Pengecoh dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes.
4. Pengembangan Tes
Menurut Djemari Mardapi 2008: 88-97 ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar.
Kesebilan langkah tersebut adalah : 1 menyusun spesifikasi tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes, 4 melakukan uji coba tes,
5 menganalisis butir soal tes, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes, dan 9 menafsirkan hasil tes.
1. Menyusun Spesifikasi Tes
Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki
suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan
menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan: a menentukan tujuan tes,
b menyusun kisi-kisi tes, c memilih bentuk tes, dan d menentukan panjang tes.
a. Menetukan Tujuan Tes
Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes
penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Seseorang perlu tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan
dari hasil tes penempatan ini. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh
informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal mengikuti proses pembelajaran. Tes diagnostik berisi materi
yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang
tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses
pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes sumatif bukan untuk menentukan
keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran, atau
akhir semester.
Hasilnya untuk
menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata pelajaran
tertentu. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya
harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan
mengajar, serta keduanya. b.
Menyusun Kisi-kisi Tes Kisi-kisi atau tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik
yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari
dua jalur, yaitu kolom dan baris. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1. Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menentukan indikator.
3. Membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang
akan diujikan. 4.
Menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan. c.
Memilih Bentuk Tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh
tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah
peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan
adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin.
d. Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi ujian
dan kelelahan peserta tes. Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90
sampai 150 menit, untuk tes praktik bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman waktu
berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil ujicoba. Namun
tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman guru. Pada umumnya waktu yang digunakan
untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal.
2. Menulis Soal Tes
Penulisan soal dilakukan setelah langkah pertama, yaitu menyusun spesifikasi tes dilakukan. Penulisan soal merupakan
langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian kisi-kisi yang
telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara
keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan
dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal
dan juga membingungkan. Dengan demikian setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas yang ditanyakan
dan jelas pula jawaban yang diharapkan. 3.
Menelaah Soal Tes Setelah soal dibuat, perlu dilakukan telaah atas soal tersebut.
Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau
kesalahan. Walaupun telah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan pembuatan soal mungkin terjadi
selama proses pembuatan berlangsung. Telaah soal ini sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan si pembuat sendiri. Sering kali
kelemahan dan kekurangan, baik dari tata bahasa maupun dari substansi, tidak terlihat oleh pembuat soal. Akan tetapi baik lagi
jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim menelaah dan atau
mengoreksi soal. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.
4. Melakukan Uji Coba Tes
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba
ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji
coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan
lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut
kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan. 5.
Menganalisis Butir Soal Tes Melalui uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh
beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir
soalnya. Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda,
dan juga efektivitas pengecoh. 6.
Memperbaiki Tes Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis maka
langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan setiap butir soal,
yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik
sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena
tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan. 7.
Merakit Tes Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah
berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati
menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, hal- hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut
soal, pengelompokan bentuk soal, lay out dan sebagainya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir
soal yang disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak
baik. 8.
Melaksanakan Tes Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi
pasca uji coba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun diberikan kepada peserta untuk
diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan
pengawas agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh peserta tes dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan.
Peserta tes yang mengerjakan tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas. Hal ini akan berakibat tidak akuratnya
hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar
dapat tercapai. 9.
Menafsirkan Hasil Tes Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor.
Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu
dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologis dan pendidikan, yaitu
acuan norma dan acuan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompok atau kriteria yang harus
dicapai. Mengembangkan tes hasil belajar memerlukan langkah-langkah
pengembangan yang baik dan benar. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesebilan
langkah tersebut adalah : 1 menyusun spesifikasi tes, 2 menulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
soal tes, 3 menelaah soal tes, 4 melakukan ujicoba tes, 5 menganalisis butir soal tes, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8
melaksanakan tes, dan 9 menafsirkan hasil tes.
5. Karakteristik Tes yang Baik