Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar ditinjau dari sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SIKAP DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B
SMP PANGUDI LUHUR GANTIWARNO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Agathon Charis Irawan
081414062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
(2)
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK LUAS PERMUKAAN
DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SIKAP DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B
SMP PANGUDI LUHUR GANTIWARNO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Agathon Charis Irawan
081414062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Milikilah impian, apapun itu, yakinlah semua akan
tercapai, karena tidak ada yang mustahil jika kita
yakin dalam usaha dan doa
Jangan pernah kamu mengubah impianmu, jika impianmu itu belum tercapai
Tetapi ubahlah cara mencapainya.
Never give up
Dengan Penuh Syukur Karya Ini Kupersembahkan Untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang Selalu Mendengarkan Doa- doaku
Orang Tua Tercinta, Aloysius Muryadi & Fransiska Suminten
Adik-adikku Tersayang Agustina Novita K & Christina Anita F
Sahabat-sahabatku yang Selalu Memberikan Semangat dan Motivasi
(6)
(7)
(8)
vii ABSTRAK
AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Matematika Topik Luas Permukaan Dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Sikap dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sikap siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas VIII SMP
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa. Data diperoleh dari observasi, tes hasil belajar dan angket sikap. Data sikap siswa dianalisis dengan menentukan skor setiap pernyataan siswa dan menentukan kriteria sikap siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai kuis dan tes akhir kemudian dianalisis dengan persentase ketuntasan, rata-rata dan kriteria hasil belajar.
Hasil penelitian pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) menunjukkan bahwa: (1) Sikap siswa secara individu dalam mengikuti pembelajaran masuk dalam kriteria Positif dan Sangat Positif, dimana persentase terendah sebesar 60,83% dan persentase tertinggi sebesar 96,67%. Secara keseluruhan atau rata-rata kelas, sikap siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 77,97% yang termasuk dalam kriteria
Sangat Positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran, seluruh siswa mau menerima pembelajaran matematika. (2) Hasil belajar sebagai berikut Kuis I memiliki ketuntasan belajar 82,61%, dengan rata-rata kelas 77,61 menurut KKM masuk dalam kategori
Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Baik. Kuis II memiliki ketuntasan belajar 56,52%, dengan rata-rata kelas 55,43 menurtut KKM masuk dalam kategori Belum Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Kurang. Tes akhir memiliki ketuntasan belajar 69,57% , dengan rata-rata kelas 65,74 menurut KKM masuk dalam kategori Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Cukup. Dari hasil belajar siswa yang telah diperoleh maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(9)
viii ABSTRACT
AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. The Implementation Cooperative Learning Model of STAD type in Teaching Mathematic on Surface Area and Volume of Polyhedron Topics Seen From Attitude and Learning Result on Eight Grade Student of Pangudi Luhur Junior High School in Gantiwarno. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed (1) to determine the attitudes of the students after learning with cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) to determine the student learning result in learning by using cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) on eighth grade students of SMP
The reaserch used quantitative descriptive methods. The research was conducted in May 2012. The subjects of this study were junior high school students of class VIII B Pangudi Luhur Gantiwarno in the academic year 2011/2012, amounting to 23 students. Data obtained from observations, achievement test, and questionnaire. Data were analyzed to determine the attitudes of students score each statement and determine the criteria for student attitudes. Student learning outcomes derived from the value of quizzes and final test and then analyzed by percentage of completeness, average and learning result.
The results of the research on learning to implement cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) show that: (1) The attitude of students individually in participating in the study criteria Positive and Very Positive, where the lowest percentage of 60.83% and the highest percentage of 96.67%. Overall or average grade, the attitude of students in learning to type STAD cooperative learning model at 77.97%, which is included in the criteria for Very Positive. (2) The following learning mastery learning quiz I have 82.61%, with the average grade 77.61 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of good. Quiz II has a mastery learning 56.52%, with an average of 55.43 menurtut KKM class in the category of Not Completed and learning result according to the criteria in the category less. Final test mastery learning has 69.57%, with the average grade 65.74 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of Self. From the learning result of students who have obtained the type STAD cooperative learning model can be used as an alternative learning can be done by teachers to improve student learning result.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.
2. Bapak Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku ketua JPMIPA.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan
Matematika.
4. Bapak Dominikus Arif Budi P., S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan selama ini.
5. Bapak Drs. L. Sri Widodo, selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang telah berkenan memberikan ijin pada penelitian ini. 6. Bapak T. Suhadi, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian. 7. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Pogram Studi Pendidikan
Matematika yang telah membantu memperlancar skripsi ini.
8. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
(11)
x
9. Bapak, Ibu, Adik-adikku tercinta terima kasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan.
10. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008 atas segala doa, dukungan dan motivasi yang telah diberikan.
