saya bisa menikahkan disini, asalkan ini ada, karna ini harus ada di Greja tempat ia diberkati. Walaupun pasangan itu beda agama tetapi harus melakukan penyelidikan kanonik. Menyelidiki orang yang sana tetapi pertanyaan dan nomornya sama, seluruh Greja Katolik itu memiliki hukum dan akar yang sama. banyak artis yang Katolik tetapi mereka tidak menikah secara Katolik, ya itu resiko, prinsip dasar. Perkawinan di Greja Katolik suci dan tidak main- main, benar-benar sekali seumur hidup. Jadi proses perceraiannya juga sangat sulit. Kecuali kalau terjadi penipuan, apa yang terjadi di catatan dan kenyataan semua menipu, saksinya ikut menipu juga, kalau itu ketahuan maka batal secara hukum Greja, bahkan setelah menikahpun jika ia berbohong secara hukum katolik itu sudah gagal, karna itu penipuan. Dan ini menurut saya sebagai pastur paroki yang paling memusingkan, karena mengurusi keluarga-keluarga yang hancur, mendamaikan keluarga-keluarga yang ingin bercerai, itu sangat susah. Karena masalahnya bukan hanya sekedar masalah hukum, tetapi masalah sosial yaitu anak, keluarga, macam- macam. Kan masalahnya bukan hanya sekedar hukum kanon. Diberi kesempatan, bahwa ada kebebasan, tapi juga konsekuensinya harus tegas juga. Kalau ditanya apakah boleh berhubungan cinta antara katolik dengan agama lain ya boleh, tapi kita melihat jangan hanya boleh dan tidak bolehnya, tetapi baik, lebih baik, sangat baik, dan paling baik. Karena perkawinan campur itu boleh dikatakan kalau lingkaran tidak bulat, sejak awal sudah mempunyai perbedaan, tetapi kalau segama itu nilainya sama, hukumnya sama, prinsipnya sama, dan nilai-nilai dasarnya sama. Kalau perkawinan campur itu hari minggu yang satu ke Masjid sini yang satu ke Greja sana, dirumah gimana, itu kan sejak awal sudah mempunyai celah-celah untuk tidak akur, nah itu kan tantangannya jauh lebih berat. Berani gak kamu melewati tantangan besar itu? Saya sendiri memiliki kaka kandung yang kawin campur ada dua, yang satu menikah dengan orang Islam, yang satu dengan orang Protestan. Kalau saya melihat ya memang tidak bisa luntang luntung. T: Bagaimana pendapat Romo tentang film Cinta Tapi Beda ini? J: Ada yang menyoroti hukum adat, ada yang menyoroti hukum positif, ya macam-macam. Salah satu contoh, saya lama mengajar di seminari, 16thun saya ngajar calon-calon pastur. Mereka ya manusia biasa, kemudian mereka jatuh cinta. Jatuh cinta itu kan gak berdosa, atau kalau saya disini memberi pengakuan dosa bahwa saya jatuh cinta pada orang muslim ya gak usah merasa berdosa karena jatuh cinta. Greja juga tidak akan mengatur kamu harus jatuh cinta kepada siapapun. Karena hal-hal itu melekat pada kemanusiaannya sebagai hak asasi seseorang. Judulnya itu kan Cinta Tapi Beda, ya kalau dari segi cinta sebetulnya ga ada perbedaan, cinta itu kepada siapa, bagaimana, sebetulnya sama. Sejauh mereka normal cinta perempuan kepada laki-laki atau sebaliknya, meskipun pertentangan psikologi akhir- akhir ini menerima gender ketiga yang tidak jelas gendernya. Kan ada Negara yang mengakui perkawinan antar homo, itu dilihat dari sudut pandang psikologi dan hak asasi mungkin. Tapi kalau dari segi itu menurut Greja melekat pada hak asasi manusia, hak hidup dengan layak, maka kalau dilihat dari Undang-undang Dasar fakir miskin diurus oleh negara itu berarti Indonesia mengakui hak asasi untuk hidup, beragama termasuk di dalamnya mnegatur dirinya sendiri, dalam hal ini juga jatuh cinta. Dalam penyelidikan kanonik yang sudah berumur 21 tahun keatas sudah berhak menentukan dirinya sendiri, maka kalau sudah 21 tahun keatas izin dari orang tua tidak mutlak. Dari segi adat, dari segi kekeluargaan, dari segi sopan santun mungkin iya, tapi kalau dari segi hukum positif tidak mutlak, dan karena mereka sudah boleh menentukan dirinya sendiri ya akhirnya Greja Katolik mengakui bahwa