21
e Tanggung jawab terhadap Tuhan Dalam penciptaannya, Tuhan tidak menciptakan manusia di
bumi ini tanpa tanggung jawab. Akan tetapi untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada
Tuhan. Sehingga dikatakan apapun yang manusia perbuat tidak terlepas dari aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam berbagai kitab
suci melalui berbagai macam agama. Tuhan akan segera memberikan peringatan apabila manusia melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Apabila peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Hal ini
disebabkan jika mengabaikan perintah-perintah Tuhan berati manusia meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap
Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk mmenuhi tanggung jawab tersebut manusia memerlukan pengorbanan.
4. Integrasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
Pendidikan karakter bukanlah sebuah bahasan tersendiri. Pada pelaksanaannya pendidikan karakter terintegrasi pada mata pelajaran,
pengembangan diri serta budaya sekolah itu sendiri yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Seperti yang dikemukakan Masnur
Muslich dalam bukunya 2013:36 bahwa pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek
knowledge, feeling, loving, dan action.
22
Don Hellison dalam bukunya “Teaching Physical and Social Responsibility” mengemukakan idenya untuk membuat program yang
mendorong anak untuk menerima nilai-nilai yang lebih tinggi berdasarkan kegiatan yang berlanjut atau level. Gambaran umum tentang implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab yang terdapat pada model Hellison adalah sebagai berikut:
Level 0 merupakan level tidak bertanggung jawab. Pada level ini pengendalian diri peserta didik kurang. Peserta didik juga kurang bisa
bekerja sama dalam kelompok. Level 1 merupakan level menunjukkan rasa hormat kepada orang
lain. Pada level ini menggambarkan peserta didik mampu mengendalikan perilaku serta mampu menyelesaikan masalah dengan damai.
Level 2 adalah level keterlibatan. Pada level ini peserta didik telah berpartisipasi dalam pembelajaran dari awal hingga pencapaian tujuan
pembelajaran. Level 3 merupakan level bertanggung jawab pada diri sendiri. Pada
level ini peserta didik dapat belajar tanpa diawasi oleh guru, serta dapat menempatkan rasa tanggung jawab dalam tujuan pribadi dan melawan
tekanan dari teman sebaya. Level 4 yaitu level memimpin dan membantu orang lain tanggung
jawab pada orang lain. Pada level ini peserta didik menunjukkan kepedulian terhadap orang lain di dalam kelas. Peserta didik sudah tertarik
23
untuk mendorong dan membantu temannya belajar tanpa harus disuruh oleh guru.
Level 5
merupakan level
lanjutan yaitu
tahap mengimplementasikan ke lingkungan. Pada level ini peserta didik dapat
menintegrasikan nilai-nilai dalam TPSR dalam area kehidupan lain atau dapat dikatakan pula menjadi role model.
Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter yang dirancang Kementerian Pendidikan Nasional 2010 strategi pengembangan
pendidikan karakter yang akan diterapkan antara lain melalui transformasi budaya sekolah dan habituasi melalaui kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan
dengan pemikiran Belkowitz, Elkind dan Sweet 2004 mengutip Berkowitz menulis “effective character education is nota adding s
program or set a programs to a school. Rather it is transformation of the culture and life of the school” yang artinya pendidikan karakter tidak akan
efektif dengan menambah atau memgatur program ke sekolah. Akan tetapi melalui transformasi budaya dan kehidupan di sekolah. Muchlas
Samani,2011:146. Menurut para ahli, implementasi pendidikan karakter melalui
transformasi budaya perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan
karakter ke dalam muatan kurikulum. Novan Ardy Wiyani 2013:104-105 menyatakan bahwa pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan