Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik

C.3. Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dan kesehatan mental manusia ternyata memiliki keterkaitan. Karena ditemukan penyakit yang timbul karena gangguan mental yang diderita seseorang. Gangguan itu ternyata tidak hanya menimbulkan gangguan penyakit yang bersifat psikis, tetapi juga bersikap fisik. Stres misalnya, ternyata tidak hanya mengganggu jiwa, tetapi juga dapat mengganggu sususan syaraf, menimbulkan penyakit jantung, ginjal dan sebagainya. Bahkan ada penyakit infeksi yang timbul karena faktor kejiwaan itu, misalnya yang sederhana adalah gatal, yang selalu saja muncul kembali selama faktor mentalnya belum beres. Tekanan mental ini pun adalah ulah manusia. Dengan demikian, jelas pula bahwa sakit bukan hanya karena

188 Muhammad Usman Najati, Al-Hadït sun Nabawi y wa ‘ Il mu al-Naf s pada edisi terjemahan oleh: Wawan Dj unaedi Soff andi, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi saw, (Jakarta:

Mustaqiim, 2003), h. 356-384 189 Pargament dan Kenneth Ira, The Psychology of Religion and Coping, (New York: Guilford

Press, 1997), h. 300-301 Press, 1997), h. 300-301

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.(Q.S. An-Nisa [4]:

Sejak dari dulu, orang memang telah menghubungkan antara emosi yang dialami oleh individu dengan gejala-gejala kejasmanian. Bila individu sedang

mengalami emosi, pada individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Misalnya, kalau orang mengalami ketakutan mukanya menjadi

pucat dan jantungnya berdebar-debar. 191 Dalam pengert ian holist ik, kesehat an manusia mencakup aspek fisik

dan aspek psikis (kej iwaan), hubungan keduanya harus seimbang. Pengabaian salah sat u dari keduanya akan mempengaruhi yang lain. Sepert i yang t elah diungkapkan sebelumnya pengert ian ini yang mendorong WHO pada t ahun 1981, unt uk menambahkan dimensi agama sebagai salah sat u pilar kesehat an, sehingga kesehat an manusia seut uhnya meliput i: sehat secara

secara kej iwaan (psikiat rik/ psikologik), sehat secara sosial, dan sehat secara spirit ual (kerohanian/ agama) 192

j asmani

(f isik/ biologik),

sehat

190 Salman Harun, Mutiara al-Quran, Aktualisasi Pesan al-Quran dalam Kehidupan, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 52

191 Abdurahman Saleh, Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 162-164

192 Amin Syukur, “ Dzi ki r dan Kesehat an” , Makalah Seminar Suf i Healing, (Semarang, 7 April 2003), h. 3

Bragg mengat akan, “ Tot al healt h f or t he t ot al person” / kesehat an secara menyeluruh unt uk semua manusia. Art inya, ini merupakan gabungan

ant ara komponen fisik, ment al, emosi, social dan spirit ual 193 . Kesehat an fisik dan dan non fisik (rohaniah) memiliki hubungan yang

erat . Orang yang sedang sakit gigi, sakit kepala at au kangker misalnya, menyebabkan pikiran dan perasaannya t erganggu, t akut kalau penyakit nya it u t idak bisa disembuhkan, hal demikian mengakibat kan orang t ersebut susah t idur dan t idak nafsu makan dan set erusnya. Demikian j uga orang yang t erganggu kesehat an rohaninya sepert i t ergoncang akibat mendapat kan musibah, at au dihadapkan pada suat u masalah yang berat dan menyebabkan ia t idak nafsu makan, badannya lemas dan berget ar.

Rasulullah saw mengisyarat kan bahwa ada keluhan fisik yang t erj adi karena adanya gangguan ment al. Sepert i dalam hadit s dicerit akan bahwa: seorang dat ang mengeluhkan penyakit perut yang diderit a saudaranya set elah diberi obat berkali-kali, t et api t idak kunj ung sembuh, hingga

dinyat akan oleh Nabi bahwa perut saudaramu berbohong. 194 Jadi, ant ara kesehat an j asmani dan rohani it u merupakan dua ent it as

yang t idak dapat dipisahkan, ket ika seseorang menderit a sakit , maka pengobat an yang ideal adalah mengkombinasikan t erapi medis dan t erapi religius.

Islam sendiri memandang, banwa hidup dan mat i, sehat dan sakit hanya t erj adi karena Allah, dengan kehendak dan ket et apannya. Kendat i demikian, ket ika seseorang menderit a sakit , ia t idak boleh berserah diri saj a (t awakkal) saj a kepada Allah t et api dianj urkan melakukan ikht iar,

Part icia Bragg, Paul Bragg, The Mi racl eof Fast i ng: Proven Thr oughout Hi st or y f or Physi cal, Ment al , and Spi rit ual Rej uvenat ion: The Past Fast i ng Way t o Heal t h, Li ve i n Agelessness (California: Health Science, 1974)

194 Abuddin Nat a, Per spekt i f Isl am t ent ang Pendi di kan Kedokt eran, Paradi gma Sehat dan Sakit dalam Isl am, Sej arah Kedokt eran Isl am, Et i ka Kedokt eran Islam, Kewaj iban

Dokt er Musli m t erhadap Penderi t a dan Jenazah, (Jakart a: UIN Jakarta Press, 2004), h. 22 Dokt er Musli m t erhadap Penderi t a dan Jenazah, (Jakart a: UIN Jakarta Press, 2004), h. 22

usaha memohon bant uan kepada Allah melaui doa dan dzikir, agar penyakit yang diberikan berangsur pulih. 196 Sepert i perkat aan Nabi Ibrahim yang

diabadikan di dalam al-Quran: Q.S. al-Syu’ arã’ [ 26] : 80. 197

Ket ika Allah menurunkan suat u penyakit , pada hakikat nya ada beberapa hikmah yang hendak Allah sampaikan kepada kit a yait u, Allah

hendak menghapus kesalahan kit a, sepert i dalam hadit s Rasulullah saw :

195 In’ amuzzahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvit asari, Berdzi ki r dan Sehat , (Semarang: Syifa Press, 2005), h. 2

196 Dalam mengobati gejala penyakit fisik dan hati Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengutip hadits- hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa jika seseorang dalam keadaan sedih, maka hendaklah

dia membaca doa dan berdzikir kepada Allah karena yang demikian itu dapat menjadi obat hati yang sedang dalam kesedihan, kegalauan, kesulitan dan kerisauan. Seperti hadits nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud:

"Barang siapa yang selalu beristighfar Allah akan memberikan penyelesaian dari segala kesulitannya, dan jalan keluar dari setiap kesempitannya serta rizki dari arah yang tidak disangka- sangka". Lihat Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, al -Ëi bb al-Nabaw iy, (Beirut : al-Makt abah al- ‘ Aériyyah, 1410 H-1990 M), h. 172-174. Redaksi hadits di atas hanya terdapat dalam riwayat Imam Daud, dalam Kitab: al-Shalãt , hadit s no: 1297. Dan dalam riwayat Ibnu Maj ah, dalam Kit ab: al-Adab, Bab: al -Syi f ã' f i al-Tsal ãt sah, hadit s no: 3809.

197 Ayat ini mencerit akan tentang kisah Nabi Allah Ibrahim. Dia menyandarkan penyakit yang ada (penyebab dari penyakit yang dialaminya) kepada dirinya sendiri,

meskipun penyakit it u datang dari kekuasaan Allah dan ketent uan-Nya. Ini adalah sebagai “ adab” kepada Allah swt, hal ini sepert i firman Allah yang memerintahkan unt uk orang yang salat bahwa membaca surat al-Fãt ièah, pada kalimat Ihdi nã al -éi rãëa al -must aqîm sampai pada akhir ayat , j uga sebagai “ adab” agar kita t idak berhent i untuk selalu memuhon hidayah dari Allah swt . Lihat . Ibnu Kat sir, Mukht asar Taf si r Ibnu Kat si r, di tahkik oleh: Hani al-Hãj , j uz. II, h. 790-791.

