Akses ke Saluran Distribusi Hambatan yang masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhanpendatang
baru untuk mengamankan distribusi produknya. Bilamana saluran distribusi untuk produk tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang mapan maka perusahaan
baru harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya melalui cara - cara penurunan harga, kerjasama periklanan dan sebagainya.
Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat membatasi bahkan menutup masuknya industri dengan
melakukan pengendalian dan pengawasan, seperti perjanjian lisensi dan batasan- batasan akses ke bahan baku. Pemerintah juga memainkan peranan secara tidak
langsung seperti standar polusi udara dan peraturan keamanan.
Hambatan Biaya Terlepas Dari Skala Perusahaan yang telah mapan memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki oleh
pendatang baru, seperti keunggulan lokasi yang strategis, teknologi rahasia, penguasaan yang menguntungkan terhadap bahan baku, subsidi pemerintah dan
keunggulan kurva belajar.
B. Ancaman Produk Substitusi.
Semua perusahaan dalam suatu industri dengan produk substitusi, meskipun karakteristik berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi dan
jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada harga yang lebih murah dan kualitas sama atau lebih baik dibandingkan dengan
produk dari industri tersebut.
C. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Suppliers.
Pemasok dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan menaikkan harga jual atau menurunkan kualitas produk atau pelayanan. Hubungan antara
perusahaan dengan pemasok sangat penting untuk keberlanjutan usaha dalam dukungan bahan baku.
D. Kekuatan Tawar Menawar Pelanggan Buyers.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat seberapa jauh para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki mampu mempengaruhi industri untuk menurunkan harga produk, serta
meningkatkan mutu dan pelayanan.
E. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri.
Tingkat persaingan industri meliputi : jumlah kompetitor, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas dan hambatan keluar.
Gambar 2.2 Model lima kekuatan Porter
Sumber : Porter 1993
2.6 Peternakan Organik 2.6.1 Definisi Pangan Organik dan Ternak Organik
Pangan organik adalah pangan berkaitan dengan cara-cara produksi pertanian organik. Suatu bahan pangan disebut sebagai pangan organik hanya apabila
pangan tersebut berasal dari suatu lahan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang menerapkan praktik-praktik pengelolaan
Pemasok Para Pesaing Industri
Pendatang Baru Potensial
Pembeli
Produk Pengganti
Universitas Sumatera Utara
yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan OKPO, 2007.
Pertanian organik juga melakukan pengendalian gulma serta hama dan penyakit melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak,
seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan pengairan, pengolahan lahan dan penanaman, serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan
ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah, keadaan fisik, serta keadaan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan
suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk menjaga sumberdaya tanah.
Produksi pada pertanian organik harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi
penyuburan tanah. Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan yang seimbang antara inang atau predator, peningkatan populasi
serangga yang menguntungkan, pengendalian biologis dan kultural, serta pembuangan secara mekanis pada hama maupun bagian tumbuhan yang
terinfeksi. Sedangkan peternakan organik merupakan pengelolaan peternakan
berdasarkan prinsip pertanian organik. Dasar budidaya ternak organik adalah pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan, tumbuhan, ternak, serta
penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara
Universitas Sumatera Utara
organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya. Hal tersebut
juga dipenuhi dengan menerapkan cara-cara pengelolaan ternak yang dapat mengurangi stres, mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan
penyakit, serta usaha penghindaran penggunaan obat hewan kolompok sediaan farmasetika atau jenis kemoterapetika termasuk antibiotika.
2.6.2 Pedoman Teknis Peternakan Organik
Pada dasarnya prinsip peternakan organik sama halnya dengan prinsip pertanian organik sesuai dengan program dan standar yang ditentukan oleh
International Federation of Organic Agriculture Movements IFOAM 2005 yaitu :
a. Prinsip Kesehatan
Pertanian dan peternakan organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai salah satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
b. Prinsip Ekologi
Pertanian dan peternakan organik harus didasarkan pada sistem dan ekologis kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi
kehidupan.
c. Prinsip Keadilan
Membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
d. Prinsip Perlindungan
Pertanian dan peternakan organik haarus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah pedoman teknis peternakan organik menurut Otoritas Kompeten Pangan Organik tahun 2007:
1. Lahan dan Penyiapan Lahan, Kandang, Bangunan kantor dan Tenaga kerja a. Unit usaha atau peternak harus memiliki catatan riwayat penggunaan lahan
minimal dua tahun sebelum lahan tersebut diperuntukan untuk sistem peternakan organik, kecuali bagi lahan yang ada dihutan bebas, bekas
hutan, dan lahan bukaan baru.
