Prinsip Kesehatan Prinsip Ekologi Prinsip Keadilan Metode Dasar Penelitian Lokasi Penelitian Informan Penelitian

organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya. Hal tersebut juga dipenuhi dengan menerapkan cara-cara pengelolaan ternak yang dapat mengurangi stres, mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit, serta usaha penghindaran penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika atau jenis kemoterapetika termasuk antibiotika.

2.6.2 Pedoman Teknis Peternakan Organik

Pada dasarnya prinsip peternakan organik sama halnya dengan prinsip pertanian organik sesuai dengan program dan standar yang ditentukan oleh International Federation of Organic Agriculture Movements IFOAM 2005 yaitu :

a. Prinsip Kesehatan

Pertanian dan peternakan organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai salah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

b. Prinsip Ekologi

Pertanian dan peternakan organik harus didasarkan pada sistem dan ekologis kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

c. Prinsip Keadilan

Membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

d. Prinsip Perlindungan

Pertanian dan peternakan organik haarus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah pedoman teknis peternakan organik menurut Otoritas Kompeten Pangan Organik tahun 2007: 1. Lahan dan Penyiapan Lahan, Kandang, Bangunan kantor dan Tenaga kerja a. Unit usaha atau peternak harus memiliki catatan riwayat penggunaan lahan minimal dua tahun sebelum lahan tersebut diperuntukan untuk sistem peternakan organik, kecuali bagi lahan yang ada dihutan bebas, bekas hutan, dan lahan bukaan baru. b. Unit usaha atau peternak mempunyai peta lokasi lahan yang berbatasan dengan lahan yang akan digunakan untuk peternakan organik. c. Lahan bekas peternakan bukan organik harus mengalami periode konversi paling sedikit dua tahun sebelum penebaran ternak. Dalam hal seluruhlahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap. Areal yang dalam proses konversi dan areal yang telah dikonversi untuk produksi ternak organik tidak boleh diubah kembali seperti semula atau sebaliknya antara metode produksi ternak organik dan konvensional. d. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran sampah. e. Kandang pemeliharaan ternak harus ditata supaya aliran air, saluran pembuangan limbah tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit. f. Kandang isolasi diletakan paling belakang dan terpisah dari kandang lainnya untuk menghindari penularan penyakit melalui udara, air, peralatan dan petugas kandang. g. Bangunan kantor dan tempat tinggal karyawan harus terpisah dari areal perkandangan dan dipagar. h. Tenaga kerja yang dipekerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan teknis budidaya ternak dan penanganan panen, pasca panen, distribusi dan pemasaran hasil peternakan organik. 2. Bibit ternak a. Bibit ternak berasal dari ternak yang dipelihara secara organik atau sesuai dengan cara -cara yang sesuai dengan SNI . b. Tidak menggunakan bibit ternak yang berasal dari hasil rekayasa genetika yang dibuktikan dengan sertifikat . c. Dalam hal tidak tersedia bibit seperti yang disyaratkan tersebut maka pada tahap awal dapat menggunakan bibit tanpa perlakuan. 3. Sumber Air a. Air yang digunakan berasal dari sumber mata air yang langsung atau dari sumber lain yang memenuhi standar air yang dibenarkan oleh SNI. Terdapat catatan hasil uji air dalam periode tertentu. Universitas Sumatera Utara b. Air yang tidak berasal dari mata air langsung harus telah mengalami perlakuan untuk mengurangi cemaran sehingga memenuhi persyaratan baku dan terdokumentasi. c. Tidak dizinkan mengeksploitasi air secara berlebihan dan menurunkan sumberdaya air. 4. Manajemen Kesuburan Tanah a. Kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam SNI No 01- 67292006. b. Tidak menggunakan kotoran manusia. 5. Pencegahan Penyakit dan Pemeliharaan Ternak a. Meminimalkan stres, mencegah terjadinya penyakit, tidak menggunakan obat kimia untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, tidak menggunakan hormon pemacu pertumbuhan, tidak menggunakan pakan ternak yang mengandung obat kimia dan hormon pemacu pertumbuhan sintetis, menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan, serta tidak menggunakan pestisida, herbisida, dan produk hasil rekayasa genetika. b. Tidak melakukan proses pembakaran dalam pengendalian gulma. c. Menerapkan sistem pengendalian penyakit yang terpadu sehingga dapat menekan kerugian akibat penyakit. d. Memelihara ternak secara ekstensif pada lahan organik. Ternak yang dipelihara bukan secara ekstensif harus mempertahankan kebersihan kandang, ternak, peralatan dan orang yang menangani ternak serta kesehatan ternak dan orang yang menangani ternak. e. Memelihara spesies ternak yang dapat hidup pada pola organik. f. Untuk menangani ternak yang sedang sakit dapat diberikan tindakan fisioterapi, akupuntur, probiotik, dan herbal organik. Dalam keadaan terpaksa dapat menggunakan obat obat kimia seperti antibiotik,obat cacing dan lain lain harus memperhatikan dosis, cara pemberian, waktu henti obat dan dalam pengawasan dokter hewan. g. Ternak yang sedang sakit dan dalam proses pengobatan dipelihara secara terpisah dari ternak yang sehat dan dibawah pengawasan dokter hewan. Kotoran hewan yang sakit tidak boleh mencemari lingkungan lahan organik. h. Hama, penyakit dan gulma dilingkungan lahan harus dikendalikan dengan cara pemilihan spesies dan varietas yang sesuai, perlindungan musuh alami hama penyakit dan gulma melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar hidup dan tempat sarang, zona penyangga ekologi, ekosistem yang beragam, hal ini akan bervariasi antar daerah. Sebagai contoh, zona penyangga untuk mengendalikan erosi, agroforestry, merotasikan tanaman dan sebagainya; penyiapan biodinamik dari stonemeal, kotoran ternak atau tanaman; Penggunaan mulsa disebarkan diatas permukaan tanah secara rapat dapat menghindari kerusakan permukaan tanah dari terpaan hujan. Universitas Sumatera Utara i. Jika terdapat kasus yang membahayakan atau ancaman yang serius terhadap tanaman dimana tindakan pencegahan di atas tidak efektif, maka dapat digunakan bahan lain sebagaimana dicantumkan dalam Lampiranpada SNI. 6. Pakan Ternak a. Menggunakan bahan baku pakan ternak organik, tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari rekayasa genetik. b. Susu yang diminum oleh ternak muda harus berasal dari susu induk organik c. Ternak yang dipelihara secara ekstensif dan intensif atau semi intensif harus mengkonsumsi pakan dari lahan organik. d. Air minum yang digunakan untuk minum, membersihkan ternak dan lingkungan harus berasal dari air organik. e. Bahan pakan tambahan seperti mineral dan vitamin diperoleh secara alami dan berasal dari sumber sumber organik dan dalam proses produksinya tidak menggunakan pelarut kimia. f. Probiotik, enzim dan mikroorganisme diperbolehkan untuk digunakan. 7. Penanganan Panen, Pasca Panen, Penyimpanan, Transportasi dan Pemasaran a. Pencucian peralatan,ternak produk ternak organik segar dilakukan dengan menggunakan air standar baku yang diizinkan untuk sistem pangan organik. b. Tidak mencampur produk organik dengan produk non- organik dalam penanganan pasca panen termasuk dalam pengolahan, penyimpanan dan transportasi dan pemasaran. c. Tidak menggunakan bahan kimia sintetis dalam proses penanganan pasca panen, penyimpanan, dan pengangkutan. d. Peralatan pada waktu dan pasca panen harus bebas dari kontaminasi bahan kimia sintetis. e. Tidak menggunakan bahan pembungkus yang menimbulkan kontaminasi produk. f. Dalam pengemasan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali atau menggunakan bahan yang mudah mengalami dekomposisi. Menggunakan kemasan untuk makanan organik. g. Selalu menjaga integritas produk organik selama penanganan, penyimpanan dan transportasi serta dalam pemasaran. 8. Dokumentasi dan Rekaman a. Untuk setiap butir yang relevan perlu tersedia ”Standar Prosedur Operasional” SPO ya ng terdokumentasikan. b. Setiap butir yang relevan harus terdapat catatan, rekaman, atau dokumentasinya untuk membuktikan pemenuhan terhadap standar ini. Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Ayam Kampung Organik

Ayam kampung merupakan ayam yang sudah mengalami proses domestikasi atau penjinakan yang telah dilakukan oleh manusia sejak lama. Ayam- ayam tersebut mengalami seleksi alam dan menyebar atau bermigrasi bersama manusia, kemudian dibudidayakan secara turun- temurun sampai sekarang. Diperkirakan, ayam kampung merupakan keturunan dari ayam hutan merah Gallus bankiva, ayam hutan cyelon Gallus Lavayeti, ayam hutan abu- abu Gallus Sonerate, dan ayam hutan hijau Gallus Varius. Akibat proses budidaya dan perkawinan antarketurunan secara alam atau liar, serta pengaruh lingkungan yang berbeda- beda maka terbentuklah berbagai macam tipe ayam dengan beragam tampilan fisik dan varietas. Ayam hasil domestikasi tersebut kebanyakan dipelihara di daerah pedesaan atau di kampung sehingga dikenal dengan sebutan ayam kampung. Ada juga yang menyebutnya dengan ayam buras bukan ras yang bertujuan untuk membedakan dengan ayam yang telah mengalami rekayasa genetika Nuroso, 2010 Ayam kampung organik merupakan hasil pemeliharan atau pembudidayaan ayam kampung berdasarkan prinsip- prinsip organik. Ayam dapat dikatakan organik jika dari tahap DOC day old chicken anak ayam umur sehari sudah mendapatkan asupan pakan organik yang diperoleh dengan menerapkan prinsip bioteknologi pada proses fermentasi kompisisi pakan bukan pakan yang pabrik . Dalam pemeliharaan secara organik, ayam tidak mendapatkan lagi suntikan vaksin atau antibiotik, obat perangsang pertumbuhan dan obat- obatan Universitas Sumatera Utara kimia lainnya tetapi digantikan menjadi probiotik bakteri yang baik untuk pencernaan dan ramuan herbal sebagai pendamping pakan. Probiotik untuk ayam organik berguna untuk menambah daya tahan tubuhayam dari serangan penyakit. Probiotik diperoleh juga melalui pemanfaatan bioteknologi dalam menghasilkan bakteri baik untuk pencernaan menggunakan jasa mikroorganisme. Ayam kampung yang dipelihara secara organik -- hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah banyak yang diolah secara bioteknologi fermentasi – menghasilkan tekstur daging yang lembut, kenyal dan tahan lama. Warna daging tidak pucat dan darah tidak menempel dibagian tulang sehingga tidak menimbulkan bau amis. Di bagian permukaan dan bawah kulit tidak terlalu banyak mengandung lemak sehingga tidak menimbulkan lendir dan aman dari zat- zat kimia berbahaya. Secara garis besar kandungan gizi pada daging ayam organik tidak berbeda pada kandungan gizi daging ayam lainnya akan tetapi kandungan gizi pada daging ayam organik lebih alami dan terbebas dari residu zat- zat kimia yang terkandung didalam daging yang didapatkan selama pemeliharaan.