11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis mengharap kritik dan saran demi penyempurnaan penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
(12)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
(13)
xii
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Batasan Istilah ... 6
G. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Belajar dan Pembelajaran ... 10
1. Belajar ... 10
2. Pembelajaran ... 11
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
2. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 13
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
5. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
C. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 18
1. Pengertian STAD ... 18
2. Tahap-tahap Pelaksanaan Tipe STAD ... 18
D. Hasil Belajar ... 20
E. Sikap ... 22
1. Pengertian ... 22
2. Struktur Pembentuk Sikap ... 24
(14)
xiii
F. Materi ... 27
1. Pengertian Luas Permukaan dan Volume ... 27
2. Materi Luas Permukaan dan Volume ... 28
a) Kubus ... 28
b) Balok ... 31
c) Prisma ... 35
d) Limas ... 38
G. Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu ... 42
C. Subjek Penelitian ... 42
D. Objek Penelitian ... 43
E. Rancangan Penelitian ... 43
F. Bentuk Data ... 44
G. Instrumen Penelitian ... 45
H. Metode Analisis Data ... 52
I. Penjadwalan Kegiatan ... 55
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA, ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ... 57
(15)
xiv
1. Observasi ... 57
2. Deskripsi Pelaksanaaan Penelitian ... 58
B. Data Penelitian ... 68
1. Sikap Siswa ... 68
2. Hasil Belajar ... 72
C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 72
1. Analisis Sikap ... 72
2. Analisis Hasil Belajar ... 79
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
1. Sikap Siswa ... 83
2. Hasil Belajar Siswa ... 87
BAB V PENUTUP ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Skor Peningkatan Individu ... 20
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 20
Tabel 2.3 Volume Kubus ... 31
Tabel 2.4 Volume Balok ... 35
Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Pembelajaran ... 46
Tabel 3.2 Bobot Skor Angket Sikap Siswa ... 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket Sikap Siswa ... 48
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan ... 49
Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes ... 51
Tabel 3.6 Kriteria Sikap Siswa ... 52
Tabel 3.7 Kriteria Hasil Belajar ... 54
Tabel 4.1 Kegiatan Selama Penelitian ... 59
Tabel 4.2 Daftar Kelompok ... 60
Tabel 4.3 Skor Angket Sikap Setiap Siswa ... 69
Tabel 4.4 Skor Tiap Indikator Sikap ... 69
Tabel 4.5 Data Lembar Pengamatan ... 71
Tabel 4.6 Nilai Hasil Belajar Siswa ... 72
Tabel 4.7 Distribusi Kriteria Sikap Siswa ... 73
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kriteria Sikap Siswa ... 73
Tabel 4.9 Kriteria Setiap Indikator ... 75
Tabel 4.10 Ketuntasan Siswa pada Tes Awal ... 79
Tabel 4.11 Ketuntasan siswa pada Kuis ... 81
Tabel 4.12 Ketuntasan Siswa pada Tes Akhir ... 82
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kubus Dan Jaring-Jaring Kubus ... 28
Gambar 2.2 Kubus Dengan Ukuran 1 Satuan ... 29
Gambar 2.3 Kubus Dengan Panjang Rusuk 2 Satuan ... 29
Gambar 2.4 Kubus Dengan Panjang Rusuk 3 Satuan ... 30
Gambar 2.5 Kubus Dengan Panjang Rusuk 4 Satuan ... 30
Gambar 2.6 Balok Dan Jaring-Jaring Balok ... 32
Gambar 2.7 Kubus Dengan Ukuran 1 Satuan ... 33
Gambar 2.8 Balok Dengan Ukuran 3 x 4 x 2 ... 33
Gambar 2.9 Balok Dengan Ukuran 5 x 3 x 2 ... 34
Gambar 2.10 Balok Dengan Ukuran 4 x 3 x 3 ... 34
Gambar 2.11 Prisma Segitiga Siku-Siku Dan Jaring-Jaring Prisma ... 35
Gambar 2.12 Balok Yang Dipotong ... 36
Gambar 2.13 Prisma ... 37
Gambar 2.14 Limas Dan Jaring-Jaring Limas ... 38
Gambar 2.15 Diagonal-Diagonal Ruang Balok Yang Membentuk Limas .... 39
Gambar 4.1 Guru Melakukan Presentasi Kelas Dan Siswa Memperhatikan . 75 Gambar 4.2 Suasana Saat Diskusi Kelompok ... 76
Gambar 4.3 Interaksi Yang Terjadi Saat Diskusi Kelompok ... 77
Gambar 4.4 Suasana Saat Presentasi Kelompok Secara Klasikal ... 78
Gambar 4.5 Siswa Memperagakan Alat Peraga ... 79
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A
Lampiran A1 Surat Keterangan Telah Penelitian ... 95
Lampiran A2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96
Lampiran A3 Lembar Kerja Siswa ... 102
LAMPIRAN B Lampiran B1 Soal dan Kunci Kuis 1 ... 119
Lampiran B2 Soal dan Kunci Kuis 2 ... 122
Lampiran B3 Soal dan Kunci Tes Akhir ... 124
Lampiran B4 Angket Sikap ... 128
Lampiran B5 Lembar Pengamatan ... 132
LAMPIRAN C Lampiran C1 Data Skor Angket ... 133
Lampiran C2 Perhitungan Penghargaan Kelompok ... 135
Lampiran C3 Data Lembar Pengamatan Sikap ... 137
LAMPIRAN D Lampiran D1 Hasil Pekerjaan Kuis I ... 139
Lampiran D2 Hasil Pekerjaan Kuis II ... 142
Lampiran D3 Hasil Pekerjaan Tes Akhir ... 145
(19)
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan telah berkembang secara pesat dan setiap orang dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut maka setiap orang harus menempuh suatu pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non formal. Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh mutu atau kualitas proses pembalajaran yang terjadi di dalamnya. Di dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran, guru sangat berperan penting karena terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga di sini guru diharapkan mempunyai kreatifitas dalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Sebagai upaya untuk mengembangkan kreatifitas pembelajaran adalah dengan menerapkan suatu strategi dan model-model pembelajaran yang bervariasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan terpusat pada siswa. Model pembelajaran ini mengutamakan kerja sama antar siswa. Guru bertugas sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Student
(20)
Teams Achievement Division (STAD), tipe ini merupakan tipe yang paling sederhana dalam model pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini siswa diajak untuk bekerja sama dalam kelompok dalam memahami materi. diharapkan
dengan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) ini siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran terutama pelajaran matematika.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa dan tidak hanya terpusat pada guru. Di sini guru diharapkan mampu menerapkan suatu metode atau model pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan terpusat pada siswa.
Selain proses pembelajaran ada hal lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa yaitu usaha siswa sendiri atau faktor dari dalam diri siswa. Salah satu faktor yang dari dalam siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa adalah sikap siswa terhadap matematika. Secara tidak disadari pada keadaan awal proses belajar mengajar, sikap siswa ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar dari proses belajar mengajar itu sendiri. Sikap siswa yang mau menerima atau senang terhadap matematika maka dengan sendirinya siswa tersebut akan lebih mudah dalam menerima atau mengikuti pembelajaran matematika, sebaliknya jika siswa tidak menerima atau tidak senang terhadap pelajaran matematika maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam menerima atau mengikuti pembelajaran matematika.
(21)
3
Namun dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada bulan April 2012 di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno pada kelas VIII. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa cenderung kurang memperhatikan pelajaran dengan baik, ini terlihat pada saat proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru banyak siswa yang mengobrol dengan teman lain, serta melakukan aktivitas lain yang tidak mendukung dalam pembelajaran. Ini mungkin terjadi karena mereka merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tetapi sebagian dari mereka terlihat aktif ketika siswa disuruh untuk maju mengerjakan soal, sebagian dari mereka maju dengan suka rela tanpa ditunjuk oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan,
diketahui bahwa dalam penyampaian pembelajaran, guru selalu menggunakan teknik ceramah, karena teknik ceramah sering digunakan maka ini metode ini merupakan metode pembelajaran konvensional. Dalam metode ini pembelajaran lebih berpusat pada guru. Guru lebih menekankan pada penyampaian informasi yang bersumber dari buku paket, referensi atau pengalaman pribadi dengan menggunakan teknik ceramah, sehingga peran guru disini adalah sebagai sumber dan pemberi informasi, sedangkan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru memberikan definisi dan rumus kemudian memberikan contoh soal, setelah itu latihan soal yang terdapat pada buku. Dengan demikian, peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa dalam proses pembelajaran.
