D. Pembahasan
Dari pemberian LKS I materi sifat-sifat dan unsur-unsur bangun ruang sisi datar terdapat siswa yang mencapai ketuntasan hanya ada 10
siswa dari 30 siswa yang mengerjakan LKS I. Nilai tertinggi siswa pada LKS I adalah 94 dan nilai terendah siswa pada LKS I adalah 14. Dapat
terlihat jarak antara yang dapat memahami dan mengerjakan soal yang diberikan guru dengan yang tidak, karena hanya 0,33 yang dapat
mencapai ketuntasan pada pemberian LKS I. Rata-rata nilai kelas pada pemberian LKS I adalah 54,5 dan rata-rata kelas masih di bawah KKM
yang ditentukan oleh sekolah. Pada pemberian LKS II materi Luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar terdapat 20 siswa yang tuntas dari 30 siswa yang mengerjakan LKS II. Nilai siswa yang tertinggi pada LKS II ini adalah
80,33 dan nilai terendahnya adalah 13,33. Rata-rata nilai kelas pada pemberian LKS II adalah 66,1 dan nilai rata-rata belum dapat mencapai
ketuntasan KKM yang telah disepakati sebelumnya. Selisih nilai dari nilai tertinggi dan terendah sangatlah jauh, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang diberikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map belum dapat dipahami oleh semua siswa.
Sehingga masih terdapat siswa yang belum dapat memahami materi dengan baik.
Pada lembar kerja pertama dan kedua, siswa mengerjakan soal dengan bekerjasama dengan teman-teman sekelas, sehingga siswa dapat
menyelesaikan soal dengan maksimal, namun tak sedikit pula siswa yang enggan untuk bergabung dengan siswa yang lainnya. Masih terdapat
beberapa siswa yang menganggap pelajaran yang diberikan tidaklah penting. Pada saat pengerjaan LKS, selain bertanya kepada temannya,
siswa juga bertanya kepada peneliti. Siswa meminta untuk diarahkan dalam mengerjakan LKS agar pada saat ulangan dapat mengerjakan
dengan maksimal. Dari hasil ulangan I mengenai sifat-sifat, unsur-unsur, dan jaring-
jaring bangun ruang sisi datar fase 1, nilai tertinggi dari ulangan ini adalah 83,3 dan nilai terendah adalah 40,0 dan diperoleh ketuntasan
belajar yaitu 51,61 dengan rata-rata nilai kelas 64,03. Berdasarkan batas KKM sekolah dengan hasil demikian, masuk dalam kategori tidak tuntas.
Maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk variabel hasil belajar pada ulangan I adalah berada pada kategori kurang sesuai Penilaian
Acuan Patokan PAP yang telah disepakati. Sedangkan pada ulangan II materi luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar fase 2, nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 52,5 dan diperoleh ketuntasan belajar yaitu 66,67 dengan rata-
rata nilai kelas 69,33. Berdasarkan batas KKM sekolah dengan hasil demikian, masuk dalam kategori tuntas. Maka dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan untuk variabel hasil belajar pada ulangan II adalah berada pada kategori cukup dan sesuai Penilaian Acuan Patokan PAP yang telah
disepakati.
Pada analisis jawaban siswa dalam ulangan pertama yang terlampir
L123 , masih terdapat beberapa siswa yang kurang mampu menghitung
dan mencari diagonal-diagonal pada bangun ruang. Terdapat siswa yang kurang memahami unsur dari salah satu bangun ruang, terutama pada
limas. Selain itu tak sedikit pula siswa yang mampu mengerjakan soal dengan benar dan tepat jawaban.terapat pula siswa yang belum memahami
pengertian bangun ruang dan unsur-unsurnya.pada soal membuat jaring- jaring bangun ruang sisi datar, masih terdapat siswa yang banyak
melakukan kesalahan pada jaring-jaring limas dan prisma. Pada soal menentukan besar diagonal-diagonal pada bangun ruang, siswa masih
belum dapat mengerjakan dengan baik banyak siswa yang belum paham mengenai teorema phytagoras. Masih terdapat siswa yang hanya
menggambarkan gambar yang diketahui saja. Pada analisis jawaban siswa dalam ulangan kedua yang telah
terlampir L128 , hasil belajar siswa dapat meningkat nilainya dibanding
ulangan yang pertama. Masih terdapat siswa yang hanya menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal tanpa menjawab pertanyaan
yang diberikan. Terdapat beberapa siswa yang masih kurang tepat dalam mengerjakan soal, seperti kesalahan siswa dalam pengoprasian bilangan-
bilangan sehingga tidak menghasilkan hasil yang maksimal. Masih terdapat beberapa siswa yang kurang memahami bagaimana mencari
diagonal-diagonal dalam bangun ruang sisi datar, sehingga kemungkinan siswa mendapatkan nilai maksimal pada setiap nomor tidak tercapai.