b. Unit usaha atau peternak mempunyai peta lokasi lahan yang berbatasan dengan lahan yang akan digunakan untuk peternakan organik.
c. Lahan bekas peternakan bukan organik harus mengalami periode konversi paling sedikit dua tahun sebelum penebaran ternak. Dalam hal
seluruhlahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap. Areal yang dalam proses konversi dan areal
yang telah dikonversi untuk produksi ternak organik tidak boleh diubah kembali seperti semula atau sebaliknya antara metode produksi ternak
organik dan konvensional.
d. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran sampah.
e. Kandang pemeliharaan ternak harus ditata supaya aliran air, saluran pembuangan limbah tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan
penyakit. f. Kandang isolasi diletakan paling belakang dan terpisah dari kandang
lainnya untuk menghindari penularan penyakit melalui udara, air, peralatan dan petugas kandang.
g. Bangunan kantor dan tempat tinggal karyawan harus terpisah dari areal perkandangan dan dipagar.
h. Tenaga kerja yang dipekerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan teknis budidaya ternak dan penanganan panen, pasca panen,
distribusi dan pemasaran hasil peternakan organik. 2. Bibit ternak
a. Bibit ternak berasal dari ternak yang dipelihara secara organik atau sesuai dengan cara -cara yang sesuai dengan SNI .
b. Tidak menggunakan bibit ternak yang berasal dari hasil rekayasa genetika yang dibuktikan dengan sertifikat .
c. Dalam hal tidak tersedia bibit seperti yang disyaratkan tersebut maka pada tahap awal dapat menggunakan bibit tanpa perlakuan.
3. Sumber Air a. Air yang digunakan berasal dari sumber mata air yang langsung atau dari
sumber lain yang memenuhi standar air yang dibenarkan oleh SNI. Terdapat catatan hasil uji air dalam periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
b. Air yang tidak berasal dari mata air langsung harus telah mengalami perlakuan untuk mengurangi cemaran sehingga memenuhi persyaratan
baku dan terdokumentasi. c. Tidak dizinkan mengeksploitasi air secara berlebihan dan menurunkan
sumberdaya air. 4. Manajemen Kesuburan Tanah
a. Kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam SNI No 01-
67292006. b. Tidak menggunakan kotoran manusia.
5. Pencegahan Penyakit dan Pemeliharaan Ternak a. Meminimalkan stres, mencegah terjadinya penyakit, tidak menggunakan
obat kimia untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, tidak menggunakan hormon pemacu pertumbuhan, tidak menggunakan pakan
ternak yang mengandung obat kimia dan hormon pemacu pertumbuhan sintetis, menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan, serta tidak
menggunakan pestisida, herbisida, dan produk hasil rekayasa genetika.
b. Tidak melakukan proses pembakaran dalam pengendalian gulma. c. Menerapkan sistem pengendalian penyakit yang terpadu sehingga dapat
menekan kerugian akibat penyakit. d. Memelihara ternak secara ekstensif pada lahan organik. Ternak yang
dipelihara bukan secara ekstensif harus mempertahankan kebersihan kandang, ternak, peralatan dan orang yang menangani ternak serta
kesehatan ternak dan orang yang menangani ternak.
e. Memelihara spesies ternak yang dapat hidup pada pola organik. f.
Untuk menangani ternak yang sedang sakit dapat diberikan tindakan fisioterapi, akupuntur, probiotik, dan herbal organik. Dalam keadaan
terpaksa dapat menggunakan obat obat kimia seperti antibiotik,obat cacing dan lain lain harus memperhatikan dosis, cara pemberian, waktu henti obat
dan dalam pengawasan dokter hewan.
g. Ternak yang sedang sakit dan dalam proses pengobatan dipelihara secara terpisah dari ternak yang sehat dan dibawah pengawasan dokter hewan.
Kotoran hewan yang sakit tidak boleh mencemari lingkungan lahan organik.
h. Hama, penyakit dan gulma dilingkungan lahan harus dikendalikan dengan cara pemilihan spesies dan varietas yang sesuai, perlindungan musuh alami
hama penyakit dan gulma melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar hidup dan tempat sarang, zona penyangga ekologi,
ekosistem yang beragam, hal ini akan bervariasi antar daerah. Sebagai contoh, zona penyangga untuk mengendalikan erosi, agroforestry,
merotasikan tanaman dan sebagainya; penyiapan biodinamik dari stonemeal, kotoran ternak atau tanaman; Penggunaan mulsa disebarkan
diatas permukaan tanah secara rapat dapat menghindari kerusakan permukaan tanah dari terpaan hujan.
