Pembinaan Ibadah KAJIAN TEORITIS
pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.”
34
Secara terminologi pembinaan adalah “usaha memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, dan mengembangkan
kemampuan untuk pengembangan demi mencapai tujuan agar sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun sosial masyarakat.”
35
2. Pengertian Ibadah
Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu: “Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti
“mematuhi, tunduk, dan berdoa”. Sedangkan menurut istilah Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak
keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap
mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah
SWT”.
36
Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang disertai niat
mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan memperhatikan norma-norma keagamaan”.
37
“kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi larangan- Nya.” Atau dengan
34
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya Yogyakarta: Kanisius, 1986, h. 11.
35
Proyek Penerangan Bimbingan KhutbahDakwah Islam, Pembinaan Rohani Pada Wanita Jakarta: Departemen Agama, 1948, h.8.
36
H. Baihaqi A.K. Fiqh Ibadah Bandung: Mas Bandung, 1996, cet ke-1, h. 31.
37
Dede Rosyada, Hukum Islam Dan Pranata Sosial Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, cet ke-4, h. 65.
kata lain “Segala usaha lahir dan batin, sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap
diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta”.
38
Selain definisi di atas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain:
a “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanaan perintah-Nya
melalui lisan para Rasulnya”. b
“Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
kecintaan yang paling tinggi”. c
“Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang bat in”.
39
Di samping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada masalah ritual saja tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya
dengan individu dan sosial, ritual yang dilandasi oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia mempunyai sifat yang terpuji, baik
hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.
40
“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri
yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, wujud dan
segala yang berhub
ungan dengannya”.
41
38
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 364.
39
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 31-32.
40
Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1984, h. 21-
22.
41
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008 h. 32.
Dengan demikian dapat di simpulkan, bahwa pembinaan ibadah adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik sesuai dengan
ajaran agama Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya, dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, dengan
beribadah seorang hamba akan selalui merasa dekat dengan Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.
3. Bentuk-bentuk Ibadah
Menurut Abdul rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi mejadi dua macam, yaitu:
“Ibadah mahdhah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Quran dan
Hadits, seperti Sholat, zakat, puasa dan haji. Dan ibadah „Ammah
adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata- mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi
munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”.
42
Ibadah khassah atau biasa disebut dengan ibadah mahdhah adalah segala jenis ibadah yang tata caranya diterapkan oleh Allah SWT khusus
atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdhah atau ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian luas semua perbuatan yang
berhubungan dengan Allah SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai
dengan kemampuan kita. Selain itu, menurut Ahmad Djazuli ibadah Khassah juga biasa disebut
dengan ibadah mahdhah yang artinya:
42
A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah Jakarta: Gaya Media Pratama: 2002, cet ke-2, h. 62.
“hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang bersifat ritual
peribadatan, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji”.
43
4. Motivasi Ibadah Motivasi merupakan penggerak utama dalam suatu pekerjaan. Karena
itu besar kecilnya motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan tergantung pada besar kecilnya motivasi terhadap pekerjaan tersebut. Suatu pekerjaan jika
dikerjakan dengan gairah yang kecil akan kecil pula keberhasilannya. Dengan demikian, apabila orang-orang mukmin menginginkan ibadah
mereka berhasil dengan baik, maka mereka harus mempunyai motivasi yang besar bagi ibadahnya tersebut. Menurut Syahminan Zaini dalam buku
“Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia”, diungkapkan beberapa motivasi beribadah, yaitu:
1 Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah.
2 Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah.
3 Karena bahagia yang di inginkan., karena manusia harus kembali ke negeri
asalnya.
44
Motivasi yang pertama adalah suatu keharusan, jika sesuatu itu berlaku atau dipakai sesuai dengan tujuan penciptaannya. Manusia, karena tujuan
penciptaannya adalah beribadah kepada Allah, maka ia harus memenuhi seluruh pribadi dan kemampuannya untuk taat kepada Allah.
Motivasi kedua adalah bahwa sewaktu manusia di alam arwah dahulu sudah mengadakan perjanjian dengan-Nya dengan cara berdialog. Allah
43
Ahmad Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih Jakarta: Kencana, 2007, Ed. 1. Cet.2 h. 114.
44
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia Jakarta: Kalam mulia, 1989, h. 80.
bertanya kepada roh- roh manusia. “Bukanlah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul Engkau Tuhan Kami, kami menjadi saksi”. Maka konsekuensi dari perjanjian tersebut adalah manusia harus
mentaati Allah, yaitu melakukan perintah Allah untuk beribadah karena beribadah bagi manusia adalah untuk memenuhi janjinya sendiri kepada
Allah. Apabila tidak beribadah kepada Allah, maka mereka disebut penghianat.
Motivasi yang ketiga adalah setiap manusia menginginkan kebahagiaan yakni bahagia untuk pribadi dan keluarga. Jika cinta akan
bahagia, maka manusia harus bahagiakan pula saudara-saudara lainnya, saling menguatkan bagaikan satu tubuh yang apabila satu anggota tubuhnya sakit,
maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit pula. Bahagia itu akan dicapai dengan jalan berkorban dan beribadah, maka dari itu apabila mereka ingin
bahagia maka mereka harus beribadah.
45