ia berhak menentukan pilihannya, meskipun orangtuanya tidak setuju. Maka kemudian terjadilah kawin campur. Pada dasarnya jatuh cinta itu sendiri bukan merupakan suatu dosa. Dalam karakter kerohanian terutama Katolik pada umumnya yang sesuai dengan moral, orang hendaknya jangan membuat keputusan penting ketika dia tidak seimbang. Maka keputusan untuk menikah itu pertanyaannya macam-macam agar terlihat seimbang atau tidak. Ditanya kebenarannya, kebebasannya, saksi-saksinya, itu kan untuk menentukan apakah dia mempunyai kemandirian pribadi untuk memutuskan sesuatu yang penting dalam hidupnya. Kalau itu terjadi maka Greja tidak akan melarang itu sebagai sebuah halangan. Kalau kamu sudah pernah menikah dan belum cerai ya itu malah halangan, karna secara hukum kamu masih istri atau suami orang lain, tapi kalau beda agama bukan sesuatu halangan. Kalau itu sudah menikah, maka di Greja Katolik tidak ada perceraian. Kalau kamu berani menikah di Greja Katolik maka tidak ada perceraian. Maka itu dibawa ke altar, diberkati, disucikan. Maka yang dipersatukan allah tidak boleh diceraikan oleh manusia. Permasalahannya bukan sekedar diblis, ini kan sekedar dasar Alkitabiyyah istilahnya. Alasannya sering moral, alasannya sering tradisi, hukum adat, sosial, ekonomi, dan macam-macam. Maka diskusi-diskusi antara Diana dan Cahyo itu kan tajam juga. Kalau saya lihat teksnya itu mereka membicarakan tentang bagaimana nanti, bagaimana anaknya nanti, bagaimana keluarganya nanti, apakah kita akan melepaskan seluruhnya apakah tidak, persis memang kawin campur itu permasalahannya. Mengapa greja menganjurkan untuk tidak kawin campur kalo bisa, saya kira semua agama mengkhendaki kalo perkawinan itu boleh dikatakan cukup kuat ikatannya sebaiknya memang agamanya sama, karena agama itu yang akan menentukan nilai-nilai yang akan dipegang. Agama itu akan menentukan keselamatan yang diusahakan, bukan sekedar keselamatan duniawi tapi juga keselamatan syurgawi. Kalau itu sama melangkahnya lebih enak, nilanya sama. Umpamanya kalau saya mengatakan nilai kesetiaan, saya bicara dengan orang Islam dan bicara dengan orang Katolik tentang kesetiaan itu beda banget pasti sudut pandangnya, karena latar belakang pemikirannya berbeda, nilai yang dipegang berbeda, keselamatannya juga berbeda, martabat yang diangkat berbeda. Itu yang sebetulnya menjadi permasalahan besar, bukan sekedar antara Diana dan Cahyo tapi semua perkawinan campur pada umumnya. Bukan hanya Islam dan Katolik tapi dengan yang lainnya juga. Karena memang titik tolak dan sudut pandangnya berbeda. Maka tu butuh cinta yang jauh lebih besar untuk bisa bertahan. Sama seperti kalau kita menguru anak normal dan anak cacat, anak cacat butuh cinta jauh lebih besar dari pada anak normal, karena pengorbanannya lebih banyak. Cinta itu menggebu paling lima tahun pertama, setelah itu yang ada hanya kesetiaan, pengorbanan, dan win win solution. Maka kalau kamu memandang itu dari segi Katolik, apa yang dipersatukan Allah jangan diceraikan oleh manusia. Maka kalau kamu berani melangkah kesana, harus yakin bahwa perkawinanmu akan seumur hidup. Dalam mengurus pekawinan campur itu saya mengalami berbagai kasus, ada yang anti, ada yang biasa saja, ada yang mau datang ke Greja pada saat pernikahan itu yang keluarganya bisa menerima, ada yang saat pernikahan tidak ada yang datang, ya macam-macam. Tapi dari segi pandang greja Katolik dan moral kristiani kalau saya mengatakan, dari segi jatuh cintanya tidak ada masalah, dari segi perbedaan itu yang bermasalah, maka kemudian butuh dispensasi istilahnya izin uskup setempat, pemimpin Greja setempat itu uskup, Pastur paroki seperti saya ini pembantu uskup. Imamat saya sebagai pastur, saya berpartisipasi dalam imamat bapak uskup, maka yang mentahfidzkan bapak uskup. Saya boleh memberikan sakramen dosa itu atas izin