2.6.4 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkembangan Bahan Pangan

Organik 1 Peraturan Menteri Nomor 381KPTSOT.140102005 Tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan jaminan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa setiap produsen yang mengusahakan produk asal hewan harus memiliki sertifikat Nomer Universitas Sumatera Utara Kontrol Veteriner NKV. Salah satu syarat teknis untuk mendapatkan NKV adalah perusahaan harus memiliki bangunan, prasarana, sarana usaha yang memenuhi persyaratan teknis higiene-sanitasi. 2 SNI 01-6729-2002 Sistem Pangan Organik Peraturan ini menetapkan keharusan adanya standar pertanian organik. Standar ini menetapkan prinsip-prinsip produksi organik di lahan pertanian, penyiapan, penyimpanan, pengangkutan, pelabelalan, dan pemasaran, serta menyediakan ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk penyuburan dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta bahan adiktif dan bahan pembantu pengolahan pangan. Dalam hal pelabelan, penggunaan sertifikasi yazng menunjukkan bahwa cara produksi organik telah digunakan oleh suatu perusahaan hanya boleh dilakukan kepad produk-produk yang dihasilkan oleh operator yang mendapat supervisi dari otoritas atau lembaga sertifikasi seperti Otoritas Kompeten Pangan Organik OKPO atau yang sudah diakreditasi oleh Kantor Akreditasi Nasional KAN. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 ini menyebutkan bahwa keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk melindungi pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan serta membahayakan kesehatan manusia. Kemanan pangan dalam pedoman teknis pengembangan mutu dan keamanan pangan dari Kementerian Pertanian 2010 adalah jaminan bahwa pangan tidak Universitas Sumatera Utara akan menyebabkan bahaya bagi konsumen jika disiapkan danatau dimakan sesuai dengan tujuan penggunaan. 4 Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam undang-undang ini Pemerintah Pusat memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota untuk melaksanakan pemberdayaan UMKM dengan penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan pengembangan usaha sehingga usaha UMKM mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Penumbuhan iklim usaha dimaksud adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha seluas-luasnya. Pengembangan adalah upaya melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing UMKM. Dalam undang-undang ini juga pemerintah berkomitmen untuk memudahkan UMKM dalam hal pembiayaan. Kemudahan pembiayaan yang dimaksud adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerin Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat melaluik bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan UMKM. Selain itu, pemerintah uga memberikan jaminan pinjaman untuk UMKM oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh peinjaman dalam rangka memperkuat permodalan. Universitas Sumatera Utara Pemerintah juga membantu pengembangan UMKM dengan mengusahakan kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak tidak langsung, atas dasr prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku UMKM. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kuantitatif dengan pola deduktif, yaitu jenis penelitian yang menggabungkan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, tujuan dari penggunaan metode gabungan ini adalah untuk memberikan kejelasan makna dari hasil penelitian Burhan, 2007. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan, menganalisis suatu variabel secara mandiri, tidak bermaksud mengkaji variabel dengan melakukan perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lain Juliandi: 2013, 14. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pengembangan Masyarakat HKI di Jl. Parapat Kecamatan Tiga Dolok Kabupaten Simalungun, pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive dengan alasan bahwa Pusat Pelatihan Pengembangan Masyarakat HKI di jalan Parapat kecamatan Tiga Universitas Sumatera Utara Dolok kabupaten Simalungun telah memiliki keanggotaan atau komunitas aktif dalam usaha peternakan ayam kampung organik.

3.3 Informan Penelitian

Menurut Suyanto 2005 :172 informan penelitian terdiri dari beberapa macam yaitu informan kunci informan yang memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam melakukan penelitian, informan utama yaitu informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan informan tambahan yang merupakan informan yang dapat memberikan informasi meskipun tidak terlibat dalam interaksi sosial. Adapun informan dalam penelitian ini antara lain : 1. Informan Kunci key informan Pada penelitian ini, informan kunci adalah Pdt. Bahara Sihombing,S.Th selanjutnya disebut BS, selaku pimpinan bidang Pusat Pelatihan Pengembangann Masyarakat HKI yang pertama sekali memperkenalkan teknik budidaya ayam kampung organik dengan penerapan prinsip bioteknologi. 2. Informan Utama Dalam penelitian yang akan dilakukan yang menjadi informan utama adalah para peternak ayam kampung organik yang terdaftar sebagai anggota binaan dan dampingan Pusat Pelatihan Pengembangann Masyarakat HKI di kecamatan Tiga Dolok dan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data