Flicker Fusion Frequency mata operator pada interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 3 cenderung lebih tinggi.
Rata-rata interaksi perlakuan illuminasi 140 lux pada shift 2 a
2
c
2
berbeda nyata dengan interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada shift 1 a
1
c
1
dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan rata-rata interaksi perlakuan illuminasi 110
lux pada shift 2 a
1
c
2
, illuminasi 110 lux pada shift 3 a
1
c
3
dan illuminasi 140 lux pada shift 1 a
2
c
1
dan illuminasi 140 lux pada shift 2 a
2
c
3
. Namun nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada interaksi perlakuan illuminasi 140 lux pada
shift 2 cenderung lebih tinggi.
6.1.2.6. Interaksi Faktor Interval Waktu Rotasi Kerja dengan Shift Kerja
Berdasarkan Tabel 5.25 dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang nyata terhadap nilai Flicker Fusion Frequency pada mata operator antara rara-rata
interaksi perlakuan interval waktu rotasi kerja 15 menit pada shift 2 b
1
c
2
dibandingkan dengan rata-rata interaksi perlakuan yang lain.
6.1.3. Analisis Pengaruh Faktor Utama dan Interaksi Antar Faktor terhadap Flicker Fusion Frequency
6.1.3.1. Faktor Illuminasi
Pengaruh dari faktor illuminasi terhadap Flicker Fusion Frequency pada mata operator dapat dilihat pada Gambar 6.1 sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
I lluminasi M
e a
n o
f Fl
ic k
e r
Fu s
io n
F re
q u
e n
c y
140 110
36,25 36,00
35,75 35,50
35,25 35,00
34,75 34,50
Main Effects Plot data means for Flicker Fusion Frequency
Gambar 6.1. Grafik Efek Utama Faktor Illuminasi terhadap Flicker Fusion Frequency
Berdasarkan Gambar 6.1 diatas, dapat dilihat bahwa nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada tingkat illuminasi 110 lux lebih rendah
dibandingkan dengan Flicker Fusion Frequency mata operator pada tingkat illuminasi 140 lux. Nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada tingkat
illuminasi 110 lux menandakan bahwa pada kondisi ini operator mengalami kelelahan mata. Sedangkan nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada
tingkat illuminasi 140 lux menandakan bahwa pada kondis ini operator tidak mengalami kelelahan mata.
Perbedaan nilai Flicker Fusion Frequency mata operator ini disebabkan oleh berbedanya tingkat illuminasi yang digunakan. Pada tingkat illuminasi 110
lux, mata operator memerlukan upaya yang lebih besar untuk dapat melihat objek dibandingkan dengan tingkat illuminasi 140 lux, karena cahaya pada illuminasi
140 lux lebih terang dibandingkan dengan illuminasi 110 lux. Sehingga kelelahan
Universitas Sumatera Utara
mata akan mudah terjadi pada tingkat illuminasi 110 lux dibandingkan dengan tingkat illuminasi 140 lux.
6.1.3.2. Faktor Interval Waktu Rotasi Kerja
Pengaruh dari faktor interval waktu rotasi kerja terhadap Flicker Fusion Frequency pada mata operator dapat dilihat pada Gambar 6.2 sebagai berikut.
I nt erval Wakt u Rot asi Kerja M
e a
n o
f Fl
ic k
e r
Fu s
io n
F re
q u
e n
c y
45 30
15 37
36 35
34 33
Main Effects Plot data means for Flicker Fusion Frequency
Gambar 6.2. Grafik Efek Utama Faktor Interval Waktu Rotasi Kerja terhadap Flicker Fusion Frequency
Berdasarkan Gambar 6.2 diatas, dapat dilihat bahwa nilai Flicker Fusion Frequency mata operator pada interval waktu rotasi kerja 15 menit lebih besar
dibandingkan dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit dan 45 menit. Pada interval waktu rotasi kerja 15 menit berarti setiap operator bekerja selama 30
menit dan istirahat selama 15 menit. Pada interval waktu rotasi kerja 30 menit berarti setiap operator bekerja selama 60 menit dan istirahat selama 30 menit.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada interval waktu rotasi kerja 45 menit berarti setiap operator bekerja selama 90 menit dan istirahat selama 45 menit.
Pada interval waktu rotasi kerja 45 menit terjadi kelelahan mata karena mata bekerja terlalu lama dibandingkan dengan interval waktu rotasi kerja 15
menit dan 30 menit, sehingga otot siliaris menjadi teregang. Akibatnya pungtum proksimum makin memanjang yang dapat menurunkan amplitudo akomodasi.
Pungtum proksimum adalah titik terdekat seseorang dapat melihat dengan jelas. Akomodasi adalah kemampuan mata untuk menambah daya bias lensa dengan
terjadinya kontraksi otot siliaris, yang menyebabkan objek penglihatan akan terfokus di retina.
Frekuensi istirahat dalam 1 shift kerja yang lebih kecil pada interval waktu rotasi kerja 45 menit dibandingkan dengan interval waktu rotasi kerja 15 menit
dan 30 menit juga menyebabkan terjadinya kelelahan mata mata operator.
6.1.3.3. Faktor Shift Kerja