uskup. Garisnya seperti itu. Masalah percintaan itu tidak ada dalam hirarki seperti itu. Masalah percintaan itu melekat pada masing-masing pribadi orang yang dihargai sepenuhnya sebagai mutlak miliknya, bukan milik greja, bukan milik bapak uskup, keluarga, dan bahkan ibu yang melahirkanpun hak asasi manusia tidak melekat pada itu semua, tapi melekat pada masing-masing. Kalau saya melihat cuplikan-cupikannya kan tidak boleh bertengkar, tidak boleh ini itu, mungin begitu yang ikin menikah campur itu, diskusinya pasti panjang, karena sering mengalami mereka lama memutuskan iya atau tidaknya, ada yang sampai tujuh tahun, tarik ulur, menanti sampai ayahnya meninggal dulu, sering ada yang sampai begitu. Itu biasa, setidak-tidaknya saya melihat disini ada beberapa. Dalam film tersebut kalau dilihat dari om dan tantenya Diana, Diana juga ingin membuktikahn bahwa mereka saja bisa masa dia tidak bisa. Katolik dan Katolik memang bukan jaminan, karena banyak orang Katolik yang jahat, sama saja banyak orang Muslim yang jahat juga banyak. Tapi sebenarnya jauh lebih banyak yang baik dibanding yang jahat. Tapi baik itu tidak jadi berita, yang jahat malah jadi berita. Dari segi presentase kan yang jahat itu sedikit. Kalau saya melihat dari segi perkawinan itu lebih banyak yanga berhasil, tapi bukan berita jadi biasa-biasa saja. Umpamanya artis yang menikah beda agama kalau kawin cerai ya rame, tapi kalau orang biasa ya mereka baik-baik saja tapi tidak ada beritanya. Intinya pandangan saya tentang film ini tidak masalah, untuk saya biasa. Saya menghadapi banyak hal, dan saya luluskan permintaan mereka untuk menikah. Ada kalanya mereka menikah dua kali kok, sekali di KUA sekali di Greja Katolik, ada beberapa yang begitu terutama yang kasus-kasus khusus seperti hamil duluan dan pihak keluarga menuntut harus menikah cepat, Katolik tidak bisa menikah instant, harus kursus pernikahan dulu, ikut ini itu dan akhirnya mereka menikah di KUA, dan setelah anaknya lahir barulah mereka menikah di Greja. Kalau saya mengajukan dispensasi ke keuskupan, sebaiknya ada izin dari orang tua pihak non katolik yang membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa memperbolehkan anaknya menikah di Greja bukan menjadi Katolik tapi hanya menikah di Greja, setelah itu yang satu ke masjid yang satu ke greja ya boleh. Jadi untuk saya gak masalah. Ketika kursus perkawinan juga selalu didata, biasanya lebih banyak yang campur dari pada seagama Katolik. Camur itu kan ada dua macam, beda Greja dan beda agama. Beda Greja itu antara Katolik dengan Kristen yang lain, itu juga gak sah karna lain teologinya, metodenya, aturannya. Kemudian ada pernikahan beda agama, itu yang Katolik dengan yang non-Kristen. Prinsip dasar saya sebagai Pastur paroki itu saya membantu memecahkan permasalahan, tidak menghalangi karena secara teoritis itu bukan halangan. Kalau perlu saya bicara dengan masing-masing orang tuanya dulu, pandangan Greja katolik seperti ini maka kalau menikah di Greja Katlik konsekuensinya begini. Karena junjungan yang tinggi terhadap hak asasi manusia itu yang memberi celah-celah hukum yang memungkinkan mereka menikah secara Katolik. Maka ada istilahnya sakramen perkawinan, pemberkatan perawinan, peneguhan perkawinan. Itu beda rumusannya, beda kasusnya, beda pendekatannya. Maka saya bilang jatuh cinta itu tidak berdosa, ya gak sengaja juga kok. Diskusinya cukup jelas sebetulnya, dari hukum positif, maupun hukum adat. Narasumber, Romo Yakobus Rudiyanto, SJ Wawancara Kepada 5 Pasangan Yang Menjalin Hubungan Dengan Latar Belakang Keyakinan Berbeda Tentang Percintaan Beda Agama Pasangan Dinda Ayuningtyas dan Giovani Jamaal Menjalin hubungan beda agama antara Islam dan Kristen Protestan selama 2 tahun. Ciputat, Jum’at, 2 Mei 2014, pukul 11:00 WIB. T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?

J: Sebenarnya percintaan beda agama itu memang tidak boleh. Tapi kita tahu

yang namanya cinta itu sangat susah, kalau sudah cinta ya kita tidak memandang apapun, salah satunya agama. Dengan pacaran beda agama kita ambil positif bahwa di dunia ini kita semua satu, cuma cara ritual atau ibadahnya saja yang beda-beda. Jadi kita salah kalau kita menjudge orang yang berhubungan beda agama itu aneh atau bahkan mungkin sesuatu yang menjijikan. Pada dasarnya semua agama sama, mengajarkan tentang hal-hal kebaikan, hanya cara ibadahnya saja yang berbeda. Saya menjalani percintaan ini memang bukan hal yang mudah, kita tau hambatan dan kedepannya akan lebih berat, tetapi ya inilah sebuah tantangan buat hubungan kita. T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?

J: Pada intinya Cahyo dan Diana ingin bersatu dengan satu ikatan pernikahan tapi

hal itu sangat susah, karena tidak ada yang mau mengalah pindah ke agama Islam atau Katolik. Dan juga banyak pertentangan dari keluarga pihak cowok Cahyo dan cewek Diana. Yah sama saja seperti apa yang saya alami pasti banyak pertentangan karena menyangkut soal keyakinan dan itu bukan main main. Film tersebut sangat menarik, karena alur dan kisahnya sama seperti apa yang saya alami. Dari film tersebut kita bisa menilai bahwa pasangan beda agama harus berfikir realistis baik lingkungan maupun keluarga. Pasangan Dina Maulida dengan Dastan Andrian Menjalin hubungan beda agama antara Islam dengan Kristen Katolik selama 8 bulan. Ciputat, Jum’at, 2 Mei 2014, pukul 15:00 WIB. T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?

J: Kalau ditanya seperti apa ya sebenarnya kita itu sama saja seperti layaknya

orang pacaran pada umumnya. Tapi yang bikin kita berbeda dari pasangan yang lainnya itu hanya tentang agama saja. Kalau masalah perbedaan agama kita itu sih sudah termasuk bagaimana kita bertoleransi. Jadi kita harus bisa sama-sama saling menghormati satu sama lain untuk mempertahankan cinta kita. Pada intinya ya jalan terus karna kita sama-sama saling mencintai. Masa agama menjadi halangan? Orang kadang lupa bahwa tujuan orang beragama itu adalah menjadi orang yang lebih baik lagi. Agama adalah sebuah penuntun, walaupun tiap agama punya ciri khas sendiri, tapi ujung pangkalnya tetap sama yaitu berbuat baik. Jadi menurut kami agama itu tidak diciptakan untuk menghalangi cinta. Kalau mau omongin tentang kedepannya bagaimana ya kita harus siap dengan segala tuntutan dan masalah yang ada. Tapi pada intinya cinta itu akan sangat terlihat jika kita bisa mempertahankan pasangan kita satu sama lain apapun perbedaannya. T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?

J: Menurut aku filmnya bagus, intinya film itu membuktikan bahwa cinta itu tidak

terbatas oleh apapun. Walaupun mungkin keluarga atau siapapun banyak yang tidak setuju tapi toh mereka tetap bertahan memperjuangan cinta mereka. Nah seperti yang dibilang tadi, cinta itu akan sangat terlihat jika kita bisa mempertahankan pasangan kita. Begitu juga dengan cinta Cahyo dan Diana dalam film itu. Pasangan Teguh Khadafi Samudra dengan Cintya Tan Menjalin hubungan beda agama antara Islam dengan Kong Hu Chu selama 11 bulan. Pamulang, Sabtu, 3 Mei 2014, pukul 11:00 WIB. T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa?

J: Ya menurut kami percintaan beda agama itu sendiri sudah jelas merupakan

cinta manusia yang memiliki keyakinan berbeda dalam hatinya tentang bagaimana mereka mempercayai keyakinan mereka kepada Tuhannya masing- masing. Selama bisa saling menjaga tidak mempengaruhi keyakinan ya bagi kami tidak ada masalah. Terkecuali salah satunya memang ingin memeluk salah satu agama dari pasangan itu bukan karena terpaksa. Sebenarnya wajar- wajar saja. karena cinta itu tidak bisa dengan sengaja kita yang menentukan. Hati kan Sang Pencipta yang membolak-balikannya. Selama beberapa bulan ini sih kita masih dibilang cukup aman dalam sebuah hubungan, karena dengan perbedaan yang kita punya itu kita malah saling menghargai satu sama lain. Komunikasi, kepercayaan, dan yang terpenting itu toleransi satu sama lain. Kalau udah gak ada toleransi mungkin udah selesai hubungan ini. T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?

J: Jujur aja kami belum nonton film itu. Tapi udah sempet lihat trailernya sih

dulu. Kalau dilihat- lihat filmnya hampir sama kayak “?” dulu ya? Kalau dilihat dari trailernya sih menarik untuk ditonton. Terus juga masalahnya itu ngena banget buat orang-orang yang beda agama. Dari mulai mereka berantem, mereka adaa masalah dengan keluarga masing-masing, pokoknya ya memang seperti itulah kurang lebih gambarannya ketika pasangan yang beda agama sudah ingin melanjutkan hubungannya ke tingkatan yang lebih serius. Pasangan Djohan Effendy dengan Maria Jenita Menjalin hubungan beda agama antara Islam dengan Kristen Katolik selama 4 tahun. Pamulang, Sabtu, 3 Mei 2014, pukul 14:00 WIB. T: Menurut kalian percintaan beda agama itu seperti apa? J: Jujur, jalanin hubungan yang beda keyakinan itu memang susah banget. Karena beda agama itu intinya kita beda prinsip, beda cara memandang sesuatu. Dan ada kalanya bertentangan banget, dan nggak mungkin untuk kompromi. Pada awalnya kami juga menjalani ini semua dengan sedikit kecanggungan diantara kami. Tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa bersama juga ya jadi perbedaan itu bukan suatu masalah besar lagi untuk kita. Selama hampir empat tahun berhubungan pastinya banyak banget hambatan- hambatan yang kita udah laluin. Tapi agama bukan merupakan salah satu hambatan terbesar buat kita. Malah karena komunikasinya yang bikin kita jadi sering berkelahi, bukan karena agamanya. Sudah pasti banyak kontranya dibanding pronya. Kalau keluarganya demokratis dan memberikan kebebasan pendapat dan tingkah laku selama masih dipegang teguh dan diperbolehkan oleh agama tidak masalah. Tapi jika keluarga otoriter jangan banyak berharap karena tipis kemungkinan tidak disetujui. Selama ini tanggapan keluarga ya baik-baik saja, semuanya bisa menerima dengan senang hati. T: Pendapat kalian tentang film Cinta Tapi Beda seperti apa?

J: Film ini berceritakan tentang kisah hidup seseorang dengan penambahan dan

pengurangan pada sedikit bagian dari kisah aslinya. Film itu juga merupakan sebuah film yang memasukan unsur agama, budaya, dan cinta sebagai angle cerita. Bila hanya mengambil kisah cinta saja, maka film ini akan monoton ketika ditonton dan barangkali tidak menarik. Oleh karena itu, produser dan sutradara mengaitkan film tersebut dengan isu agama dan etnis, maka makin seksilah film ini untuk di tonton atau diperbincangkan oleh orang banyak. Intinya film ini memasyarakatlah terutama bagi masyarakat yang berhubungan beda agama seperti saya ini. Permasalahan yang dialami Cahyo dan Diana juga sama persis seperti permasalahan saya dan pasangan ketika ingin melangsungkan pernikahan. Ya memang berat, tapi kalau sudah cinta mau diapakan lagi? Toh tidak ada yang bisa mengubah takdir Tuhan. Serahkan saja semuanya sama Tuhan, pasrah, kan jodoh gak kemana-mana dan gak akan tertukar juga. Jadi ya selalu postif aja sama seperti yang diungkapkan Cahyo dalam film tersebut. Kalau kita yakin ujungnya akan bahagia ya nanti kita akan bahagia. Tinggal tunggu waktu yang tepat untuk kebahagiaan itu. Pokoknya terus berdoa dan meminta jalan yang terbaik.