Siswa masih belum dapat memahami makna dari kerangka suatu bangun ruang sisi datar, sehingga siswa kurang tepat dalam mencari kerangka
suatu bangun ruang sisi datar. Terdapat pula siswa yang tidak sempat menjawab semua soal karena waktunya kurang untuk mengerjakan soal
yang diberikan. Dari data yang diambil pada pemberian angket keaktifan I yang
diukur pada awal pertemuan sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map didapat
persentase individu tertinggi 73 dan persentase individu terendah 37. Berdasarkan perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
untuk variabel keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Mind Map masuk dalam kategori tinggi
karena untuk rata-rata presentase keaktivan individu siswa adalah 55,11. Pada pemberian angket keaktifan II yang diukur pada saat
pemberian ulangan yang pertama materi sifat-sifat, unsur-unsur, dan jaring-jaring bangun ruang sisi datar didapatkan presentase keaktifan
individu siswa yang tertinggi adalah 90 dan presentase individu terendah adalah 43. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan untuk variabel keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Mind Map masuk dalam
kategori tinggi karena untuk rata-rata presentase keaktifan individu siswa adalah 76,67.
Pada pemberian angket keaktifan III yang diukur pada saat pemberian ulangan yang kedua materi luas permukaan dan volume bangun
ruang sisi datar didapatkan presentase keaktifan individu siswa yang tertinggi adalah 100 dan presentase individu terendah adalah 43.
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk variabel keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Mind Map masuk dalam kategori tinggi karena untuk rata-rata presentase keaktivan individu siswa adalah 81,67.
Selain dari angket, keaktifan siswa juga dilihat oleh observer dan dituliskan pada lembar observer. Setiap pembelajaran terdapat 1 observer
untuk mencatat kegiatan siswa. Menurut lembar obserever, siswa dapat mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran Mind Map dengan baik.
Siswa aktif dalam setiap kegiatan yang diberikan dan materi yang disampaikan. Pada saat siswa diskusi kelompok, sebagian besar siswa
mengerjakan tugas yang diberikan oleh masing-masing koordinator kelompoknya, rak sedikit pula siswa yang mau bertanya apabila materi
atau perintah belum dapat dimengerti. Dari data yang telah di dapatkan di atas dan pengamatan yang telah
dilakukan di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten dapat disimpulkan bahwa kelas ini memiliki keaktifan yang tinggi dalam
mengikuti pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map. Dapat dilihat pula saat proses
pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa berani dan aktif untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka baik secara kelompok maupun secara individu. Selain itu, keinginan siswa untuk berprestasi juga terlihat
saat siswa diberikan soal oleh peneliti untuk dikerjakan sebagai latihan, siswa sangat antusias dan bahkan sampai berebutan dengan siswa lainnya
untuk maju menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa merasa nyaman dalam situasi kelas yang dipimpin oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti.
Siswa merasa bahwa hubungan penliti sangat dekat dengan siswa, sehingga siswa tidak malu untuk mengekpresikan apa yang mereka tahu
mengenai materi yang diajarkan dan siswa juga tidak sungkan untuk bertanya kepada peneliti ketika mereka belum memahami materi yang
diberikan. Pada saat kerja kelompok dapat dilihat pula keaktifan masing- masing anggota kelompok yang berusaha untuk mengerjakan tugas
kelompoknya lebih baik dari kelompok lainnya. Masing-masing kelompok seolah-olah saling menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami
materi yang diberikan, agar mereka dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas.
