Ukuran Kesesuaian Model Structural Equation Modeling 1. Definisi Struktural Equation Modeling

2.7.3. Ukuran Kesesuaian Model

Menurut Hair et al., 1998 dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model sehingga digunakan beberapa fit indeks untuk mengukur kebenaran-kebenaran model. Alat-alat yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mendapatkan model yang sesuai antara lain : 1. Chi-Square X 2 Menurut Joreskog dan Sorbom 1996, chi-square digunakan untuk mengukur overall fit , semakin kecil nilainya maka semakin baik model yang diuji. Uji chi-square ini biasanya dibandingkan dengan nilai derajat bebas degree of freedom untuk memperoleh nilai chi-square relatif. Model yang baik membutuhkan nilai chi-square yang lebih kecil dari pada nilai derajat bebasnya. 2. P-value Menurut Hair et al., 1998, nilai p-value diharapkan untuk lebih besar dari 0,05 atau 0,1 yaitu uji tidak signifikan. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan, yang berarti matrik input dan matrik estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan cocok. P-value berkisar antara 0 sampai 1 dan model persamaan struktural akan semakin baik jika p-value mendekati 1. 3. RMSEA Root Mean Square Error of Approximation. Menurut Hair, et.al 1998, ukuran kesesuaian lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian model ialah RMSEA. Ukuran ini mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi. RMSEA menunjukkan kecocokan model yang dikatakan baik apabila nilainya kurang dari 0,05; reasonable jika lebih kecil dari 0,08; cukup apabila kurang dari 0,1 dan buruk apabila lebih dari 0,1. Menurut Ferdinand 2002, indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Uji kecocokan ModelGoodness-of-fics Indices Sumber: Ferdinand 2002 2.8. Penelitian Terdahulu Kristyaningsih 2004 dalam penelitiannya tentang analisis pelayanan Vena Plaza Internet di mata konsumen bahwa pengguna Vena Plaza Internet menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan selama ini. Aspek tangible masih perlu peningkatan pelayanan, sebab rataan kepuasannya lebih rendah dibandingkan kepuasan pengguna untuk aspek intangible. Dengan menggunakan Importance dan Performance Analysis, dapat diketahui aspek- aspek yang perlu ditingkatkan oleh manajemen Vena Plaza Internet adalah penataan ruang, setting privacy konsumen, kelengkapan software, adanya AC, kecepatan akses, kestabilan software, pemanfaatan headset, scroll mouse dan disk drive serta iklan dan program khusus untuk menarik konsumen. Sedangkan aspek-aspek intangible yang perlu diperhatikan adalah kecepatan dan ketanggapan pegawai dalam melakukan pencatatan dan pembayaran, keterampilan pegawai dalam mengatasi permasalahan teknis serta kemampuan pegawai dalam membimbing pengguna yang kesulitan. Masalah yang sering dialami pengguna Vena Plaza Internet ketika memakai jasa sewa internet adalah lambatnya akses internet dan ketidakstabilan software. Sehingga perbaikan aspek tersebut menjadi prioritas utama yang harus dilakukan Vena Plaza Internet. Vena Plaza Internet memiliki pelanggan yang akan tetap memakai jasa sewa internet walaupaun harga dinaikan. Akan tetapi kenaikan harga itu belum tentu akan meningkatkan pendapatan Vena Plaza Internet, sebab ada pula Goodness of Fit Index Cut Off Value Derajat bebas DF Positif Chi-Square X 2 Diharapkan kecil Significance Probability ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CFI ≥ 0,95 TLI ≥ 0,90 pelanggan yang akan pindah ke warnet lain apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan pelanggan. Menurut Windhyastini 2003 dalam Jurnal Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Malang menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan gap negatif pada dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty yang berarti bahwa harapan mahasiswa lebih tinggi dari pada realitas pelayanan jasa yang dirasakan oleh mahasiswa. Kelima dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty semuanya menunjukkan kesenjangan negatif yang signifikan. Maka disarankan pihak manajemen Fakultas Ekonomi Merdeka Malang diharapkan dapat memberikan perhatian terhadap semua aspek dimensi kualitas pelayanan jasa mengingat semua aspek dimensi menunjukkan gap negatif yang signifikan. Meiyanto 2004 dalam penelitiannya yang menggunakan metode Structural Equation Modeling SEM menyimpulkan bahwa seluruh komponen dalam dimensi pelayanan, fasilitas, dan produk Kupedes secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan nasabah Kupedes pertanian. Seluruh komponen tersebut mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan nasabah, dimana komponen kecepatan pelayanan umum, kenyamanan Kantor BRI unit, dan ketepatan jangka waktu kredit merupakan tiga atribut yang paling kuat dalam mempengaruhi kepuasan nasabah terhadap Kupedes Pertanian. Secara total indeks kepuasan nasabah