pendidikan terhadap anak-anaknya.
49
Secara fenomenologis tampak bahwa gejala kenakalan timbul dalam masa pubertaspancaroba, di mana jiwa dalam
keaadaan labil, sehingga mudah terserat oleh lingkungan seorang anak tiba- tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah dibentuk
oleh lingkungannya termasuk kesempatan yang di luar kontrol yaitu: a.
Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih sayang karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri termasuk
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. b.
Situasi yang menjamukan dan membosankan, padahal tempat tersebut mestinya dapat merupakan faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi
anak-anak termasuk lingkungan yang kurang rekreatif. c.
Lingkungan masyarakat yang tidakkurang menentu bagi prospek kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi,
korupsi, manipulasi, gossip, isu-isu negatif destruktif, perbedaan terlalu mencolok antara si kaya dan si miskin dan sebagainya.
50
49
Koestoer Pertowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1983, cet. I, h. 65.
50
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1983, cet I, h. 93.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI
A. Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri
Yayasan Bina Insan Mandiri atau yang biasa disebut dengan Sekolah Master Masjid terminal Depok lahir berawal dari rasa keprihatinan terhadap adanya gejala
perubahan sosial masyarakat yang semakin terlihat nyata di kota Depok. Salah satu gejala perubahan sosial masyarakat yang teramati adalah keberadaan anak-anak
jalanan, terlantar, dan menggelandang atau mengamen, mengasong, di fasilitas- fasilitas umum masyarakat yang ada di kota Depok. Fasilitas-fasilitas umum yang
keberadaan mereka dapat dengan mudah terlihat adalah masjid, pasar, jalan raya serta terminal dan stasiun yang ketaknya relatif mudah untuk dijangkau ataupun
menjangkau pusat kota Jakarta. Anak-anak tersebut rata-rata tidak bersekolah. Salah seorang yang termasuk memiliki rasa keprihatinan akan keberadaan
anak-anak jalanan di kota Depok adalah Bapak Nurrohim. Bapak Nurohim seorang pengusaha sembako di kawasan terminal Depok terteguh oleh pemandangan sehari-
hari di tempat usahanya yang selalu dijadikan tempat mangkal para pengamen yang sering mengetik gitar dan peralatan mengamen lainnya di warung miliknya. Seperti
yang diungkapkan oleh Ketua YABIM, Bapak Nurrohim: “Awalnya saya prihatin liat kondisi hari itu banyak anak-anak usia sekolah yang
putus sekolah dan tidak bisa sekolah, sementara kita tahu Depok ini sebenarnya kota pendidikan, Iconnya kota Pendidikan, kota jasa, kota pemukiman yang
nuansanya religi, kota perdagangan, perguruan tinggi juga banyak di sekitar
kota depok, tapi tadi di sisi lain justru banyak anak-anak usia peserta didik yang belum terakomodir belum bisa terlayani yang putus sekolah banyak, yang tidak
sekolah juga banyak. Jadi, berangkat dari keprihatinan ini akhirnya saya menggagas adanya sebuah pendidikan alternatif, pendidikan yang bisa
menampung mereka-mereka yang masih usia masih usia sekolah juga, jadi mereka masyarakat marginal yang memang harus mendapatkan pelayanan, jadi
pendidikan itu kan hak untuk semua tanpa terkecuali, kalo kita saling menyalahkan ga ada habisnya, akhirnya kita menggagas ini dengan modul
pendidikan non formal dan informal pendidikan kesetaraan, jadi kita bikin lembaga namanya PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Insan
Mandiri, berhubung rahim kegiatan ini adanya di emperan masjid terminal akhirnya menjadi brand sekolah master ya dari situ, jadi rahim kegiatan sekolah
master atau PKBM Bina Insan Mandiri yang di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri ini dari emperan masjid terminal yang saya rekrut dari beberapa
divisi mahasiswa dan remaja masjid di masjid terminal itu sendiri.
1
Bapak Nurrohim yang saat itu selain sebagai penjual sembako aktif dalam organisasi kepemudaan yaitu sebagai pengurus ikatan Pemuda dan remaja Masjid Al-
Muttaqin terminal Depok. Tergugah untuk membuat sesuatu untuk memberikan pendidikan kepada mereka dengan mengadakan pesantren kilat bagi anak-anak
jalanan. Selain pesantren kilat, anak-anak jalanan juga diberikan pendidikan membaca,
tulis dan berhitung calistung, berawal dari pesantren kilat ini bapak Nurrohim beserta rekannya yaitu Poerwandiono, Toni, dan Masrudi mendirikan kelompok
belajar untuk anak-anak jalanan serta anak-anak dari keluarga miskin di wilayah Depok dan sekitarnya dengan memanfaatkan sebagian tempat di Masjid Terminal
untuk kegiatan belajar mengajar, dan menampung anak jalanan. Karena kegiatan tersebut dilakukan di Masjid terminal, maka lembaga ini lebih dikenal dengan
1
Wawancara Pribadi dengan Pak Nurrohim, Ketua PKBM Bina Insan Mandiri, Depok, Senin 10 Agustus 2014.