Konsep Kinerja KAJIAN PUSTAKA

15 T.R Mitchell dalam Sedarmayanti 2001:51, menyatakan bahwa “kinerja dipengaruhi oleh beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja” yaitu : a. Kualitas kerja b. Ketepatan waktu c. Inisiatif d. Kemampuan e. Komunikasi Dijelaskan, masing-masing aspek yang meliputi : 1 Kualitas kerja A.A Anwar Prabu Mangkunegara 2002:67 menyatakan bahwa “kualitas kerja dapat dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian pekerjaan, tanggung jawab serta wewenang yang diemban”. 2 Ketepatan waktu Ketepatan waktu terkait dengan pemenuhan waktu pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat dan disetujui sebelumnya. “Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output” Henry Simamora, 2004:612. 3 Inisiatif Heidrahman dan Suad Husnan 1990:126, menyatakan bahwa “inisiatif berkenaan dengan kemampuan mengenali masalah 16 dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan”. Berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu ide yang berkaitan tujuan perusahaan. Sifat inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan perusahaan dan atasan yang baik. Dengan perkataan lain inisiatif karyawan merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja karyawan. 4 Kemampuan Mangkunegara 2009: 67-68 menyatakan bahwa “secara psikologis, kemampuan ability pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge + skill”. Artinya, kebanyakan seorang pegawai atau karyawan yang memiliki IQ di atas rata- rata IQ 110-120 dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. 5 Komunikasi Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam organisasi. Melalui komunikasi seseorang akan dapat mempermudah penyampaian maksud kepada orang lain. 17 Komunikasi yang terjadi antar pegawai, bertujuan untuk memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi menjadi semakin baik. Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan umpan balik feed back yang tepat terhadap perubahan perilaku, yang direfleksikan dalam kenaikan produktifitas. Pelaksanaan pengukuran kinerja dilakukan dengan mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan hal yang diteliti selama beberapa waktu dan membandingkan hasil tersebut dengan standar yang telah dibuat sehingga dapat dilihat pencapaian kinerja seseorang. Sehingga katakan bahwa kinerja dapat dilihat dari jenis pekerjaan dan tujuan dari organisasi yang bersangkutan. Pendapat di atas menyatakan bahwa pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dengan diadakannya pengukuran kinerja seseorang dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

B. Konsep Pendidikan Kesetaraan

1. Pengertian Pendidikan Kesetaraan Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 6 menyatakan bahwa “pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan 18 nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SDMI dan SMPMTs yang mencakup program Paket A dan Paket B”. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran kesetaraan dilaksanakan pada berbagai lembaga satuan pendidikan nonformal baik yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti Sanggar Kegiatan Belajar SKB, Balai Pelaksanaan Kegiatan Belajar BPKB serta lembaga yang diselenggarakan secara swasta dan perorangan seperti Lembaga Kursus, Lembaga Pelatihan, Kelompok Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, pondok pesantren, komunitas sekolah rumah, dan satuan pendidikan yang sejenis lainnya. 2. Pendidikan Kesetaraan Paket C Umum “Pendidikan Kesetaraan Paket C Umum merupakan pendidikan nonformal setara SMAMA yang menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengembangan sikap serta kepribadian profesional” Pedoman Penyelenggaraan Program Paket C Umum, 2010:7. Program pendidikan paket C diselenggarakan bagi siapapun yang mengalami kendala dalam mengikuti pendidikan formal, dan atau bagi yang ingin memilih pendidikan kesetaraan untuk menuntaskan pendidikan menengah. Pada dasarnya, hasil program pendidikan paket C yang juga setara ijasah SMAMA dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan 19 tinggi dan memasuki dunia kerja sebab diakui oleh pemerintah seperti halnya hasil dari pendidikan formal.

C. Tugas Pokok Tutor dalam Pendidikan Kesetaraan

1. Pengertian Tutor Pencapaian keberhasilan dalam pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik yang menjadi sumber belajar peserta didik dalam upaya pembelajaran. Sesuai dengan PPRI No. 17 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa “Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Istilah pendidik dalam dunia pendidikan berbeda, dalam pendidikan formal dikenal dengan sebutan guru sedangkan dalam pendidikan nonformal lebih dikenal dengan sebutan tutor atau pamong belajar. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 Pasal 171 ayat 2 menyatakan bahwa “Tutor sebagai pendidik profesional memberikan bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh dan atau pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan jalur formal dan nonformal”. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI : 841, menyatakan bahwa “tutor adalah pihak yang memberi bimbingan kepada sejumlah siswa”. Tutor merupakan orang yang mengajarkan berbagai pengetahuan, keterampilan dan membimbing peserta didik di luar pendidikan formal. 20 Mustafa Kamil, 2007:13 menyatakan bahwa “tutor dalam pendidikan nonformal adalah orang yang profesional yang mempunyai kemampuan, kompetensi dan keterampilan dalam mengelola proses pembelajaran”. Tutor sebagai profesional memberikan bantuan belajar kepada warga belajar dalam proses pembelajaran jarak jauh dan atau pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal pada prakteknya, setiap tutor mempunyai kemampuan dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan materi belajar yang diajarkan dalam berbagai program paket A, paket B, dan paket C. Sehingga seorang tutor dituntut mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kualifikasi mengajarnya. 2. Tutor yang Profesional Konsep profesional berkaitan dengan profesionalisme. Menurut Undang- Undang Tentang Guru Dan Dosen pasal 1 ayat 4, menyatakan bahwa “konsep profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”. Konsep profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional dalam melaksanakan profesinya. Menurut Martinis Yamin 2006:21, menyatakan bahwa “…secara konsep profesional memiliki aturan-aturan dan teori-teori untuk dilaksanakan dalam praktik dan unjuk kerja, teori dan praktik merupakan perpaduan yang tidak dapat dipisahkan”.