Dalam pembelajaran matematika yang berlangsung yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map, siswa cenderung akan lebih
aktif. Bahkan siswa merasa dipermudah dalam memahami konsep dasar Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan model pembelajaran Mind
Map , para siswa merasa lebih mempunyai keinginan untuk belajar. Para
siswa juga terlihat lebih aktif dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Mind Map. Dibandingkan dengan pembelajaran yang
sebelumnya sudah diamati oleh peneliti, yang pada awalnya siswa hanya duduk mendengarkan guru mengajar pada akhirnya mereka lebih
termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map. Siswa merasa lebih bersemangat untuk dapat
memahami materi dasar yang diberikan oleh peneliti yang sekaligus menjadi guru. Dengan menggunakan Mind Map, siswa lebih mudah dan
lebih senang dalam belajar. Terdapat beberapa siswa pula menggunakan Mind Map
sebagai catatan pada mata pelajaran lain selain matematika, sehingga siswa merasa lebih paham dengan materi yang telah diberikan.
Tedapat beberapa kejanggalan saat melihat hasil ulangan siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Dengan keaktifan yang
tinggi, tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh karena tidak semua siswa tuntas dalam hasil ulangannya. Saat ulangan harian I fase 1 dapat
dirasakan salah satu manfaat Mind Map karena materi pada fase 1 yakni ulangan pertama materi mengenai sifat-sifat, unsur-unsur, dan jaring-
jaring bangun ruang sisi datar. Mind Map dapat membantu siswa dalam memahami matri yang diberikan karena sebagian besar menghafal. Pada
saat ulangan harian kedua fase 2 yaitu ulangan mengenai Luas permukaan dan Volume bangun ruang sisi datar, terjadi peningkatan rata-
rata kelas. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari fase 1 ke fase 2 dengan nilai rata-rata kelas yang pada awalnya 64,03 menjadi 69,33
dengan ketuntasan belajar siswa pada ulangan 1 yaitu 51,61 sedangkan pada ulangan 2 ketuntasan belajar yaitu 66,67.
Penggunaan model pembelajaran Mind Map pada hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan walaupun belum maksimal,
peneliti mendiskripsikan bahwa penyebab terjadinya peningkatan yang kurang maksimal ini adalah disebabkan karena kurangnya latihan soal
yang diberikan oleh peneliti saat pembelajaran mempersiapkan ulangan kedua, sehingga tidak semua siswa siap dalam menghadapi soal-soal
ulangan. Ada siswa yang berpendapat bahwa konsep awal memang penting namun jika tidak diimbangi latihan soal yang cukup, maka
kegiatan belajar tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal. Hasil ulangan I fase 1 mengenai sifat-sifat, unsur-unsur, dan jaring-jaring
bangun ruang sisi datar memiliki kategori cukup, sedangkan hasil tes fase 2 memiliki kategori cukup pula. Di sini siswa membutuhkan banyak
latihan soal, ketika siswa diberikan soal-soal tes yang mengharuskan siswa menguraikan terlebih dahulu soal tersebut. Dan siswa seharusnya
diberikan beberapa soal yang merupakan aplikasi dari materi yang telah diberikan khususnya materi Luas permukaan dan Volume bangun ruang
sisi datar. Berdasarkan hasil yang didapatkan di atas, pembelajaran
Matematika materi bangun ruang sisi datar dapat menunjukkan bahwa penggunaan Mind Map merupakan salah satu model yang tepat untuk
pemahaman siswa terhadap konsep awal. Seperti mengetahui sifat-sifat, unsure-unsur, dan jaring-jaring bangun ruang sisi datar. Akan tetapi untuk
perhitungan matematika yaitu materi Luas Permukaan dan Volume pada
segiempat, masih diperlukan lebih banyak lagi latihan soal agar siwa dapat lebih memahami aplikasi-aplikasi soal yang akan didapatkan dalam
ulangan. Dengan kata lain, pembelajaran yang dilakukan harus lebih banyak lagi latighan soal yang diberikan kepada siswa. Secara garis besar,
Mind Map dapat membantu siswa dalam belajar materi yang bersifat
pemahaman konsep awal, dengan cara meringkas menggunakan Mind Map
siswa akan lebih mudah mempelajari materi-materi yang diberikan sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan mengingat. Dengan
demikian hasil pembahasan menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Mind Map dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran yang dilakukan akan tetapi belum dapat digunakan untuk menjadikan hasil belajar siswa kelas VIII B Pangudi
Luhur bayat Klaten menjadi lebih baik, karena siswa yang tuntas dalam pembelajaran yang dilakukan belum dapat menunjukkan nilai yang
maksimal.
E. Keterbatasan penelitian