2 Standar kompetensi guru kelas pada SD atau MI, dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat;
3 Standar kompetensi guru mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran pada SMP atau MTs, SMA atau MA, SMK atau MAK
dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat; dan 4 Standar kompetensi guru pada satuan pendidikan TKLB, SDLB,
SMPLB, SMALB dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat.
d. Jenis-jenis Kompetensi
Jenis-jenis kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Berikut adalah penjelasan masing-masing kompetensi tersebut:
1 Kompetensi Pedagogik
Menurut Mulyasa 2013: 42 kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini harus diktualisasikan oleh setiap guru dalam
menciptakan iklim pembelajaran yang mendidik sebagai
perwujudan penguasaan kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya secara terintegrasi dan utuh Mulyasa,
2013: 43. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam
pembelajaran. Kompetensi tersebut paling tidak berhubungan dengan Janawi, 2012:47, yaitu:
a Menguasai karakteristik peserta didik Siswa atau peserta didik yang dilayani oleh guru adalah
individu-individu yang unik. Mereka bukanlah sekelompok manusia yang dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan
atau diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar belakang, karakteristik, keunikan,
kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek
perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil
dalam pembelajarannya Marselus, 2001: 30. Menurut Raharjo, guru sebagai profesi memiliki
karakteristik profesional minimum dan berdasarkan sintesis temuan-temuan penelitian. Beberapa karakteristik profesional
minimum guru adalah; pertama, mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya; kedua, menguasai secara
mendalam bahan belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya; ketiga, bertanggung jawab memantau hasil
belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi; keempat, mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; dan kelima, menjadi partisipan aktif
masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya Janawi, 2012: 66
b Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa
belajar. Karena itu tidak terelakkan bahwa guru juga harus menguasai dengan baik teori-teori belajar, dan bagaimana teori-
teori itu diaplikasikan dalam pembelajaran melalui model- model pembelajaran tertentu. Secara umum ada tiga teori
belajar yang masih berpengatuh sampai saat ini yakni teori- teori behaviorisme, teori-teori kognitivisme, dan teori-teori
humanistic-konstruktivis. Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model pembelajaran yang ada saat ini Marselus,
2011: 32. Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran,
guru juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menurut T. Raka Joni, pembelajaran yang mendidik
adalah pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi, melainkan pembelajaran yang lebih banyak
memberikan peluang bagi peserta didik untuk pembentukan kecerdasan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan. Ini
berarti guru harus lebih mengedepankan peran siswa sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
subjek aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik juga berarti pembelajaran yang memberikan pengalaman-
pengalaman bermakna yang tidak hanya berguna untuk kepentingan sesaat seperti untuk menyelesaikan soal tes agar
bisa lulus, tetapi pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa belajar sepanjang hayat learning how to
learn Marselus, 2011: 34.
c Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran Pemahaman kurikulum harus selalu mengalami
perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan. Diskursus kurikulum menjadi perhatian penting para pakar pendidikan,
termasuk guru yang dianggap sebagai pelaku kurikulum secara teknis dalam proses pembelajaran. Menurut Zamroni, salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden
curriculum dan mengembangkan teknik refleksi diri self-
reflection Janawi, 2012: 75.
Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai
dan sifat-sifat pada diri siswa. Proses tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru
hendaknya melakukan proses pembelajaran yangbaik menjadi panutan bagi anak didik, dan rekan sejawat. Sedangkan self-
reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi proses
belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk memperoleh umpan balik.
d Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Untuk memunculkan pembelajaran yang mendidik,
berbagai pendekatan telah dilakukan oleh pendidik, sekolah dan penentu kebijakan. Sebelum guru menyelenggarakan
teknik pembelajaran yang mendidik, setiap guru harus memahami tujuan belajar itu sendiri. Conny R. Semiawan
menyatakan bahwa belajar dapat ditelaah melalui dua hal, yaitu secara mikro dan makro Janawi, 2012: 84-85.
Secara mikro,
belajar terkait
dengan proses
pembelajaran itu sendiri. Pengaruh negatif dapat datang dari luar dinding sekolah lingkungan luar ditambah pula oleh
orientasi pembelaran yang ditandai oleh ciri alternatif, keterasingan anak didik dari proses belajar sesungguhnya.
Proses ini biasanya terjadi karena proses pembelajaran hanya berlangsung
satu arah.