198 Bukhari, Mausu'ah al-Hadît s al-Syar îf , Kit ab: al -Mar ça, Bab: Mã Jã’ a f î Kaf f ãr at al-Marça, hadit s no. 5210. Hadits ini j uga diriwayat kan oleh Imam Muslim, Kit ab:al-Bi rru

“ Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “ Tidaklah seorang hamba t ert impa musibah, at au duka lara dan penyakit kecuali Allah hendak menghapus kesalahan-kesalahannya.”

Meruj uk hasil penelit ian Dadang Hawari, dilaporkan bahwa hubungan ant ara komit men agama dan kesehat an, menunj ukkan adanya hubungan yang signifikan. Dalam hal kemampuan mengat asi penderit aan dan penyembuhan, mereka yang religius (yang t aat beribadah) lebih mampu mengat asi penderit aan penyakit nya, dan proses penyembuhan penyakit nya pun lebih cepat . 199

Hal ini t erj adi, karena pada dasarnya dalam t ubuh manusia t erdapat j aringan “ Psiko-neur o-endokrin ” , yang mempengaruhi f akt or-f akt or kej iwaan (psikis). Pada umumnya “ Psiko-neuro-endokr in ” ini dapat mengakibat kan kekebalan t ubuh (imunit as) menurun, yang pada gilirannya t ubuh mudah t erserang penyakit , at au bisa j uga sel-sel organ t ubuh berkembang radikal (misalnya pada kanker). Demikian pula, penyakit inf eksi lainnya dapat mudah menyerang t ubuh, karena imunit as at au kekebalan t ubuh seseorang sedang menurun. Di lain pihak, f akt or kej iwaan (psikis) melalui j aringan “ Psiko-neur o-endokr in ” dapat meningkat kan imunit as (kekebalan t ubuh), hingga seseorang t idak mudah j at uh sakit at au memperoleh proses penyembuhan. Berkait an dengan hal t ersebut , di sinalah t erapi psikoreligius (dzikir) memegang peran. Dalam Islam, al-Quran

wa al -Éil l at u wa al -Adab, hadits no. 4670. Tirmidziy, Kit ab: al -Janã'iz 'an Rasüli ll ãh hadit s no. 889 dan Imam Ahmad, Kitab: Bãqi Musnad al -Mukat sirîn, hadit s no. 7684.

199 Dadang Hawari, Al-Qur an , Il mu Kedokt er an Ji wa dan Kesehat an Jiw a, (Yogyakart a: Dana Bakti Prima Yasa, 1997), h. 18. Penelit ian ini mendukung penelitian-

penelit ian di Barat , yang melaporkan bahwa agama mempunyai peranan pent ing dalam proses percepatan penyembuhan penyakit . Lihat : Larry Dossey, MD. , Heal i ng Words (Kat a- kat a yang Menyembuhkan), pada edisi t erj emahan oleh: T. Hermaya, Kekuat an Do’ a dan Penyembuhan, (Jakart a: PT Gramedia Pustaka Ut ama, 1997). Lihat Juga: Harold G. Koenig, MD.,

Is Rel i gi on Good f or your Heal t h? The Ef fect s of Rel igion on Physical and Ment al Healt h, (New York: The Hawort h Past oral Press, 1997).

menj elaskan t ent ang kabar gembira bagi hamba yang bersabar dalam menerima kepahit an dan musibah dalam hidup:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155). (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"(156) Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Baqarah [2]: 115-157)

Kalimat istirja’ (Innaa lillãh wa inna il ai hi r ãj i ’ ün ) adalah ucapan paling ampuh unt uk mengobat i sakit karena musibah, amat muj arab bagi oleh yang t ert impa musibah di dunia dan di akhirat . Karena kalimat ini mengandung pokok pent ing apabila diket ahui oleh oleh hamba sebaik-baiknya, past i ia

akan t erhibur dari musibahnya. 200