terhadap layanan Kupedes Pertanian adalah sebesar 86,96 persen. Kondisi ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan oleh manajer BRI Unit di wilayah Kanca BRI Bogor dengan meningkatkan pada sisi pelayanan umum, pengelolaan kantor yang lebih representatif, perbaikan perhitungan repayment capasity RPC, pengembangan plafon maksimum Kupedes dan usaha-usaha mendayagunakan loyalitas nasabah dalam menjaring nasabah baru yang potensial. Ratnawati 2003, hasil penelitiannya dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan menyimpulkan bahwa untuk mengetahui keadaan pelayanan pendidikan, perlu dilakukan pengukuran penilaian masyarakat atau pelanggan. Hasil penilaian perlu disebarluaskan sehingga masyarakat dapat menentukan mana pelayanan pendidikan yang layak dipilih, mana yang harus dihindari. Akhirnya, masyarakat yang akan mengadili lembaga pendidikan yang ada. Metode ServQual merupakan cara pengukuran kepuasan pelanggan yang sederhana, mudah digunakan dan diinterpretasikan, dan cara ini dapat digunakan untuk semua pengukuran yang berhubungan dengan kepuasan kepuasan pelanggan, tidak terkecuali bidang pendidikan. Sichah 2004 dalam penelitiannya tentang Penggunaan Model Persamaan Struktural Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan, berdasarkan model dihasilkan faktor yang berpengaruh langsung pada loyalitas pelanggan adalah pelayanan utama dan harga, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh langsung yaitu pelayanan tambahan dan fasilitas dari bengkel. Walaupun pelayanan tambahan dan fasilitas tidak berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas pelanggan tetapi kedua peubah laten ini mempunyai korelasi yang tinggi dengan pelayanan utama. Sehingga peningkatan yang dilakukan di pelayanan tambahan dan fasilitas akan meningkat pula pelayanan utama yang selanjutnya akan meningkatkan pula loyalitas pelanggan. Kustiawan 2005 dalam penelitiannya tentang hubungan antara penerimaan Customer akan kenaikan harga dengan variabel-variabel Customer Satisfaction menyimpulkan bahwa para pengguna KRL ekonomi jurusan Jakarta-Bogor secara total tidak terpuaskan oleh pelayanan yang diberikan oleh PT.KAI. Terdapat hubungan antara kepuasan total dengan tingkat kenaikan harga Rp 1.000 dengan menggunakan metode spearman. Sedangkan pada tingkat kenaikan harga lainnya secara kepuasan total tidak terjadi hubungan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum kenaikan harga tingkat Rp 1.000, konsumen merasa tidak perlu untuk menambah fasilitas-fasilitas untuk memenuhi harapan mereka. Sebab mereka berpikir bahwa kereta ini hanyalah kereta ekonomi sehingga menurut mereka kenaikan harga yang pas ada pada tingkat harga Rp 1.000.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sebagai salah satu fasilitas internet terbesar bagi mahasiswa IPB maka Cyber Mahasiswa harus dapat memuaskan pelanggannya. Agar dapat memenuhi kepuasan pelanggannya, Cyber Mahasiswa harus mengetahui faktor atau atribut apa saja yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Tanggapan dari pelanggan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa yang menggunakan fasilitas Cyber Mahasiswa, contoh lembar kuesioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk mengetahui hubungan antara peubah dalam pengukuran kepuasan pelanggan, maka digunakan pendekatan Structural Equation Modeling SEM. Pendekatan SEM ini dapat membantu untuk melihat hubungan kausalitas dari banyak peubah yang terkait. Hubungan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah kepuasan pelanggan dengan kualitas pelayanan dan kenaikan harga. Hubungan kenaikan harga dengan kepuasan dirujuk berdasarkan teori bahwa kepuasan pelanggan selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh harga. Hasil dari penelitian ini dapat menggambarkan tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan pelayanan Cyber Mahasiswa. Dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis akan diketahui sejauh mana tingkat kesesuaian antara tingkat kepuasan pelanggan dan harapan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kinerja Cyber Mahasiswa. Metode Importance Performance Analysis ini didasarkan pada konsep ServQual Service Quality dengan melihat tingkat kepentingan pelanggan customer expectation diukur dalam kaitannya dengan tingkat kinerja dari pelayanan Cyber Mahasiswa. Untuk menilai atribut-atribut yang menjadi prioritas pada metode Importance Performance Analysis ini maka akan dilihat sejauh mana kekuatan hubungan antara atribut-atribut kualitas pelayanan dengan kepuasan yang akan mengacu pada hasil Structural Equation Modeling. Sedangkan untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan Cyber Mahasiswa digunakan metode Customer Satisfaction Indeks CSI. Lima dimensi yang dapat mempengaruhi penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan, yaitu: