4. Jenis-jenis Film
Menurut Elvinaro dan Lukiati dalam bukunya Komunikasi Masssa Suatu Pengantar, film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film
berita, film dokumenter dan film kartun.
32
a. Film cerita story film merupakan film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini biasanya didistribusikan sebagai barang
dagangan. b.
Film berita newsreel adalah film yang mengkaji tentang fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film
yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita news value yang penting dan menarik.
c. Film dokumenter documentary film didefinisikan oleh Robert Flaherty
sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan creative treatment off actually
”. Film dokumenter merupakan hasil dari interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan tersebut.
d. Film Kartun cartoon film dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian
besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan dari pada tokoh pemainnya, karena inti dari
tujuan film kartun adalah menghibur.
32
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007, h.138-140.
5. Perkembangan Film di Indonesia
Film pertama yang diputar di Indonesia adalah film Lady Van Java yang diproduksi di Bandung tahun 1926 oleh David. Film pada waktu itu
masih merupakan film bisu. Film bicara pertama di Indonesia berjudul Terang Bulan yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar berdasarkan
naskah seorang penulis Indonesia Saerun.
33
Di penghujung tahun 1941 Perang Asia Timur Raya pecah. Dunia filmpun berubah wajah. Perusahaan-perusahaan film, seperti Wong
Brothers, South Pacific, dan Multi Film diambil alih oleh Jepang, ketika pemerintah Belanda sebagai penguasa di Indonesia menyerah kalah kepada
balatera Jepang
34
. Pada saat itu, semua perusahaan perfilman yang diusahakan oleh
Belanda dan Cina berpindah kepada pemerintah Jepang. Namun saat bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6
Oktober 1945 perusahaan film diserahkan secara resmi kepada Pemerintah Republik Indonesia.
35
Sejak tanggal 6 Oktober 1945 lahirlah Berita Film Indonesia atau BFI bersamaan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta, BFI pun
33
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 135.
34
Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung; Citra Aditya Bakti, 2003, h. 217.
35
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h. 135.
pindah dan bergabung dengan Perusahaan Film Negara, yang pada akhirnya mengganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional.
36
Dengan menginjak dekade tahun 50-an, dunia film Indonesia memasuki alam yang cerah. Tampaklah kegiatan yang dilakukan para sineas
film nasional dalam bentuk perusahaan-perusahaan film. Garis grafik yang menarik untuk mencapai puncaknya yaitu pada tahun 1955 dengan adanya
59 judul film. Pada tahun itulah diadakan Festival Film Indonesia FFI pertama.
37
Pada tahun 1959 grafik perfilman di Indonesia terus menurun dengan hanya adanya 17 judul film. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya
produksi film. Pertama adalah pergolakan politik, seperti pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia PRRI atau perjuangan
semesta PERMESTA, yang dengan sendirinya mempengaruhi bidang ekonomi. Kedua, yaitu saingan dari film-film luar negri seperti India,
Filiphina, Melayu dan Amerika yang muncul dengan film-film berwarnanya.
38
Dunia perfilman semakin suram dengan adanya gerakan komunis PKI, yang memanfaatkan politik sebagai panglima.hingga akhirnya kegiatan
mereka terhenti karena terjadinya peristiwa G 30 SPKI tahun 1965. Kemudian tahun 1967 produksi film Nasional mulai kembali membaik dan
muncullah berbagai jenis dan tema film, sehingga memacu banyak produksi
36
Ardianto Elvinaro, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, h. 136.
37
Onong Uchjana, Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi, Bandung; Citra Aditya Bakti, 2003, h. 218.
38
Gatot Siagian, Menilai Film, Jakarta; Dewan Kesenian Jakarta, 2006, h. 88.