1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia yang semakin meningkat menuntut pendidikan lebih berkembang karena pendidikan merupakan salah satu faktor penting
dalam menentukan keberhasilan pembangunan sebuah negara. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat terencana dan terlaksana dengan baik agar dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang terencana dan terlaksana dengan baik tidak akan dapat tercapai apabila tidak
ada peran dari guru-guru ataupun tenaga pendidik yang profesional dan berkualitas pula. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1, guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah Musfah, 2011: 3.
Profesionalitas menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik.
Seorang guru akan dapat dikatakan profesional apabila memiliki seperangkat kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang baik dan dapat diandalkan
serta dipertanggungjawabkan dalam proses pembelajaran. Seperangkat kemampuan, pengetahuan dan keterampilan inilah yang disebut kompetensi.
Menurut Asamani 2009:37, kompetensi menjadi syarat mutlak menuju PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
profesionalitas. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak Mulyasa, 2006:37. Kompetensi guru profesional meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi
personalkepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman guru terhadap karakteristik fisik maupun non fisik peserta didik, serta kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari
perancangan, pelaksanaan, dan mengevaluasi proses pembelajaran peserta didik. Oleh karena itu seorang calon guru pendidik harus memiliki latar
belakang pendidikan keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya Janawi, 2012:47.
Penguasaan bidang keilmuan yang relevan dengan latar belakang pendidikan, menjadi sesuatu yang sangat penting agar seorang guru mampu
memberikan pengetahuan yang sesuai dengan ilmu yang dikuasainya. Hal ini berkaitan dengan kompetensi guru yaitu kompetensi profesional yang
merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Seorang guru akan disebut
profesional, jika guru tersebut mampu menguasai keahlian dan keterampilan baik teoritik maupun praktik dalam proses pembelajaran.
Tugas seorang guru bukan hanya mampu mengajarkan keahlian dan keterampilan teoritik serta praktik kepada peserta didik, akan tetapi
dibutuhkan kompetensi personalitas yang mencerminkan pribadi guru dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal sikap dan perilaku baik agar menjadi teladan bagi peserta didik. meliputi kemampuan personalitas seorang guru. Tampilan kepribadian guru akan lebih
banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Asmani, 2009: 117. Menurut Mulyasa 2013: 42 kompetensi
kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Selain menjadi panutan dan teladan bagi peserta didik, seorang guru profesional harus memiliki kemampuan sosial yang ditunjukkan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan indikator bahwa seorang
guru mampu menempatkan diri dan memiliki relasi yang baik dengan lingkungan di sekitarnya, baik peserta didik, sesama gurupendidik, wali
siswa, serta lingkungan masyarakat yang akan memberikan teladan baik bagi peserta didik.
Kompetensi keguruan di atas menunjuk kualitas seorang guru dalam dunia pendidikan. Setiap guru tentu memiliki kompetensi yang berbeda dalam
melaksanakan tugas keguruannya. Namun, banyak permasalahan pendidikan yang muncul akibat dari guru yang tidak berkompeten yang menyebabkan
pendidikan semakin merosot dan tidak berkembang, hal ini dikarenakan belum semua guru memiliki kompetensi dalam mempertanggungjawabkan tugasnya
sebagai tenaga pendidik. Dijelaskan dalam kompas 7 Juli 2015 bahwa mutu guru Indonesia masih mengkhawatirkan. Dari uji kompetensi guru terhadap
sekitar 1,6 juta guru, hasilnya tidak menggembirakan karena sebagian besar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nilainya dibawah 50 dari nilai tertinggi 100. Artinya, masih banyak guru memiliki mutu dan kompetensi rendah terkait dengan dunia pendidikan.
Salah satu faktor penyebab tinggi atau rendahnya kompetensi guru dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki. Terdapat berbagai
macam calon guru yang berasal dari lulusan sarjana dari perguruan tinggi yang memiliki kemampuan sebagai tenaga pendidik. Guru tidak hanya berasal dari
sarjana lulusan pendidikan, akan tetapi sebagian guru berasal dari sarjana lulusan non-pendidikan. Kenyataannya, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kemendikbud akhirnya melegalkan sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru profesional. Kebijakan pemerintah membuka akses bagi
sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru ini tertuang dalam Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan PPG. Pada dasarnya guru lulusan sarjana kependidikan FKIP belum berarti memiliki kompetensi baik, dan guru lulusan sarjana non-
kependidikan non-FKIP memiliki kompetensi buruk, atau sebaliknya. Kompetensi guru ini akan tercermin melalui kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. Guru lulusan kependidikan FKIP dan non-kependidikan non-FKIP
tentu memiliki kompetensi keguruan yang berbeda mengingat bahwa keduanya mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda pula. Secara
teori dan pengalaman, guru lulusan FKIP lebih menguasai dan mendalami perannya sebagai tenaga pendidik sejak dalam masa perkuliahan, karena pada
dasarnya sejak awal sarjana lulusan FKIP telah dibentuk untuk menjadi guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
profesional. Sedangkan guru lulusan non-FKIP lebih menguasai ilmu pengetahuan murni sesuai bidang yang dikuasainya dan tidak dipersiapkan
sebagai tenaga pendidik. Namun bukan berarti bahwa guru lulusan non-FKIP tidak memiliki kompetensi sebagai seorang guru. Guru lulusan FKIP dan
lulusan non-FKIP memiliki kesempatan dan tugas yang sama sebagai seorang guru.
Apabila dilihat dari pemaparan mengenai kompetensi guru yang dimiliki oleh guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP, maka kemungkinan
akan menunjukkan perbedaan antara keduanya. Alasan memilih penelitian mengenai studi komparasi kompetensi guru lulusan FKIP dan non-FKIP
khususnya Guru Ekonomi dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan guru lulusan FKIP dan non-FKIP yang berkaitan dengan perbedaan ilmu
pengetahuan, keahlian serta kerampilan yang dimiliki, namun dalam praktik mengajar keduanya memiliki tugas dan kewajiban yang sama sebagai tenaga
pendidik. Mengingat pentingnya kompetensi bagi seorang guru, dan melihat fenomena bahwa guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP memiliki
kesempatan yang sama sebagai seorang pendidik khususnya dalam mata pelajaran Ekonomi
SMA, maka peneliti memilih judul “Studi Komparasi Kompetensi Guru Ekonomi SMA Lulusan FKIP dan Lulusan non-FKIP
di SMA Kota Yogyakarta
”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Batasan Masalah