(22)
Secara garis besar, dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode konvensional yakni guru memberikan penjelasan tentang materi, memberikan contoh soal dan terakhir memberikan latihan soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Apabila guru tetap menggunakan cara pembelajaran yang seperti itu maka siswa akan merasa cepat bosan dan malas dalam mengikuti pelajaran matematika. Dalam penyampaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ini dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap pelajaran dan akhirnya akan berpengaruh pula pada hasil belajar siswa. Seharusnya guru harus mampu menciptakan suatu pembelajaran yang berbeda, menarik, dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias dan tidak cepat bosan dalam mengikuti pelajaran matematika.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari sikap dan hasil belajar matematika pada siswa di kelas VIII.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru belum terpusat pada siswa sehingga dalam proses pembelajaran guru lebih berperan aktif dalam menyampaikan materi.
(23)
5
2. Dalam menyampaikan materi guru masih cenderung dengan
menggunakan metode ceramah, media yang digunakan papan tulis dan dengan sumber belajar buku paket.
3. Selama proses pembelajaran sebagian siswa cenderung tidak
memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung.
4. Siswa kurang terlibat dan cenderung pasif selama proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian yang akan dilakukan hanya dibatasi pada sikap siswa terhadap matematika dan hasil belajar matematika pada pembelajaran dengan model pembalajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada kelas VIII B dengan materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, limas dan prisma).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a.Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(24)
b.Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada siswa SMP kelas VIII?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah mancari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul diatas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sikap siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada siswa SMP kelas VIII.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa SMP kelas VIII
F. Batasan Istilah 1. Sikap
Sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak matematika berdasarkan penilaian siswa terhadap matematika sebagai obyek yang berharga atau tidak bagi siswa. Siswa akan mempunyai sikap positif terhadap matematika apabila siswa menilai matematika berguna baginya, sebaliknya jika siswa menilai matematika tidak berguna baginya maka ia mempunyai sika negatif
(25)
7
terhadap matematika. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor angket sikap siswa terhadap matematika dan lembar pengamatan.
2. Hasil belajar
Hasil belajar siswa dalam matematika adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam matematika. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor tes awal, kuis dan tes akhir.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
4. Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Tipe Student Teams Achievement Divisions adalah salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Guru melakukan presentasi tentang materi pelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang heterogen (terdiri dari 4-5 siswa ).
c) Siswa mendiskusikan bahan ajar LKS di dalam kelompok.
d) Siswa mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompok, sehingga terjadi diskusi kelas.
(26)
e) Guru melakukan penilaian secara individu dengan kuis atau ulangan. 5. Siswa
Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.
6. Materi
Materi pokok dalam penelitian ini adalah luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Pada penelitian ini materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar hanya dibatasi oleh kubus, balok, prisma dan limas. Untuk materi prisma dan limas yang dibahas adalah prisma sisi tegak dan limas sisi tegak.
Arti judul dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Sikap dalam hal ini adalah apakah siswa mau menerima pelajaran matematika ataupun proses pembelajaran matematika. Sikap ini diperoleh dari angket dan pengamatan, sedangkan hasil belajar dalam hal ini adalah nilai yang diperoleh siswa dari tes yang diberikan pada materi luas dan volume bangun ruang sisi datar.
(27)
9
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga guru dalam melakukan variasi dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa memilki sikap yang baik terhadap matematika dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa semakin baik. Dalam penelitian ini juga melatih siswa agar dapat bekerja sama dan dapat mengembangkan konsep pikiran mereka sendiri.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengembangan sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di SMP. 4. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengalaman dalam meningkatkan wawasan dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.
(28)
10 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel,2009:59).
Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2011:9) mengemukanan bahwa belajar merupakan suatu untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki tingkah laku, sikap dan mengokohkan kepribadian.(belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar,2011, remaja rosda karya, Bandung)
Menurut Herman Hudojo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu menjadi proses kegiatan yag mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu relatif lama itu
(29)
11
disertai dengan usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedang perubahan tingkah laku adalah hasil belajar. Dengan demikian belajar menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pandangan di atas jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dimana seseorang akan memperoleh pengetahuan atau ilmu, ketrampilan, perubahan tingkah laku dan sikap serta menguatkan kepribadian yang di dapat dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2. Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Menurut Erman Suherman dkk (2001:8) proses pembelajaran dalam arti sempit adalah proses pendidikan dalam lingkungan sekolah, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman-teman
(30)
siswa. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Muhammad surya, 2004:7)
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang langsung dialami siswa (Winkel, 2009).
Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan belajar dan mengajar, ketiganya terjadi scara bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal, sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa pada kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (modul PLPG, 2011:103). Menurut Suyatno (2009:51) Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
(31)
13
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar ( Sugiyanto, 2010: 37)
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif . model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya
menekankan kerja sama (Anita Lie, 2010).
Dari beberapa uraian tentang pengertian model pembelajaran kooperatif diatas dapat disimpulkan bahwa model pemebelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan adanya kerja sama antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu materi yang diberikan oleh guru.
2. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini adalah beberapa unsur-unsur yang terkandung di dalam model pembelajaran kooperatif :
a. Setiap siswa dalam kelompok bertanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya di samping
(32)
b. Setiap siswa harus mengetahui bahwa setiap semua siswa mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap siswa dalam kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok.
d. Setiap siswa akan dikenai evaluasi yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi dalam kelompokknya.
e. Setiap siswa dalam kelompok berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama.
f. Setiap siswa dalam kelompok dimintai mempertanggungjawabkan
secara individu materi yang ditangani dalam kelompok tersebut.
3. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa ciri dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif bagi siswa agar dalam pembelajaran dapat berjalan dengan lancer. Adapun cirri-ciri tersebut sebagai berikut :
a. Siswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya untuk
menyelesaikan materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang bervariasai, ditinjau dari kemampuan akademis, ras, suku, budaya, jenis kelamin, dan lain-lain.
(33)
15
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Secara garis besar langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta memotivasi siswa.
b. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
c. Guru menginformasikan pengelompokkan kepada siswa.
d. Guru membimbing, memotivasi, serta memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok belajar.
e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
f. Guru memberi penghargaan hasil belajar baik secara individu maupun kelompok.
5. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe pembelajaran dalam model pembalajaran kooperatif. Menurut Slavin, tipe-tipe model pembelajaran kooperatif
tersebut adalah :
a. Student Teams Achievement Divisions ( STAD)
Dalam STAD siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Dalam pembelajarannya guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa
(34)
seluruh anggota menuntaskan pelajaran tersebut. Dan akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan yang ajar tersebut. Dari kuis individual tersebut siswa memperoleh skor individu dan skor individu itu untuk menentukan poin perbaikan dengan cara membandingkan skor individu dengan skor dasar mereka yang lalu. Dari poin perbaikan masing-masing siswa tersebut dalam setiap kelompok kemudian dijumlah untuk mendapat skor kelompok. Dari rata-rata skor kelompok yang memenuhi kriteria dapat penghargaan kelompok.
b. Jigsaw
Pada jigsaw siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi “ahli” pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut setiap “ahli” dibebaskan mengemukaan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para “ahli” tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
(35)
17
c. Team Games Tournament (TGT)
Hampir sama dengan STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Dalam pembelajarannya guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota menuntaskan pelajaran tersebut.Di TGT tidak ada kuis tetapi hasil belajar di evaluasi dengan permainan akademik seperti cerdas cermat. Skor tim secara keseluruhan ditentukan oleh prestasi kelompok.
d. Learning Together
Pengajar melakukan presentasi bahan pelajaran. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 6 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pengajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua pelajar di kelas. Pengajar diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara manguasai materi, dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh pelajar.
(36)
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian STAD
STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Tipe STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Dalam pembelajaran ini guru mengadakan presentasi kemudian siswa berkelompok mengerjakan soal-soal latihan pada lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah. Setelah semua kelompok selesai bekerja, siswa melakukan presentasi dan kemudian setelah presentasi selesai guru melakukan evaluasi secara individu.
2. Tahap-tahap Pelaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a. Presentasi Kelas
Di awal pembelajaran guru melakukan presentasi kelas tentang kegiatan dan materi apa yang akan dilaksanakan.
(37)
19
b. Kerja/diskusi kelompok
Dalam pembelajaran siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru sebagai fasilitator dan pembimbing apabila siswa megalami kesulitan.
c. Presentasi Kelompok
Setelah setiap kelompok menyelesaikan diskusi kelompok, maka
dilakukan presentasi kelompok dimana setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka. d. Evaluasi/Kuis inidvidu
Setelah pembelajaran berakhir guru memberikan evaluasi/kuis secara individu kepada siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami materi yang telah dipelajari.
e. Skor Peningkatan Individual
Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari kinerja rat-rata setiap siswa pada tes serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada banyak skor kuis/tes melampaui skor dasar mereka. Adapun aturan pemberian skor peningkatan individu adalah sebagai berikut:
(38)
Tabel 2.1. Kriteria Skor Peningkatan Individu
Kriteria Skor Peningkatan
Lebih dari 10 angka di bawah skor dasar 5
1 sampai 10 angka di bawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 angka di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 angka di atas skor dasar 30
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30
f. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang skor rata-rata kelompok melampaui kriteria tertentu. Berikut ini adalah kriteria yang digunakan dalam memberikan penghargaan kelompok:
Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Rata-rata Skor Kelompok Kriteria
15 ≤ rata-rata skor < 20 Kelompok baik (good team) 20 ≤ rata-rata skor < 25 Kelompok hebat (great team) 25 ≤ rata-rata skor ≤ 30 Kelompok super (super team)
D. Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam membantu keberhasilan belajar siswa. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah setiap siswa mengharap mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa harus meliputi tiga
(39)
21
bidang, yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), dan bidang psikomotorik (kemampuan ketrampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran. Di antara ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2010 : 22-23).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya perubahan dan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, seperti dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu, dan tidak sopan menjadi lebih sopan.
Hasil belajar matematika dapat diartikan penguasaan terhadap materi pelajaran matematika, meningkatkan sikap positif terhadap matematika, dan terampil menggunakan matematika untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa ditinjau dari segi kognitifnya saja atau dari nilai tes setiap siswa.
(40)
E. Sikap
1. Pengertian
Menurut Slameto (2010:188) Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sikap. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan.
Dalam studi kepustakaan mengenai sikap diuraikan bahwa sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan social dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek. (Mar’at,1981;9)
Menurut Winkel (2009:177) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah kecenderungan seseorang menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai baik bagi dirinya maka dia mempunyai sikap positif, sedangkan bila obyek dinilai jelek bagi dirinya maka dia mempunyai sikap negatif.
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk,
(41)
positif-23
negatif, menyenangkan-tidak menyenangka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,1995;15).
Menurut beberapa pandangan tentang pengertian sikap diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu hal berdasarkan penilainnya terhadap hal tersebut apakah hal tesebut baik atau tidak baik bagi dirinya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sikap. Maka sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan siswa menerima atau menolak pelajaran matematika berdasarkan penilaian siswa terhadap pelajaran matematika sebagai suatu pelajaran yang baik/berharga atau tidak baik/tidak berharga bagi siswa.
Dengan sikap yang positif maka dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan. Sikap yang positif siswa terhadap mata pelajaran matematika dapat dijadikan sebagai pedoman yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap siswa yang negatif terhadap pelajaran matematika dapat menghambat mereka dalam mengikuti proses pembelajaran matematika.
(42)
2. Struktur Pembentuk Sikap
Ada tiga komponen yang membentuk sikap yaitu kognisi, afeksi dan
konasi, dimana ketiganya saling menunjang, seperti yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar, sebagai berikut:
a. Komponen kognitif
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sebagai contoh, misalnya ada seorang siswa pernah mengalami kejadian dimana saat dia bersekolah dia selalu mempunyai seorang guru matematika yang sangat galak, jadi dia mempunyai kepercayaan dan kesimpulan bahwa semua guru matematika adalah guru yang galak.
b. Komponen afeksi
Menyangkut masalah yang emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini berkenaan dengan perasaan yang dimiliki seseorang dalam menanggapi obyek. Sebagai contoh, seorang siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika karena guru matematikanya galak .
c. Komponen konasi / perilaku
Menunjukkan perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Komponen ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan seseorang terhadap stimulus tertentu. Sebagai contoh, seorang siswa yang telah percaya bahwa guru matematika galak
(43)
25
yang menjadikan siswa itu tidak menyukai matematika maka ia akan enggan untuk mengikuti segala kegiatan dalam pembelajaran matematika.
3. Faktor-faktor Pembentuk Sikap
Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap manusia terhadap suatu objek yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar, sebagai berikut:
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah atau sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat yang melibatkan faktor emosional, dengan begitu maka sikap akan lebih mudah terbentuk.
b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak mungkin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
(44)
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
d. Media Massa
Sebagai saran komunikasi, media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moraldalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, benar dan salah, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan kepercayaan
(45)
27
yang ikut berperan dalamm menentukan sikap individu terhadap suatu hal.
f. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah menghilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
F. Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar 1. Pengertian Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang
a. Luas Permukaan
Luas adalah banyaknya persegi satuan yang dapat digunakan untuk menutup (secara tepat) suatu daerah.
Luas permukaan adalah banyaknya persegi satuan yang dapat digunakan untuk menutupi seluruh permukaan bangun ruang.
b. Volume
Volume adalah banyaknya kubus satuan yang dapat menempati suatu bangun ruang dengan tepat.
(46)
2. Materi Luas Permukaan Dan Volume Bangun Ruang Sisi datar a. Kubus
Kubus adalah benda ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar yang masing-masing berbentuk persegi yang sama dan sebangun atau kongruen.
1) Luas permukaan Kubus
Bagaimana menentukan luas permukaan kubus?
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya di bawah ini
Gambar 2.1 kubus dan jaring-jaring kubus Kubus ABCD.EFGH di atas memiliki panjang rusuk r satuan. Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti kita sama saja menghitung luas jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 persegi yang sama dan kongruen maka :
r r
A B
C D F G G H E H F G F E B C G F H D A E r r r
(47)
29
Jika suatu kubus memiliki panjang rusuk r satuan, maka luas permukaan kubus dirumuskan:
2) Volume Kubus
Bagaimana menentukan volume kubus?
Dengan bantuan kubus satuan kita dapat menentukan volume suatu kubus. Menentukan volume suatu kubus berarti menentukan banyak kubus satuan yang dapat mengisi suatu kubus sampai penuh.
Gambar 2.2 Kubus dengan ukuran 1 Satuan
Untuk menentukan volume kubus perhatikan langkah-langkah berikut ini
Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar 2.3 kubus dengan panjang rusuk 2 satuan KUBUS A memiliki panjang rusuk 2 satuan.
Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS A hingga penuh adalah 2 × 2 × 2 = 8 kubus satuan
Luas permukaan kubus = 6r2
1 satuan
1 kubus satuan
(48)
Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar 2.4 kubus dengan panjang rusuk 3 satuan KUBUS B memiliki panjang rusuk 3 satuan.
Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS B hingga penuh adalah 3 × 3 × 3 = 9 kubus satuan
Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar 2.5 kubus dengan panjang rusuk 4 satuan KUBUS B
(49)
31
KUBUS C memiliki panjang rusuk 4 satuan.
Banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi KUBUS C hingga penuh adalah 4 × 4 × 4 = 64 kubus satuan
Tabel 2.3 Volume Kubus
Panjang rusuk kubus Volume kubus
2 cm 2 × 2 × 2 = 8 = 2 3 cm3
3 cm 3 × 3 × 3 = 9 = 3 3 cm3
4 cm 4 × 4 × 4 = 64 = 43 cm3
5 cm 5 × 5 × 5 = 125 = 53 cm3
r cm r × r × r = r3 cm3
Jika suatu kubus memiliki panjang rusuk s satuan, maka volume kubus dirumuskan :
b. Balok
Balok adalah benda ruang yang dibatasi oleh enam bidang datar yang masing-masing berbentuk persegi panjang.
1) Luas permukaan
Bagaimana menentukan luas permukaan balok?
Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya di bawah ini, kemudian jawablah pertanyaan yang ada.
(50)
Gambar 2.6 balok dan jaring-jaring balok
Balok ABCD.EFGH di atas memiliki ukuran panjang p satuan, lebar l satuan dan tinggi t satuan. Dengan demikian, luas permukaan balok tersebut adalah
Luas Permukaan balok
= Luas persegi panjang ABCD + Luas persegi panjang ADEH + Luas persegi panjang CBFG + Luas persegi panjang DCGH + Luas persegi panjang ABEF + Luas persegi panjang EFGH = (p x l) + (l x t ) + (l x t) + (p x t) + (p x t) + ( p x l) = 2 (p x l) + 2 (l x t ) + 2 (p x t)
= 2 { (p x l) + (l x t ) + (p x t) } = 2 ( pl x lt x pt )
Jika suatu balok berukuran panjang p satuan , lebar l satuan , dan tinggi t satuan, maka luas permukaan balok dirumuskan:
Luas Permukaan Balok = 2 ( pl x lt x pt )
l p
p
t
l
A B
D C E G H F
A B
D C
G H F G E H
E F
G H
t
(51)
33
2) Volume
Bagaimana cara menentukan volume balok?
Dengan bantuan kubus satuan, kalian dapat menentukan volume balok. Menentukan volume balok berarti menentukan banyaknya kubus satuan yang digunakan untuk mengisi balok hingga penuh.
Gambar 2.7 kubus dengan ukuran 1 satuan Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 balok dengan ukuran 3 x 4 x 2 Berdasarkan gambar di atas, BALOK A memiliki ukuran panjang 3 satuan, lebar 4 satuan dan tinggi 2 satuan.
Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK A hingga penuh
adalah 3 × 4 × 2 = 24 kubus satuan Perhatikan gambar di bawah ini!
1 satuan
1 kubus satuan
(52)
Gambar 2.9 balok dengan ukuran 5 x 3 x 2 Berdasarkan gambar di atas, BALOK B memiliki ukuran panjang 5 satuan, lebar 3 satuan dan tinggi 2 satuan.
Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK Bhingga penuh
adalah 5 × 3 × 2 = 30 kubus satuan Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar 2.10 balok dengan ukuran 4 x 3 x 3
Berdasarkan gambar di atas, BALOK C memiliki ukuran panjang 4 satuan, lebar 3 satuan dan tinggi 2 satuan..
Banyaknya kubus satuan yang mengisi BALOK C hingga penuh
adalah 4 × 3 × 2 = 24 kubus satuan
BALOK B
(53)
35
Tabel 2.4 Volume Balok
Panjang balok Lebar balok Tinggi balok Volume balok
3 cm 4 cm 2 cm 3 × 4 × 2 = 24 cm3
5 cm 3 cm 2 cm 5 × 3 × 2 = 30 cm3
4 cm 3 cm 3 cm 4 × 3 × 3 = 36 cm3
6 cm 5 cm 4 cm 6 × 5 × 4 = 120 cm3
p cm l cm t cm p × l × t = plt cm3
Jika suatu balok berukuran panjang satuan , lebar satuan , dan tinggi t satuan, maka volume balok dirumuskan:
c. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar (bidang alas dan bidang atas) dan oleh bidang-bidang lain (bidang-bidang sisi) yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.
1) Luas permukaan
Bagaimana menentukan luas permukaan prisma?
Perhatikan prisma ABCD.EFGH beserta jaring-jaringnya berikut ini.