Universitas Sumatera Utara
i. Jika terdapat kasus yang membahayakan atau ancaman yang serius
terhadap tanaman dimana tindakan pencegahan di atas tidak efektif, maka dapat
digunakan bahan
lain sebagaimana
dicantumkan dalam
Lampiranpada SNI. 6. Pakan Ternak
a. Menggunakan bahan baku pakan ternak organik, tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari rekayasa genetik.
b. Susu yang diminum oleh ternak muda harus berasal dari susu induk organik
c. Ternak yang dipelihara secara ekstensif dan intensif atau semi intensif harus mengkonsumsi pakan dari lahan organik.
d. Air minum yang digunakan untuk minum, membersihkan ternak dan lingkungan harus berasal dari air organik.
e. Bahan pakan tambahan seperti mineral dan vitamin diperoleh secara alami dan berasal dari sumber sumber organik dan dalam proses produksinya
tidak menggunakan pelarut kimia. f.
Probiotik, enzim dan mikroorganisme diperbolehkan untuk digunakan. 7. Penanganan Panen, Pasca Panen, Penyimpanan, Transportasi dan Pemasaran
a. Pencucian peralatan,ternak produk ternak organik segar dilakukan dengan menggunakan air standar baku yang diizinkan untuk sistem pangan
organik. b. Tidak mencampur produk organik dengan produk non- organik dalam
penanganan pasca panen termasuk dalam pengolahan, penyimpanan dan transportasi dan pemasaran.
c. Tidak menggunakan bahan kimia sintetis dalam proses penanganan pasca panen, penyimpanan, dan pengangkutan.
d. Peralatan pada waktu dan pasca panen harus bebas dari kontaminasi bahan kimia sintetis.
e. Tidak menggunakan bahan pembungkus yang menimbulkan kontaminasi produk.
f. Dalam pengemasan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau
digunakan kembali atau menggunakan bahan yang mudah mengalami dekomposisi. Menggunakan kemasan untuk makanan organik.
g. Selalu menjaga integritas produk organik
selama penanganan, penyimpanan dan transportasi serta dalam pemasaran.
8. Dokumentasi dan Rekaman a.
Untuk setiap butir yang relevan perlu tersedia ”Standar Prosedur Operasional” SPO ya ng terdokumentasikan.
b. Setiap butir yang relevan harus terdapat catatan, rekaman, atau dokumentasinya untuk membuktikan pemenuhan terhadap standar ini.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Ayam Kampung Organik
Ayam kampung merupakan ayam yang sudah mengalami proses domestikasi atau penjinakan yang telah dilakukan oleh manusia sejak lama.
Ayam- ayam tersebut mengalami seleksi alam dan menyebar atau bermigrasi bersama manusia, kemudian dibudidayakan secara turun- temurun sampai
sekarang. Diperkirakan, ayam kampung merupakan keturunan dari ayam hutan
merah Gallus bankiva, ayam hutan cyelon Gallus Lavayeti, ayam hutan abu- abu Gallus Sonerate, dan ayam hutan hijau Gallus Varius. Akibat proses
budidaya dan perkawinan antarketurunan secara alam atau liar, serta pengaruh lingkungan yang berbeda- beda maka terbentuklah berbagai macam tipe ayam
dengan beragam tampilan fisik dan varietas. Ayam hasil domestikasi tersebut kebanyakan dipelihara di daerah pedesaan atau di kampung sehingga dikenal
dengan sebutan ayam kampung. Ada juga yang menyebutnya dengan ayam buras bukan ras yang bertujuan untuk membedakan dengan ayam yang telah
mengalami rekayasa genetika Nuroso, 2010 Ayam
kampung organik
merupakan hasil
pemeliharan atau
pembudidayaan ayam kampung berdasarkan prinsip- prinsip organik. Ayam dapat dikatakan organik jika dari tahap DOC day old chicken anak ayam umur sehari
sudah mendapatkan asupan pakan organik yang diperoleh dengan menerapkan prinsip bioteknologi pada proses fermentasi kompisisi pakan bukan pakan yang
pabrik . Dalam pemeliharaan secara organik, ayam tidak mendapatkan lagi suntikan vaksin atau antibiotik, obat perangsang pertumbuhan dan obat- obatan
Universitas Sumatera Utara
kimia lainnya tetapi digantikan menjadi probiotik bakteri yang baik untuk pencernaan dan ramuan herbal sebagai pendamping pakan. Probiotik untuk ayam
organik berguna untuk menambah daya tahan tubuhayam dari serangan penyakit. Probiotik diperoleh juga melalui pemanfaatan bioteknologi dalam menghasilkan
bakteri baik untuk pencernaan menggunakan jasa mikroorganisme. Ayam kampung yang dipelihara secara organik -- hanya mengkonsumsi
pakan dalam jumlah banyak yang diolah secara bioteknologi fermentasi –
menghasilkan tekstur daging yang lembut, kenyal dan tahan lama. Warna daging tidak pucat dan darah tidak menempel dibagian tulang sehingga tidak
menimbulkan bau amis. Di bagian permukaan dan bawah kulit tidak terlalu banyak mengandung lemak sehingga tidak menimbulkan lendir dan aman dari zat-
zat kimia berbahaya. Secara garis besar kandungan gizi pada daging ayam organik tidak berbeda pada kandungan gizi daging ayam lainnya akan tetapi kandungan
gizi pada daging ayam organik lebih alami dan terbebas dari residu zat- zat kimia yang terkandung didalam daging yang didapatkan selama pemeliharaan.
2.6.4 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkembangan Bahan Pangan
Organik
1 Peraturan Menteri Nomor 381KPTSOT.140102005 Tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan jaminan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa setiap
produsen yang mengusahakan produk asal hewan harus memiliki sertifikat Nomer
Universitas Sumatera Utara
Kontrol Veteriner NKV. Salah satu syarat teknis untuk mendapatkan NKV adalah perusahaan harus memiliki bangunan, prasarana, sarana usaha yang
memenuhi persyaratan teknis higiene-sanitasi. 2 SNI 01-6729-2002 Sistem Pangan Organik
Peraturan ini menetapkan keharusan adanya standar pertanian organik. Standar ini menetapkan prinsip-prinsip produksi organik di lahan pertanian, penyiapan,
penyimpanan, pengangkutan, pelabelalan, dan pemasaran, serta menyediakan ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk penyuburan
dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta bahan adiktif dan bahan pembantu pengolahan pangan. Dalam hal pelabelan, penggunaan sertifikasi
yazng menunjukkan bahwa cara produksi organik telah digunakan oleh suatu perusahaan hanya boleh dilakukan kepad produk-produk yang dihasilkan oleh
operator yang mendapat supervisi dari otoritas atau lembaga sertifikasi seperti Otoritas Kompeten Pangan Organik OKPO atau yang sudah diakreditasi oleh
Kantor Akreditasi Nasional KAN. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 ini menyebutkan bahwa keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
melindungi pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan serta membahayakan kesehatan manusia.
Kemanan pangan dalam pedoman teknis pengembangan mutu dan keamanan pangan dari Kementerian Pertanian 2010 adalah jaminan bahwa pangan tidak
Universitas Sumatera Utara
akan menyebabkan bahaya bagi konsumen jika disiapkan danatau dimakan sesuai dengan tujuan penggunaan.
4 Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Dalam undang-undang ini Pemerintah Pusat memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota untuk melaksanakan
pemberdayaan UMKM dengan penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan pengembangan usaha sehingga usaha UMKM mampu tumbuh dan berkembang
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Penumbuhan iklim usaha dimaksud adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah melalui penetapan berbagai peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan
dukungan berusaha seluas-luasnya. Pengembangan adalah upaya melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing UMKM. Dalam undang-undang ini juga pemerintah berkomitmen untuk memudahkan
UMKM dalam hal pembiayaan. Kemudahan pembiayaan yang dimaksud adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerin Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat
melaluik bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan UMKM. Selain itu, pemerintah
uga memberikan jaminan pinjaman untuk UMKM oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh peinjaman dalam
rangka memperkuat permodalan.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah juga membantu pengembangan UMKM dengan mengusahakan kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha,
baik langsung maupun tidak tidak langsung, atas dasr prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku UMKM.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kuantitatif dengan pola deduktif, yaitu jenis penelitian yang
menggabungkan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, tujuan dari penggunaan metode gabungan ini adalah untuk memberikan kejelasan makna
dari hasil penelitian Burhan, 2007. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan, menganalisis suatu variabel secara mandiri, tidak
bermaksud mengkaji
variabel dengan
melakukan perbandingan
atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lain Juliandi: 2013, 14.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pengembangan Masyarakat HKI di Jl. Parapat Kecamatan Tiga Dolok Kabupaten Simalungun, pemilihan
lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive dengan alasan bahwa Pusat Pelatihan Pengembangan Masyarakat HKI di jalan Parapat kecamatan Tiga
Universitas Sumatera Utara
Dolok kabupaten Simalungun telah memiliki keanggotaan atau komunitas aktif dalam usaha peternakan ayam kampung organik.
3.3 Informan Penelitian
Menurut Suyanto 2005 :172 informan penelitian terdiri dari beberapa macam yaitu informan kunci informan yang memiliki informasi pokok yang
diperlukan dalam melakukan penelitian, informan utama yaitu informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan informan tambahan yang
merupakan informan yang dapat memberikan informasi meskipun tidak terlibat dalam interaksi sosial. Adapun informan dalam penelitian ini antara lain :
1. Informan Kunci key informan Pada penelitian ini, informan kunci adalah Pdt. Bahara Sihombing,S.Th
selanjutnya disebut
BS, selaku
pimpinan bidang
Pusat Pelatihan
Pengembangann Masyarakat HKI yang pertama sekali memperkenalkan teknik budidaya ayam kampung organik dengan penerapan prinsip bioteknologi.
2. Informan Utama Dalam penelitian yang akan dilakukan yang menjadi informan utama adalah para
peternak ayam kampung organik yang terdaftar sebagai anggota binaan dan dampingan Pusat Pelatihan Pengembangann Masyarakat HKI di kecamatan Tiga
Dolok dan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Data menurut sumber perolehannya, dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data mentah yang diambil
peneliti sendiri bukan dari orang lain dari sumber utama guna kepentingan penelitian, dan data tersebut sebelumnya tidak ada. Contoh data primer, adalah
data yang dikumpulkan melalui instrument seperti wawancara, angketkuisioner, pengamatanobservasi. Dalam penelitian ini pengumpulan data primer
dilaksanakan dengan metoode purposive sampling yaitu dengan melakukan wawancara kepada BS yang berperan sebagai informan kunci, merupakan
pimpinan lembaga dan melaksanakan pengisian kuesioner oleh responden yang ditujukan kepada anggota komunitas peternak. Sedangkan data Sekunder adalah
data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitian. Data aslinya tidak di ambil oleh peneliti tetapi oleh pihak lain Azuar juliandi,
2013:67.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka akan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data
primer tersebut dilakukan dengan metode wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
Universitas Sumatera Utara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.
2. Tenik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat
mendukung data primer. Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan menggunakan instrument dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengguanakan catatan- catatan atau dokumen- dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan
objek penelitian.
3.5 Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial Singarimbun, 1995 : 33.
Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis SWOT
Analisis SWOT dapat digunakan sebagai alat alternatif strategi dalam mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal
perusahaan. SWOT merupakan singkatan dari Strength kekuatan dan Weakness kelemahan internal dari suatu perusahaan serta Opportunities peluang dan
Threat ancaman lingkungan yang dihadapinya. Analisis SWOT adalah analisis mengenai faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal yang dimiliki
organisasi dengan tujuan letak kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dalam
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan peluang yang muncul dan mengatasi ancaman dari lingkungan eksternal yang membahayakan kondisi perkembangan usaha.
2. Strategi Pemasaran: Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan kemampuan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang
digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut Tjiptono 2008 : 6. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-
variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi target pasar, positioning, dan elemen bauran pemasaran.
3.6 Metode Analisis Data
Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan berdasarkan kerangka formulasi, David, 2004, yaitu melakukan observasi secara umum dan observasi
terfokus, selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisis pada tahap pencockan, dan berakhir dengan pemilihan strategi alternatif.
3.6.1 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, diawali dengan mengumpulkan informasi dasar dan deskripsi identitas beserta visi misi usaha. Selanjutnya dilakukan
pengidentifikasin faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner. Evaluasi data dapat dilakukan dengan menggunakan matriks
Internal Factor Evaluation IFE untuk mengetahui letak kekuatan dan kelemahan
Universitas Sumatera Utara
serta matriks Eksternal Factor Evaluation EFE untuk melihat peluang dan ancaman.
3.6.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal Internal Factor Evaluation