jumlah penonton dua kali lipat lebih banyak. Demikian juga kemampuan film yang awalnya tidak berwarna hitam putih menjadi berwarna.
Meskipun film sebagai penemuan teknologi baru telah muncul pada akhir abad kesembilan belas, film berperan sebagai sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita peristiwa, musik, drama, lawak, dan
sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.
28
3. Klasifikasi Film
Klasifikasi film atau genre dalam film berawal dari klasifikasi drama yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut muncul berdasarkan
atas jenis manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan.
29
ada beberapa jenis naskah drama saat itu, di antaranya ada lelucon, banyolan, opera balada, komedi sentimental, komedi tinggi, tragedi borjois
dan tragedi neoklasik. Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu: tragedi duka cita, komedi
drama ria, melodrama, dagelan farce.
30
Seiring berkembangnya zaman dan dunia perfilman, genre dalam filmpun mengalami sedikit perubahan. Namun, tetapi tidak menghilangkan
28
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga, 1987, h. 13.
29
John M Echols, dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta; PT Gramedia, 2000, h. 265.
30
Hermawan J Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, Yogyakarta; PT Hanindita, 2003, cet. Ke-2, h. 38.
keaslian dari awal pembentukannya. Sejauh ini diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu:
31
a. Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan, kebanyolan
pemain aktoraktris. Sehingga alur cerita dalam film tidak kaku, hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapat membuat penonton
tidak bosan. b.
Drama, film yang menggambarkan realita kenyataan di sekeliling hidup manusa. Dalam film drama, alur ceritanya terkadang dapat
membuat penonton tersenyum, sedih, dan meneteskan air mata. c.
Horror, film beraroma mistis, alam ghaib, dan spiritual. Alur ceritanya bisa membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan
berteriak histeris. d.
Musikal, film yang penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya sama seperti drama, hanya saja di beberapa bagian adegan dalam film para
pemain aktoraktris bernyanyi, berdansa, bahkan beberapa dialog menggunakan musik seperti bernyanyi.
e. Laga action, film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-
menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya yang mendebarkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja dapat menjadi luar
biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi.
31
Ekky Imanjaya, Who Not: Remaja Doyan Nonton, Bandung; PT Mizan Budaya Kreativa, 2004, h. 104.
4. Jenis-jenis Film
Menurut Elvinaro dan Lukiati dalam bukunya Komunikasi Masssa Suatu Pengantar, film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film
berita, film dokumenter dan film kartun.
32
a. Film cerita story film merupakan film yang mengandung suatu cerita
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini biasanya didistribusikan sebagai barang
dagangan. b.
Film berita newsreel adalah film yang mengkaji tentang fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film
yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita news value yang penting dan menarik.
c. Film dokumenter documentary film didefinisikan oleh Robert Flaherty
sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan creative treatment off actually
”. Film dokumenter merupakan hasil dari interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan tersebut.
d. Film Kartun cartoon film dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian
besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan dari pada tokoh pemainnya, karena inti dari
tujuan film kartun adalah menghibur.
32
Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007, h.138-140.