Gambar 2.11 prisma segitiga siku-siku dan jaring-jaring prisma Volume balok = p × l × t
c b a F E D C B A E c a F C B E E B D B A b
(54)
Terlihat bahwa prisma segitiga ABCdan segitiga DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian, luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah :
Luas Permukaan Prisma
= L ΔABC + L ΔDEF + L ACDF + L ABDE + L BCEF
= 2 x L ΔABC + L ACDF + L ABDE + L BCEF
= 2 x ( ½ x b x c) + { ( b x t ) + (c x t ) + ( a x t)} = ( 2 x Luas alas ) + {( a+b + c) x t}
= ( 2 x Luas alas ) + ( Keliling alas x t )
Jadi, Luas Permukaan Prisma yang dinyatakan rumus sebagai berikut :
2) Volume
Bagaimana Menentukan volume prisma ?
Balok ABCD.EFGH memiliki ukuran panjang p satuan, lebar l
satuan dan tinggi t satuan.
Selanjutnya perhatikan ilustrasi berikut ini.
Gambar 2.12 balok yang dipotong
Luas Permukaan Prisma = ( 2 x Luas alas ) + ( Keliling alas x t )
D
A B
C
E F
G H
p l
t
E
C
A B
G F
p l
t D H A G E C
(55)
37
Apabila balok ABCD.EFGH tersebut dipotong menurut bidang diagonal ACGE, maka akan diperoleh dua prisma yang saling kongruen. Salah satunya prisma ABC.DEF seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.13 prisma
Ternyata hasil belahan balok tersebut membentuk prisma segitiga seperti pada gambar diatas. Dengan demikian, volume prisma segitiga adalah setengah kali volume balok.
Volume Prisma ABC.EFG = ½ x Volume balok ABCD.EFGH = ½ x ( p x l x t )
= ( ½ x p x l ) x t
= Luas alas x tinggi
Jadi, volume prisma yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
F C
A B
G E
p l
t
(56)
d. Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang alas yang berbentuk segi-n dan oleh bidang-bidang sisi yang berbentuk segitiga.
1) Luas permukaan
Bagaimana menentukan luas permukaan limas?
Agar lebih jelas, perhatikan limas T.ABCD beserta jaring-jaringnya berikut, kemudian tentukan luas permukaan limas tersebut.
Gambar 2.14 limas dan jaring-jaring limas
Gambar di atas adalah sebuah Limas terbentuk dari alas berbentuk persegi, dan 4 buah segitiga yang kongruen.
Luas permukaan Limas: = L. alas + 4. L. segitiga
= (2a x 2a) + (4 .½ at) = (2a)2 + 2at
Jadi, luas permukaan Limas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Luas Permukaan Limas = Luas alas + jumlah Luas sisi tegak
D T
T
T T
B A
C D
2a
2a b
A
C B
T
2a 2a
(57)
39
2) Volume
Bagaimana menentukan volume limas?
Volume limas dapat diperoleh dari volume suatu kubus. Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 2.15 diagonal-diagonal ruang balok yang membentuk limas Gambar di atas memperlihatkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang panjang rusuknya 2r satuan. Empat diagonal ruangnya saling berpotongan di titik T sehingga terbentuk suatu limas. Jika diamati secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 buah limas segiempat, yaitu limas segiempat T.ABCD, T.BCFG, T. ABEF, T. ADEH, T. DCGH, T. EFGH. Dengan demikian, volume kubus ABCD.EFGH merupakan gabungan volume keenam limas tersebut.
Volume Kubus ABCD.EFGH = 6 x Volume Limas T.ABCD
Volume Limas T. ABCD = 6 1
x Volume Kubus
= 6 1
x 2r x 2r x 2r O
A B
C D
E
F
G H
2r
2r
2r
(58)
= 6 1
x (2r)2 x 2r
= 3 1
x (2r)2 x r
= 3 1
x luas alas x tinggi
Jadi, Volume Limas dapat dirumuskan sebagai berikut :
G. Kerangka Berpikir
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih berperan aktif sedangkan siswa hanya pasif. Memungkinkan siswa menjadi bosan dalam mengikuti pelajaran dan ini dapat mempengaruhi sikap siswa yang akan menerima matematika secara negatif, sehingga siswa akan merasa tidak nyaman apabila belajar matematika. Apabila ini terjadi maka pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal itu maka guru bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif ini diharapkan proses pembelajaran dapat berpusat pada siswa sehingga siswa dapat menyusun konsep suatu materi dengan cara mereka sendiri tidak bergantung pada guru saja. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah
Volume Limas = 3 1
(59)
41
tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Tipe merupakan salah model pembelajaran kooperatif yang sederhana. Diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat memberikan kesan yang positif terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan lagi dengan proses pembelajaran. Maka pada akhirnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat menumbuhkan sikap siswa yang positif terhadap pelajaran matematika, sikap yang positif diantaranya mengikuti pelajaran dengan baik, memperhatikan penjelasan dari guru, mengerjakan tugas, membantu teman yang mengalami kesulitan dan mau bekerja sama dalam kelompok. Dengan sikap yang positif maka dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang disampaikan.
Pada akhirnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat memberikan dampak yang positif kepada siswa, sehingga siswa mempunyai sikap dan hasil belajar matematika yang baik.
(60)
42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendiskripsikan hasil kuantitatif yang diperoleh dari hasil belajar dan angket sikap siswa yang didukung dengan pengamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap dan hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno. Untuk meneliti sikap dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada siswa dan melalui lembar pengamatan yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk meneliti hasil belajar peneliti menggunakan tes awal, kuis dan tes akhir serta dengan pengamatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur Gantiwarno pada kelas VIII B semester genap tahun ajaran 2011/2012, dengan waktu penelitian pada bulan Mei 2012.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari satu kelas dengan
(61)
43
jumlah siswa putra 11 orang dan jumlah siswa putri 12 orang. Jadi jumlah subyek yang akan diteliti adalah 23 siswa. Guru dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
D. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah sikap dan hasil belajar pada pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini ditujukan kepada satu kelas, dimana kelas tersebut diberi perlakuan khusus yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Di dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru, jadi peneliti terlibat aktif dalam situasi yang akan diteliti. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dibagi ke dalam 5 kelompok. Setiap siswa diberikan LKS yang digunakan untuk berdiskusi dalam setiap kelompok. Setelah berdiskusi siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas dan di akhir sub bab siswa diberi kuis.
Sebelum pembelajaran pada materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar dimulai, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal. Tes awal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan mereka terima. Dalam tes awal ini materi yang diujikan
(62)
adalah materi yang akan mereka terima yaitu luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar meliputi kubus, balok, limas dan prisma, untuk materi volume kubus dan balok sudah pernah diajarkan pada tingkat Sekolah Dasar. Tes awal ini juga digunakan untuk membentuk kelompok yang akan digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Setalah semua materi telah dipelajari siswa kemudian diberi tes akhir. Tes akhir ini digunakan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selain tes awal dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar juga dilakukan dengan memberikan kuis, kuis ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi yang baru mereka terima pada setiap sub bab dan juga dengan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
Selama proses pembelajaran peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap siswa terhadap matematika dengan bantuan teman observer. Dan juga di akhir pembelajaran peneliti memberikan angket sikap siswa. Sikap siswa dianalisis dari hasil pengamatan dan angket sikap siswa.