Guru lebih
dominan mempertanggungjawabkan the body of materials, sementara
anak cenderung pasif. Secara makro, pembelajaran ditinjau dari adanya analisis dua jalur dalam pendekatan sistemnya yang
disebut analisis dua jalur two road analysis. Jalur pertama front-end: muka belakang yaitu mencakup tiga komponen;
target group analysis siapa dan context analysis. Berkaitan
dengan bagaimana upaya menyelaraskan sasaran dan relevansinya, analisis pekerjaan dapat dilakukan dari muka
front ke belakang end, atau sebaliknya. Oleh karena itu untuk menyeimbangkan proses pembelajaran perlu dilakukan
rancangan pembelajaran instructional planning. e Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi TIK
untuk kepentingan pembelajaran Menurut Nana Sudjana, belajar dan mengajar sebagai
suatu proses, mengandung tiga unsure yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran instruksional, pengalaman proses
belajar mengajar, dan hasil belajar Janawi, 2012: 86. Tujuan Instruksional Khusus TIK menjadi dasar awal kegiatan
pembelajaran. Proses pencapaian pembelajaran diukur melalui proses pertama, yakni tercapai atau tidak TIK itu sendiri. Jika
TIK tercapai, maka tujuan-tujuan berikutnya akan mengarah pada tujuan akhir pendidikan, yakni proses perubahan perilaku
peserta didik behavioral changing. TIK dalam proses belajar mengajar menjadi tujuan operasional dari setiap pembelajaran
yang terfokus pada mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu perumusan TIK tetap mengacu kepada pencapaian aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagaimana yang diungkapkan dalam Taxonomy Bloom.
f Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik
mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang
beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang
beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi, bakat
atau minat
siswa adalah
melalui kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar
ruang kelas pada situasi-situasi nonpembelajaran. Melalui kegiatan pengembangan minat, bakat dan kemampuan siswa
ini, para siswa merasa dihargai dan memiliki peluang untuk mengembangkan
kemampuannya secara
optimal tanpa
dihambat oleh berbagai kegiatan-kegiatan akademik pelajaran semata Marselus, 2011: 38.
g Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
Kegiatan pembelajaran
adalah suatu
bentuk komunikasi. Karena esensi dari pembelajaran adalah interaksi
antara individu-individu tertentu, sehingga terjadi pertukaran pesan informasi, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
lain-lain. Agar supaya guru dapat berinteraksi dengan siswa dan dapat melaksanakan pembelajarannya secara efektif,
kemampuan komunikasi merupakan salah satu prasayaratnya. Guru harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan siswa
agar pesan-pesan pembelajaran dapat dipahami, dihayati atau diamalkan oleh para siswa Marselus, 2011: 39.
Dalam proses pembelajaran, komunikasi dibutuhkan ketika seorang guru akan menyampaikan pesan the body of
materials kepada peserta didik. Deddy Mulyana menyebutkan,
komunikasi terjadi stidaknya melalui suatu sumber yang dapat membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian
suatu pesan. Bentuknya berupa tanda atau simbol, baik bentuk verbal kata-kata atau bentuk non-verbal non kata-kata, tanpa
harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama Janawi,
2012: 89. h Menyelenggarakan dan memanfaatkan evaluasi dan penilaian
proses dan hasil belajar Supranata dan Hatta dalam Janawi mengartikan
evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang
profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik Janawi, 2012:
90. Pada umumnya evauasi dapat dijadikan sebagai proses umpan balik feedback process. Pertama, evalusi menjadi
dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses pembelajaran, semester, dan
tahunan. Dalam dunia pendidikan, evaluasi tetap harus dilakukan. Melalui evaluasi inilah, tujuan pembelajaran dapat
diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua
, evaluasi menjadi umpan balik baik bagi guru maupun anak.
i Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
Tindakan reflektif dalam dunia pendidikan adalah sangat penting dilakukan. Tindakan reflektif menjadi acuan
peningkatan kualitas pendidikan, lebih khusus lagi kualitas proses pembelajaran. Tindakan ini sering dilupakan oleh para
guru dan pelaku dunia persekolahan. Padahal dalam paradigma dunia pendidikan modern, tindakan reflektif menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam proses peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri Janawi, 2012: 95.
Salah satu ciri dari tugas guru sebagai seorang profesional adalah kemampuan untuk merefleksikan praktiknya
dan melakukan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan Marselus, 2011: 42.
