5.2.5. Perhitungan Persentase Produk Cacat Botol Non Standar
Kriteria produk cacat atau disebut juga botol non standar adalah botol yang sudah terisi air teh tetapi masih kotor pada bagian dalamnya akibat adanya botol
kosong non standar yang tidak tersortir oleh operator pada pos penyortiran botol yang sudah dicuci pos II. Hal ini secara langsung dapat berakibat pada
berkurangnya jumlah produksi teh botol sosro. Sebagai contoh adalah perhitungan persentase botol cacat yang tidak
tersortir untuk perlakuan 1 a
1
b
1
c
1
sebagai berikut :
100 Cacat
Botol Semua
Jumlah Tersortir
Tidak yang
Cacat Botol
Jumlah Tersortir
Tidak yang
Cacat Botol
Persentase ×
=
100 576
48 Tersortir
Tidak yang
Cacat Botol
Persentase ×
=
Persentase botol cacat yang tidak tersortir = 7,69 Perhitungan pesentase botol non standar untuk perlakuan selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel 5.26 berikut.
Tabel 5.26. Perhitungan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir
No Perlakuan Jumlah Botol Non
Standar yang Tersortir unit
Jumlah Botol Non Standar yang Tidak
Tersortir unit Persentase Botol
Non Standar
1 a
1
b
1
c
1
480 45
8,57 2
a
1
b
1
c
2
456 38
7,69 3
a
1
b
1
c
3
504 43
7,86 4
a
1
b
2
c
1
432 39
8,28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.26. Perhitungan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir Lanjutan
No Perlakuan Jumlah Botol Non
Standar yang Tersortir unit
Jumlah Botol Non Standar yang Tidak
Tersortir unit Persentase Botol
Non Standar
5 a
1
b
2
c
2
415 35
7,78 6
a
1
b
2
c
3
408 36
8,11 7
a
1
b
3
c
1
384 48
11,11 8
a
1
b
3
c
2
384 43
10,07 9
a
1
b
3
c
3
380 45
10,59 10
a
2
b
1
c
1
312 20
6,02 11
a
2
b
1
c
2
360 15
4,00 12
a
2
b
1
c
3
318 17
5,07 13
a
2
b
2
c
1
432 39
8,28 14
a
2
b
2
c
2
624 33
5,02 15
a
2
b
2
c
3
552 37
6,28 16
a
2
b
3
c
1
432 43
9,05 17
a
2
b
3
c
2
456 37
7,51 18
a
2
b
3
c
3
480 40
7,69
5.2.6. Perhitungan Koefisien Korelasi
Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara Flicker Fusion Frequency Hz dengan persentase botol non
standar yang tidak tersortir oleh operator pada PT. Sinar Sosro. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien korelasi ini adalah rumus koefisien
korelasi pearson. Perhitungan koefisien korelasi pearson antara Flicker Fusion Frequency dengan persentase botol Non Standar yang tidak tersortir dapat dilihat
pada Tabel 5.27 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.27. Perhitungan Koefisien Korelasi Flicker Fusion Frequency Hz dengan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir
No Perlakuan X
Flicker Fusion Frequency Hz
Y Persentase Botol Non
Standar yang Tidak Tersortir
X
2
Y
2
XY
1 a
1
b
1
c
1
36 8,57
1296 73,4449
308,5200 2
a
1
b
1
c
2
37 7,69
1369 59,1361
284,5300 3
a
1
b
1
c
3
37 7,86
1369 61,7796
290,8200 4
a
1
b
2
c
1
34 8,28
1156 68,5584
281,5200 5
a
1
b
2
c
2
35 7,78
1225 60,5284
272,3000 6
a
1
b
2
c
3
35 8,11
1225 65,7721
283,8500 7
a
1
b
3
c
1
32 11,11
1024 123,4321
355,5200 8
a
1
b
3
c
2
33 10,07
1089 101,4049
332,3100 9
a
1
b
3
c
3
33 10,59
1089 112,1481
349,4700 10
a
2
b
1
c
1
38 6,02
1444 36,2404
228,7600 11
a
2
b
1
c
2
39 4,00
1521 16,0000
156,0000 12
a
2
b
1
c
3
38 5,07
1444 25,7049
192,6600 13
a
2
b
2
c
1
35 8,28
1225 68,5584
289,8000 14
a
2
b
2
c
2
38 5,02
1444 25,2004
190,7600 15
a
2
b
2
c
3
37 6,28
1369 39,4384
232,3600 16
a
2
b
3
c
1
33 9,05
1089 81,9025
298,6500 17
a
2
b
3
c
2
34 7,51
1156 56,4001
255,3400 18
a
2
b
3
c
3
34 7,69
1156 59,1361
261,4600
Total 638
138,98 22.690
1.134,7858 4.864,6300
Dari Tabel 5.27 dapat dihitung nilai koefisien korelasi pearson dengan rumus sebagai berikut :
−
−
− =
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
= =
= =
= =
= 2
1 2
1 2
1 2
1 1
1 1
n i
i n
i i
n i
i n
i i
n i
i n
i i
n i
i i
Y Y
n X
X n
Y X
Y X
n r
Universitas Sumatera Utara
[ ]
[ ]
2 2
18 ,
132 7858
, 134
. 1
18 638
690 .
22 18
98 ,
138 638
6300 ,
864 .
4 18
− −
− =
r
895 ,
− =
r
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI
6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Desain Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimen faktorial 2 x 3 x 3 dengan menggunakan 3 faktor yaitu illuminasi
faktor A, interval waktu rotasi kerja faktor B, dan shift kerja faktor C. Model yang digunakan adalah model campuran atau model III dimana 2 faktor tetap dan
1 faktor acak. Faktor illuminasi dan shift kerja merupakan faktor tetap, sedangkan faktor interval waktu rotasi kerja merupakan faktor acak. Dalam penelitian ini,
yang menjadi variabel dependent adalah nilai Flicker Fusion Frequency Hz mata operator.
Untuk mengetahui penerimaan atau penolakan hipotesis nol Ho, maka dilakukan pengujian terhadap F uji. Jika F uji F tabel, maka Ho diterima dan
apabila F uji F tabel maka Ho ditolak. Jika Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan pada setiap faktor maupun faktor yang
saling berinteraksi. Namun apabila Ho ditolak maka terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap faktor maupun interaksi dari faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab V, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis terhadap masing-masing faktor, yaitu :
Universitas Sumatera Utara