rotasi kerja 45 menit b
3
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency mata operator, karena notasi antara keduanya hampir sama. Namun nilai Flicker Fusion
Frequency mata operator pada perlakuan interval waktu rotasi kerja 30 menit b
2
cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan interval waktu rotasi kerja 45 menit b
3
. Perlakuan interval waktu rotasi kerja 15 menit b
1
tidak berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu rotasi kerja 30 menit b
2
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency mata operator, karena notasi antara keduanya hampir sama.
Namun nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada perlakuan rotasi waktu kerja 15 menit b
1
cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan rotasi waktu kerja 30 menit b
2
. Perlakuan interval waktu rotasi kerja 15 menit b
1
berbeda nyata dengan perlakuan interval waktu rotasi kerja 45 menit b
3
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency mata operator, karena memiliki notasi yang berbeda.
6.1.2.3. Faktor Shift Kerja
Berdasarkan Tabel 5.22 dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara ketiga rata-rata perlakuan yaitu shift 1 c
1
, shift 2 c
2
dan shift 3 c
3
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency pada mata operator, karena mempunyai notasi yang sama.
Universitas Sumatera Utara
6.1.2.4. Interaksi Faktor Illuminasi dengan Inteval Rotasi Waktu Kerja
Berdasarkan Tabel 5.23 dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara ketiga rara-rata interaksi perlakuan yaitu illuminasi 110 lux dengan
interval waktu rotasi kerja 45 menit a
1
b
3
, illuminasi 140 lux dengan interval
waktu rotasi kerja 45 menit a
1
b
3
, dan illuminasi 110 lux dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit a
1
b
2
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency pada mata operator. Namun nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada interaksi
perlakuan illuminasi 110 lux dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit a
1
b
2
cenderung lebih tinggi. Interaksi perlakuan illuminasi 140 lux dengan interval waktu rotasi kerja
30 menit a
2
b
2
tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan illuminasi 110 lux dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit a
1
b
2
terhadap nilai Flicker Fusion Frequency pada mata operator. Namun nilai Flicker Fusion Frequency mata
operator pada interaksi perlakuan illuminasi 140 lux dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit a
2
b
2
cenderung lebih tinggi.
6.1.2.5. Interaksi Faktor Illuminasi dengan Shift Kerja
Berdasarkan Tabel 5.24 dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap nilai Flicker Fusion Frequency pada mata operator antara rara-rata
interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 1 a
1
c
1
dibandingkan dengan rata-rata interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 2 a
1
c
2
, illuminasi 110 lux pada shift 3 a
1
c
3
dan illuminasi 140 lux pada shift 1 a
2
c
1
. Namun nilai
Universitas Sumatera Utara
Flicker Fusion Frequency mata operator pada interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 3 cenderung lebih tinggi.
Rata-rata interaksi perlakuan illuminasi 140 lux pada shift 2 a
2
c
2
berbeda nyata dengan interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 1 a
1
c
1
dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan rata-rata interaksi perlakuan illuminasi 110
lux pada shift 2 a
1
c
2
, illuminasi 110 lux pada shift 3 a
1
c
3
dan illuminasi 140 lux pada shift 1 a
2
c
1
dan illuminasi 140 lux pada shift 2 a
2
c
3
. Namun nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada interaksi perlakuan illuminasi 140 lux pada
shift 2 cenderung lebih tinggi.
6.1.2.6. Interaksi Faktor Interval Waktu Rotasi Kerja dengan Shift Kerja