Kompetensi pedagogik harus senantiasa dimiliki dan dikembangkan oleh seorang guru. Melalui kompetensi ini, guru
dapat mengelola kegiatan pembelajaran dimulai dari pemahaman terhadap peserta didik sampai evaluasi belajar yang dilakukan oleh
guru.
2 Kompetensi Profesional
Seorang guru harus mampu memanusiakan anak didik, dan membuat anak didik lebih mandiri dan bertanggung jawab dengan
apa yang menjadi tugasnya Janawi, 2012: 98. Menurut Mulyasa 2013: 42 kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik
dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh
kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar
tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional, jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam
proses pembelajaran. Kompetensi ini cenderung mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan Janawi, 2012: 48.
Secara rinci, kemampuan profesional dapat dijabarkan sebagai berikut:
a Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai dan mendukung bidang keahlianbidang studi yang
diampu. Menurut S. Nasution, orang yang menguasai bidang
ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif bila dibandingkan
dengan orang
yangtidak menguasainya.
Kemudian orang yang menguasai struktur atau seluk beluk bidang ilmu memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk
berpikir intuitif Janawi, 2012: 101. Berpikir intuitif merupakan proses pembuktian dan kajian lebih lanjut. Berpikir
intuitif dalam proses pembelajaran dianggap berbeda dengan berpikir analitis. Berpikir analitis dilakukan melalui prosedur
dan langkah yang bertahap. Sedangkan berpikir intuitif tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir intuitif hanya dapat
dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga jalan pemikirannya dapat melakukan lompatan dan
tidak menggunakan tahapan sebagaiamana berpikir analitis. b Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi TIK untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.
Peran teknologi dan media dalam pembelajaran sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
IPTEKyang mencakup tutor, tutee dan tools dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
implementasi dan aplikasi bidangilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Teknologi dan media dapat
banyak berperan dalam pembelajaran. Instruksi dapat tergantung pada kehadiran dan keterampilan guru, bahkan pada
situasi ini media banyak digunakan oleh guru Janawi 2012: 104.
Penggunaan teknologi dan informasi di dunia sekolah, khususnya proses pembelajaran, telah dilakukan, namun
penggunaan tersebut masih cenderung pada media audio visual. Para tenaga pendidik perlu merubah paradigma teknologi dari
pemahaman penggunaan pisik kepada terapan dan non pisik. c Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraktis penelitian
dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.
Ciri guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai filosofi bidang keilmuan, metodologi bidang
keilmuan, dan teknis dan praktis bidang keilmuan. Tiap bidang keilmuan, secara khusus lagi mata pelajaran yang disajikan di
sekolah, tentu memiliki karakteristik dan bangunan keilmuan tersendiri. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS sangat berbeda
dengan Ilmu Pengetahuan Alam IPA. IPS lebih memfokuskan pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan IPA memfokuskan pada ilmu
murni, kealaman, dan cenderung eksak. Oleh karena itu dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sisi filosofi, metodologi, dan teknis pelaksanaan serta praktisnya sangat jauh berbeda Janawi, 2012: 119.
d Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan tindakan reflektif dan penggunaan TIK.
Tuntutan pengembangan diri bagi guru adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena guru harus senantiasa
berupaya untuk mengadopsi perkembangan-perkembangan baru, baik bidang teknologi informasi maupun tuntutan
masyarakat. Selain faktor tersebut, karena kurikulum selalu mengalami perbaikan dan perubahan Janawi, 2012: 120.
Pengembangan diri dan kinerja profesional menjadi bagian yang tak dapat dihindari. Pengembangan diri di antaranya dapat
dilakukan melalui kajian dan inovasi bidang tugas, melanjutkan studi ke jenjang berikutnya sesuai dengan bidang keilmuan
yang relevan dengan tugas mengajar. e Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan
berfungsi untuk
menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan. Dalam fungsi ini
sekolah lebih
bersifat konservatif
dan berusaha
mempertahankan status quo demi mempertahankan nilai-nilai yang telah berkembang dan disepakati oleh masyarakat. Akan
tetapi sekolah memiliki andil besar dalam mendidik generasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bangsa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Nasution dalam Janawi, 2012: 122. Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekolah memegang peranan penting dalam melakukan perubahan. Masyarakat memberikan penghargaan yang sangat
besar kepada sekolah sebagai agen perubahan. Bahkan muncul kepercayaan bahwa yang dapat menginspirasi lahirnya tatanan
masyarakat baru hanyalah institusi sekolah dengan mesinnya, yang dikenal dengan “guru”. Sekolah memegang peranan
penting dalam melakukan sosialisasi. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dinyatakan secara tegas bahwa hak dan kewajiban guru meliputi:
1 Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
2 Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3 Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
4 Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang
kelancaran tugas
keprofesionalan; 6 Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, danatau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturanperundang-undangan; 7 Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas; 8 Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi; 9 Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan; 10
Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi;
11 Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi
dalam bidangnya.
3 Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan panutan dalam
seluruh segi kegidupannya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran Asmani,
2009: 117.
Kepribadian yang menarik dan mempesona sangat dibutuhkan bagi seorang tenaga pendidik karena tenaga pendidik merupakan sosok
yang memberikan
kontribusi besar
bagi pencapaian
prosespembelajaran baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor Janawi, 2012: 126-127. Menurut Mulyasa 2013: 42 kompetensi
kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Secara khusus kemampuan ini dapat dijabarkan berupa:
a Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Guru yang baik adalah guru yang mampu melakukan proses pembelajaran bersifat konstruktif. Pola dan model
pembelajaran yang berpusat pada anak dan tingkat keberhasilan sangat ditentukan oleh seberapa besar mereka merasa perlu
belajar dan seberapa besar mereka siap untuk belajar. Menurut Dede Rosyada, guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya
hanyalah fasilitas yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin memperoleh
pengalaman dalam
rangka meningkatkan
kompetensi yang diinginkan melalui proses pembelajaran Janawi, 2012: 127.
Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang
dianut oleh masyarakat. Ia harus menjadi garda terdepan dalam teladan moral yang tercermin dalam sikap, perilaku dan cara
hidupnya. Karakter inilah yang menyebabkan guru dianggap sebagai sebuah tugas yang istimewa dan mulia di mata
masyarakat. Bertindak sesuai norma agama, norma hokum dan norma
sosial serta
Kebudayaan Nasional
Indonesia mengharuskan guru untuk satu dalam kata dan perbuatan. Apa
yang diajarkannya kepada murid haruslah menjadi sikap dan cara hidupnya yang selalu diterapkan secara konsisten
Marselus, 2011: 51. b Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Tugas guru sebagai seorang pribadi profesional juga
harus Nampak dalam eksistensi didirnya sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi suri teladan bagi siswa dan
masyarakat Marselus, 2011: 53. Menjadi pribadi yang jujur berarti berani untuk
mengakui kekurangan dan kelemahannya serta bersedia untuk memperbaiki diri. Tuntutan untuk menjadi pribadi yang jujur
sebetulnya harus dimulai dari diri sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa.
Guru juga haruslah individu yang memiliki pribadi yang stabil secara emosional sehingga mampu membimbing
siswa secara efektif. Ini memprasyaratkan bahwa guru setidak- tidaknya harus memiliki kecerdasan emosional yang cukup.
Kecakapan dan kemampuan yang dimilikinya baik pedagogis maupun keilmuan belumlah cukup apabila tidak dibarengi
dengan kestabilan emosional guru. Menjadi pribadi yang matang secara emosional berarti guru haruslah mampu
mengendalikan diri, hawa nafsu, dan kecenderungan- kecenderungan tertentu yang dimilikinya. Berhadapan dengan
siswa yang berasal dari berbagai macam latar belakang, watak dan karakter, guru haruslah dapat menempatkan diri, mengelola
diri dan emosinya sehingga dapat berinteraksi secara efektif dengan siswa Marselus, 2011: 54-55.
d Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga pendidik dan rasa percaya diri.
Salah satu kompetensi kepribadian guru yang tidak boleh diabaikan adalah memiliki etos kerja, tanggung jawab
dan rasa percaya diri. Seorang guru harus memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki rasa tanggung jawab, dan memiliki
percaya diri. Ketiganya mutlak dimiliki dalam rangka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melaksanakan tugasnya sebagai guru seorang guru. Di samping itu, sikap-sikap tersebut akan menentukan proses pembelajaran
yang edukatif. Etos kerja akan muncul jika guru mencintai profesinya dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya.
Tanggung jawab guru juga mutlak diperankan. Kemudian rasa percaya diri akan menentukan kemampuan guru dalam
memerankan tugas-tugas pengabdiannya sebagai tenaga pendidik Janawi, 2012: 133-134.
4 Kompetensi Sosial
Menurut Mulyasa 2013: 42 kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi
dengan peserta didik dan dengan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal interaksi berupa komunikasi personal yang dapat diterima
oleh peserta didik dan masyarakat yang ada disekitarnya. Dalam konteks ini hendaknya guru memiliki strategi dan pendekatan
dalam melakukan komunikasi yang cenderung bersifat horizontal. Walaupun demikian, pendekatan komunikasi lebih mengarah pada
proses pembentukan masyarakat belajar learning community, Janawi, 2012: 50. Selanjutnya, kemampuan sosial dirinci sebagai
berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Bersikap inklusif dan bertindak objektif Bersikap dan bertindak objektif adalah kemampuan
yang harus dimiliki guru agar guru selalu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik. Bagi peserta didik, guru adalah
sebagai pembimbing, motivator, fasilitator, penolong, dan teman dalam proses pendidikan. Bertindak objektif berarti guru
juga dituntut berlaku bijaksana, arif, dan adil terhadap peserta didik. Bijaksana dan arif dalam keputusan dan pergaulan, bijak
dalam bertindak, bijak dalam berkata, dan bijak dalam bersikap. Kemudian guru dituntut untuk objektif dalam berkata,
objektif dalam berbuat, objektif dalam bersikap, dan objektif dalam menilai hasil belajar. Bertindak objektif dapat pula
berarti bahwasannya guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran apalagi untuk tingkat awal harus senantiasa
memperlakukan peserta didik secara proporsional dan tidak akan memilih, memilah, dan berlaku tidak adil terhadap peserta
didik Janawi, 2012: 136. b Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan
lingkungan masyarakat Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan
yang dituntut pada seorang guru. Beradaptasi dengan lingkungan berarti seorang guru perlu melakukan penyesuaian
diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungan masyarakat umumnya. Di lingkungan sekolah, guru diharapkan dapat beradaptasi dengan teman-teman kolegial
profesi dan menyesuaikan diri dengan anak dalam proses pembelajaran.
Beradaptasi dengan lingkungan tugas guru berarti proses
adaptasi menjadi
bagian terpenting
dalam berkomunikasi. Adaptasi berhubungan dengan konsep diri.
Sullivan dalam Janawi mengungkapkan bahwa jika diri seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain, maka
ia akan menyenangi dirinya. Sebaliknya, bila oranlain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak keberadaan dirinya,
maka orang itu akan cenderung tidak menyenangi dirinya sendiri Janawi, 2012: 137.
c Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain. Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi
secara efektif. Guru sebagai inspirator dan motivator dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam melakukan
komunikasi yang efektif. Maksudnya, guru dituntut untuk berkomunikasi dan bergaul dengan kolegialnya, anak didik,
dan masyarakat sekitar. Komunikasi efektif dapat terjalin jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan saling percaya bukan saling curiga di lingkungan sosial, termasuk lingkungan belajar Janawi, 2012: 139.
d Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas.
Sikap empatik dan santun menjadi barometer dalam berkomunikasi. Sikap dan perilaku serta tutur bahasa akan
menentukan atmosphere komunikasi. Soetjipto dalam Janawi menegaskan, seorang guru akan dikatakan profesional apabila
ia memiliki citra di masyarakat. Ia layak menjadi panutan atau teladan mayarakat sekelilingnya Janawi, 2012: 141.
Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara melakukan kritik, teguran, dan nasihat. Bahasa menjadi
solusi alternatif dalam menyampaikan kritik, teguran, dan nasihat tersebut. Bhkan empatik dan santun menjadi kunci
keberhasilan dalam berkomunikasi baik dengan anak didik, sesama profesi, dan masyarakat. Empatik dan santun
merupakan cara dan pendekatan yang dilakukan guru dalam melakukan komunikasi dengan anak, sesama kolega, dan
masyarakat. Keempat kompetensi di atas adalah kompetensi mutlak yang
harus dikuasai oleh semua guru. Keempatnya menjadi kompetensi standar dan menjadi standar mutu guru pendidik dalam bidang
standar kompetensi. Guru yang memiliki kompetensi standar dianggap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mampu mengembangkan proses pembelajaran pada satuan pendidikan Janawi, 2012:50-51.
e. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru