Analisis Koefisien Korelasi Analisis Produktivitas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan kondisi illuminasi 140 lux dengan interval waktu rotasi kerja 15 menit akan membuat operator bekerja dengan nyaman tanpa mengalami kelelahan mata.

6.1.4. Analisis Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil uji korelasi antara nilai Flicker Fusion Frequency mata operator dengan persentase botol non standar yang tidak tersortir didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar – 0,895. Nilai ini menunjukan adanya hubungan yang kuat antara nilai Flicker Fusion Frequency mata operator dengan persentase botol non standar yang tidak tersortir. Tanda negatif menunjukkan hubungan yang negatif antar kedua variabel tersebut, yang artinya semakin besar nilai Flicker Fusion Frequency mata operator, maka akan semakin kecil persentase botol non standar yang tidak tersortir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.8 berikut : 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 39.00 38.00 37.00 36.00 35.00 34.00 33.00 32.00 Flicker Fusion Frequency Hz Linear Observed Persentase Produk Cacat Gambar 6.8. Hubungan antara Flicker Fusion Frequency Mata Operator dengan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir Universitas Sumatera Utara

6.1.5. Analisis Produktivitas

Pengukuran produktivitas pada penelitian ini adalah berdasarkan pada besar nilai persentase jumlah botol non standar yang tidak tersortir oleh operator pada saat melakukan pekerjaanya. Kriteria dari botol non standar ini adalah botol retak, warna botol kusam, botol berkarat dan kotor. Botol non standar yang tidak tersortir pada pos 2 ini akan dapat diketahui oleh operator pada pos 3 setelah proses pengisian air teh ke dalam botol filler. Botol non standar yang tidak tersortir ini secara langsung akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang telah ditargetkan oleh perusahaan. Persentase jumlah botol non standar yang tidak tersortir oleh operator pada setiap perlakuan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut. Tabel 6.1. Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir pada Setiap Perlakuan Eksperimen No Perlakuan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir 1 a 1 b 1 c 1 8,57 2 a 1 b 1 c 2 7,69 3 a 1 b 1 c 3 7,86 4 a 1 b 2 c 1 8,28 5 a 1 b 2 c 2 7,78 6 a 1 b 2 c 3 8,11 7 a 1 b 3 c 1 11,11 8 a 1 b 3 c 2 10,07 9 a 1 b 3 c 3 10,59 10 a 2 b 1 c 1 6,02 11 a 2 b 1 c 2 4,00 12 a 2 b 1 c 3 5,07 13 a 2 b 2 c 1 8,28 14 a 2 b 2 c 2 5,02 Universitas Sumatera Utara Tabel 6.1. Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir pada Setiap Perlakuan Eksperimen lanjutan No Perlakuan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir 15 a 2 b 2 c 3 6,28 16 a 2 b 3 c 1 9,05 17 a 2 b 3 c 2 7,51 18 a 2 b 3 c 3 7,69 Sumber : Hasil Pengolahan Berdasarkan Tabel 6.1 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan persentase botol non standar yang tidak tersortir oleh operator pada setiap perlakuan. Nilai persentase botol non standar yang tidak tersortir oleh operator lebih kecil untuk setiap interaksi perlakuan illuminasi 140 lux pada interval waktu rotasi kerja 15 menit dibandingkan dengan interaksi perlakuan illuminasi 110 lux pada interval waktu rotasi kerja 30 menit dan 45 menit untuk setiap shift kerja. Nilai persentase terkecil dari botol non standar yang tidak tersortir oleh operator terjadi pada interaksi perlakuan illuminasi 140 lux, interval waktu rotasi kerja 15 menit pada shift 2. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan produktivitas perusahaan dengan adanya penurunan persentase botol non standar yang tidak tersortir oleh operator pada konsisi kerja dengan illuminasi 140 lux dengan interval waktu rotasi kerja 15 menit. Universitas Sumatera Utara

6.2. Evaluasi

Dari hasil analisis yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa kondisi kerja yang terbaik untuk mengurangi terjadinya kelelahan mata pada operator penyortiran botol di PT. Sinar Sosro adalah pada kondisi kerja dengan menggunakan tingkat illuminasi 140 lux dan interval waktu rotasi kerja 15 menit. Cahaya yang diterima oleh mata operator pada illuminasi 140 lux lebih terang dibandingkan dengan illuminasi 110 lux, sehingga kerja otot siliaris untuk melakukan akomodasi mata pada illuminasi 140 lux lebih kecil dibandingkan dengan kerja otot siliaris untuk melakukan akomodasi mata pada illuminasi 110 lux. Akomodasi maksimal yang dilakukan mata pada illuminasi 110 lux bertujuan agar cahaya yang diterima mata dapat tepat difokuskan pada retina sehingga botol dapat dilihat dengan jelas sama seperti pada kondisi kerja dengan illuminasi 140 lux. Kerja otot siliaris yang lebih besar pada illuminasi 110 lux dibandingkan dengan illuminasi 140 lux menyebabkan otot tersebut mengalami kelelahan sehingga terjadi kelelahan mata yang ditandai dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan. Penurunan ketajaman penglihatan operator pada saat memeriksa botol akan mengakibatkan operator kesulitan dalam menyortir botol sehingga terdapat botol non standar yang tidak terlihat oleh operator. Pada interval waktu rotasi kerja 15 menit berarti setiap operator bekerja memeriksa botol selama 30 menit dan istirahat 15 menit. Pada interval waktu rotasi kerja 30 menit berarti setiap operator bekerja memeriksa botol selama 60 menit dan istirahat 30 menit. Pada interval waktu rotasi kerja 45 menit berarti setiap operator bekerja memeriksa botol selama 90 menit dan istirahat 45 menit. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Di Bagian Produksi Seksi Penuangan PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2006

4 67 68

Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Operator SPBU Antara Shift Pagi Dan Shift Malam Di SPBU 14203163 Tanjung Morawa Tahun 2009.

75 296 64

Perbaikan Tingkat Illuminasi untuk Mengurangi Kelelahan Mata pada Operator Bagian Penyortiran Botol di PT. Sinar Sosro

0 36 104

KOMPARASI SHIFT KERJA PAGI DENGAN SHIFT KERJA MALAM TERHADAP KELELAHAN DI BAGIAN WRAPPING “CANDY” PT Komparasi Shift Kerja Pagi Dengan Shift Kerja Malam Terhadap Kelelahan Di Bagian Wrapping “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 0 16

KOMPARASI SHIFT KERJA PAGI DENGAN SHIFT KERJA MALAM TERHADAP KELELAHAN DI BAGIAN WRAPPING “CANDY” PT Komparasi Shift Kerja Pagi Dengan Shift Kerja Malam Terhadap Kelelahan Di Bagian Wrapping “Candy” PT Deltomed Laboratories Wonogiri.

0 1 15

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara Shift Pagi, Shift Sore, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakart

0 2 13

ANALISIS PENGARUH JENIS MESIN DAN SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN FISIK, KELELAHAN MENTAL DAN PRESTASI KERJA OPERATOR PADA KELOMPOK USTA TERTENTU (Studi Kasus Di PT. Sumatex Subur).

0 0 12

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO GRESIK.

3 17 85

PRISLIA KUSUMANINGTYAS R0208035

1 4 78

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO GRESIK

0 0 21