F. Bentuk Data
1. Data Sikap Siswa
Data sikap siswa berupa skor yang diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh siswa, dan hasil pengamatan dengan lembar pengamatan selama proses pembelajaran yang diisi oleh observer.
(63)
45
2. Data Hasil Balajar Siswa
Data hasil belajar siswa diambil dari nilai siswa yang berupa angka. Alat yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa berupa test hasil belajar siswa berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang telah ditentukan.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang akan digunakan. Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah:
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes, dan LKS yang dibuat dengan mengacu pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun oleh peneliti dengan mengacu pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar.
Supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan, maka RPP dibagi menjadi dua bagian. RPP 1 dengan materi luas permukaan dan volume kubus dan balok, RPP 2
(64)
dengan materi luas permukaan dan volume prisma dan limas. Setiap RPP diberikan alokasi waktu dua kali pertemuan.
Berikut ini adalah beberapa komponen yang tercantum dalam RPP :
Materi Pembelajaran : Luas Permukaan dan Volume
bangun ruang sisi datar
Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat, kubus,
balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar : 5.3. Menghitung luas permukaan
dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
Indikator Pencapaian Kompetensi : Siswa mampu menemukan rumus dan menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
tabel rancangan kegiatan pembelajaran direncanakan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
ke- 1 Kegiatan Pembelajaran Keterangan
1 Tes dengan materi luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma dan limas Tes awal
2 Menentukkan rumus luas permukaan dan
volume kubus dan balok
Pendalaman materi menggunakan model pembelajran kooperatif tipe STAD 3
Menentukkan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok
Kuis
Pendalaman materi menggunakan model pembelajran kooperatif tipe STAD
4 Menentukkan rumus luas permukaan dan
volume prisma dan limas
Pendalaman materi menggunakan model pembelajran kooperatif tipe STAD 5
Menentukkan rumus luas permukaan dan volume prisma dan limas
Kuis
Pendalaman materi menggunakan model pembelajran kooperatif tipe STAD
(65)
47
Pertemuan
ke- 1 Kegiatan Pembelajaran Keterangan
6 Latihan soal mengenai luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma dan limas Pendalaman soal
7 Tes dengan materi luas permukaan dan
volume kubus, balok, prisma dan limas Tes akhir
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa disusun untuk lebih membantu siswa dalam menemukan suatu rumus di dalam diskusi kelompok dan juga sebagai penggerak kegiatan pembelajaran di dalam kelas. LKS ini berisi tentang langkah-langkah dalam menemukan luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
Lembar Kerja Siswa dibagi menjadi empat bagian yaitu, LKS 1, LKS 2, LKS 3 dan LKS 4. LKS 1 membahas cara menentukkan rumus luas permukaan dan volume kubus, LKS 2 membahas cara menentukkan rumus luas permukaan dan volume balok, LKS 3 membahas cara menentukkan rumus luas permukaan dan volume prisma dan LKS 4 membahas cara menentukkan rumus luas permukaan dan volume limas.
2. Kuisioner Sikap siswa
Kuisioner ini berisi pertanyaan tentang sikap-sikap siswa terhadap pelajaran matematika yang diisi oleh siswa. Kuisioner ini bersifat tertutup yang berisi 30 pertanyaan, dimana terdiri dari 15 pertanyaan positif dan 15 pertanyaan negatif. Dalam kuisoner ini disediakan 4
(66)
jawaban alternatif yaitu sangat setuju (ST), setuju (S), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS).
Tabel 3.2 Bobot Skor Angket Sikap Siswa
Alternatif Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (ST) 5 1
Setuju (S) 4 2
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Dalam angket sikap siswa terhadap matematika aspek-aspek yang ditanyakan merupakan penilaian siswa terhadap matematika, yaitu apakah siswa akan menerima atau menolak matematika berdasarkan penilaiannya masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket sikap ini disusun berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kognisi, aspek afektif, dan aspek konasi. Berikut ini adalah indikator-indikator pertanyaan angket sikap:
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket Sikap Siswa
No. Indikator/Aspek Minat yang Diamati
No Pernyataan Positif Negatif
1 Aspek Kognisi 3, 12, 13, 25 1, 2, 18, 21, 11
2 Aspek Afektif 4, 7, 9, 16, 20,
22, 29 5, 10, 17, 30
3 Aspek Konatif
15, 19, 23, 27 6, 8, 14, 24, 26, 28
3. Lembar Pengamatan Sikap
Pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamatan sistematis yaitu pengamatan dengan menggunakan pedoman (daftar kegiatan pembelajaran). Pengamatan dilakukan untuk melihat sikap
(67)
49
siswa terhadap matematika saat proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah lembar pengamatan :
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan Sikap
No Pengamatan Item Pengamatan Ya/Tidak Ket.
A Pembuka
1. Siswa mempersiapkan ruangan kelas Papan tulis sudah bersih
Kapur tulis tersedia
Ruang kelas bersih dan nyaman
2. Siswa mempersiapkan buku dan alat tulis Buku di atas meja
Alat tulis di atas meja LKS di atas meja
3. Siswa duduk di kursi masing-masing
dengan tenang
Siswa tidak berebut kursi Siswa tidak ramai
B Kegiatan Inti
a. Diskusi Kelompok
1. Siswa antusias ketika bergabung dalam kelompok
Siswa langsung menuju kelompoknya
2. Dalam kelompok ada pembagian tugas Ada koordinasi kelompok
Setiap siswa dalam kelompok
mengerjakan materi yg berbeda
3. Siswa berani mengungkapkan
pendapatnya dalam kelompok
Siswa mengungkapakan pendapat
kepada siswa lain
Siswa mengungkapakan pendapat
kepada guru
Siswa bertanya kepada siswa lain/guru 4. Siswa saling membantu dalam kelompok Siswa mengajari siswa lain yang belum
bisa 5. Dalam diskusi kelompok tercipta suasana
yang akrab
Siswa tidak mengeluh terhadap rekan sekelompoknya
b. Diskusi Kelas
1. Siswa mempresentasikan hasil dikusi kelompok dalam diskusi kelas
Siswa dengan sukarela presentasi secara individu
2. Kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas
Kelompok presentasi tanpa ditunjuk Semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
3. Kelompok menanggapi pembahasan soal yang dipresentasikan kelompok
4. Kelompok memberi masukkan kepada
kelompok lain
Kelompok mengajukan pertanyaan Kelompok menjawab pertanyaan Kelompok memberikan masukan
C Penutup
1. Siswa merangkum apa yang diperoleh selama pembelajaran
Siswa menyimpulkan materi Siswa mencatat hasil diskusi Siswa mengisi LKS 2. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru
Siswa mengerjakan soal Siswa mengerjakan tugas rumah
Dalam lembar pengamatan ini untuk mengamati kegiatan siswa secara keseluruhan selama proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini digunakan untuk lebih menguatkan data yang diperoleh dari angket sikap siswa.
(68)
4. Tes Hasil Belajar
a. Tes Awal dan Tes Akhir
Tes awal dilakukan pada awal sebelum kegiatan pembelajaran dengan materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar dimulai. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang telah dimiliki tentang materi luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar dan untuk menentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif.
Tes akhir dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Tes akhir digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibanding dengan tes awal. Bentuk, jumlah dan isi pokok soal sama dengan tes awal.
Soal tes awal dan tes akhir ini berupa 5 soal uraian. Kedua tes menggunakan kisi dan indikator soal yang sama. Adapun kisi-kisi yang digunakan dalam pembuatan soal tes awal dan tes akhir adalah sebagai berikut :
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 5.3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
(69)
51
Tabel 3.5 . Kisi-kisi Soal Tes
No. Indikator No. Item
1. Menghitung luas permukaan dan
volume kubus 1
2. Menghitung luas permukaan balok 2
3. Menghitung volume balok 3
4. Menghitung luas permukaan dan
volume prisma 4
5. Menghitung luas permukaan dan
volume limas 5
b. Kuis
Kuis dilakukan secara individu, kuis digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa setelah mempelajari sub pokok bahasan. Bentuk kuis yang digunakan dalam pembelajaran adalah soal essay. Kuis diberikan sebanyak 2 kali. Kuis 1 dengan kisi-kisi materi tentang luas permukaan dan volume kubus, balok, sedangkan untuk kuis 2 dengan kisi-kisi luas permukaan dan volume limas, prisma.
5. Dokumentasi Pendukung
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
(70)
H. Metode Analisis Data
1. Sikap Siswa Terhadap Matematika
Data skor sikap siswa diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada siswa. Berdasarkan kategori-kategori berikut ini sangat setuju (ST), setuju (S), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS). Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dikelompokan dengan kriteria sebagai berikut:
Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 96 dan skor terendah siswa adalah 24. Sikap siswa akan dikelompokkan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Sikap Siswa
Interval (%) Kriteria
76 – 100 SangatPositif
51 – 75 Positif
26 – 50 Negatif
0 – 25 Sangat Negatif
(Riduwan, 2007 )
Dari tabel di atas, dapat diartikan kriteria sikap siswa sebagai berikut : a. Siswa yang memiliki skor pada interval 76% - 100%, berarti siswa
memiliki sikap yang sangat positif terhadap pembelajaran matematika.
b. Siswa yang memiliki skor pada interval 51% - 75%, berarti siswa memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika. c. Siswa yang memiliki skor pada interval 26% - 50%, berarti siswa
(1)
151
Lampiran D4 Hasil Angket
Hasil Angket Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(5)
vii
ABSTRAK
AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Matematika Topik Luas Permukaan Dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Sikap dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sikap siswa setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas VIII SMP
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa. Data diperoleh dari observasi, tes hasil belajar dan angket sikap. Data sikap siswa dianalisis dengan menentukan skor setiap pernyataan siswa dan menentukan kriteria sikap siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai kuis dan tes akhir kemudian dianalisis dengan persentase ketuntasan, rata-rata dan kriteria hasil belajar.
Hasil penelitian pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) menunjukkan bahwa: (1) Sikap siswa secara individu dalam mengikuti pembelajaran masuk dalam kriteria Positif dan Sangat Positif, dimana persentase terendah sebesar 60,83% dan persentase tertinggi sebesar 96,67%. Secara keseluruhan atau rata-rata kelas, sikap siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 77,97% yang termasuk dalam kriteria
Sangat Positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran, seluruh siswa mau menerima pembelajaran matematika. (2) Hasil belajar sebagai berikut Kuis I memiliki ketuntasan belajar 82,61%, dengan rata-rata kelas 77,61 menurut KKM masuk dalam kategori
Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Baik. Kuis II memiliki ketuntasan belajar 56,52%, dengan rata-rata kelas 55,43 menurtut KKM masuk dalam kategori Belum Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Kurang. Tes akhir memiliki ketuntasan belajar 69,57% , dengan rata-rata kelas 65,74 menurut KKM masuk dalam kategori Tuntas dan menurut kriteria hasil belajar masuk dalam kategori Cukup. Dari hasil belajar siswa yang telah diperoleh maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Sikap, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
viii
ABSTRACT
AGATHON CHARIS IRAWAN. 2012. The Implementation Cooperative Learning Model of STAD type in Teaching Mathematic on Surface Area and Volume of Polyhedron Topics Seen From Attitude and Learning Result on Eight Grade Student of Pangudi Luhur Junior High School in Gantiwarno. Thesis. Mathematics Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed (1) to determine the attitudes of the students after learning with cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) to determine the student learning result in learning by using cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) on eighth grade students of SMP
The reaserch used quantitative descriptive methods. The research was conducted in May 2012. The subjects of this study were junior high school students of class VIII B Pangudi Luhur Gantiwarno in the academic year 2011/2012, amounting to 23 students. Data obtained from observations, achievement test, and questionnaire. Data were analyzed to determine the attitudes of students score each statement and determine the criteria for student attitudes. Student learning outcomes derived from the value of quizzes and final test and then analyzed by percentage of completeness, average and learning result.
The results of the research on learning to implement cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievement Divisions) show that: (1) The attitude of students individually in participating in the study criteria Positive and Very Positive, where the lowest percentage of 60.83% and the highest percentage of 96.67%. Overall or average grade, the attitude of students in learning to type STAD cooperative learning model at 77.97%, which is included in the criteria for Very Positive. (2) The following learning mastery learning quiz I have 82.61%, with the average grade 77.61 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of good. Quiz II has a mastery learning 56.52%, with an average of 55.43 menurtut KKM class in the category of Not Completed and learning result according to the criteria in the category less. Final test mastery learning has 69.57%, with the average grade 65.74 menurtut KKM Completed categorized according to the criteria and learning result in the category of Self. From the learning result of students who have obtained the type STAD cooperative learning model can be used as an alternative learning can be done by teachers to improve student learning result.