17 terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Sehingga diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah pendidik yang menggantikan tugasnya selama di sekolah Idris, Z, 1981.
Menurut Bashori 2004 dalam tulisannya mengenai peran keluarga dalam
pendidikan, orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya,
menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah dan atau membuat pekerjaan
rumahnya. Ketika orangtua terlibat langsung dalam kehidupan dan pendidikan anak- anaknya, maka mereka akan memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-anak.
1.2 Perumusan Masalah
Pada saat ini, kepedulian orang tua lebih kepada sisi material dibandingkan perhatian terhadap sisi pendidikannya. Tanpa mereka sadari kepedulian dalam
kegiatan belajar sangat mempengaruhi kemampuan belajar anak. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah: sejauh manakah perbedaan
kepedulian orang tua di desa dan kota terhadap pendidikan anak sekolah dasar terutama dalam hal kegiatan belajar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang lebih besar tentang kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang
masih duduk di bangku sekolah dasar terutama pada kegiatan belajar siswa berdasarkan kediaman orang tua di desa dan kota.
Universitas Sumatera Utara
18
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai perbandingan kepedulian
orang tua terhadap pendidikan anak sekolah dasar di desa dan kota dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya Ilmu Sosiologi
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan sumbangan bagi orangtua di daerah yang bersangkutan agar dapat lebih memberi perhatian atau lebih peduli
pendidikan anak sekolah dasar baik untuk orang tua yang ada di desa maupun di kota.
1.5 Kerangka Teori
Pengertian keluarga bahwa keluarga disebut dengan kata “famili” dimana hubungan yang terdiri dari beberapa keluarga atau anak-anak dan cucu yang belum
menikah dengan hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang dikepalai oleh kepala famili atau “patriach”. Ikatan famili memliki fungsi sosial, kesatuan hukum,
upacara-upacara ritual dan juga pendidikan anak. Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
19 1.
Peranan Ayah : Sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan juga sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak- anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung
dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua.
Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai fungsi anak yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial
Horowirz, 1985; Suparlan, 1989; Zinn dan Eitzen, 1990. Pertama, anak dapat lebih mengikat tali perkawinan. Pasangan suami istri merasa lebih puas dalam perkawinan
Universitas Sumatera Utara
20 dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah
mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka merasakan pengalaman bersama anak mereka.
Kedua, orang tua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda mereka melalui kegiatan anak mereka. Ketiga, anak merupakan simbol yang
menghubungkan masa depan dan masa lalu. Dalam kaitan ini, orang tua sering menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka, kepribadian, sifat,
nilai, dan tingkat laku mereka diturunkan lewat anak-anak mereka. Keempat, orang tua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. Kelima, anak merupakan
sumber kasih sayang dan perhatian. Keenam, anak dapat meningkatkan status seseorang. Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia
memiliki anak. Ketujuh, anak merupakan penerus keturunan. Untuk mereka yang menganut sistem patrilineal, seperti Cina, Korea, Taiwan, dan Suku Batak, adanya
anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan meneruskan garis keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak
laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan, dan keluarga itu dianggap akan punah.
Kedelapan, anak merupakan pewaris harta pusaka. Bagi masyarakat yang menganut sistem matrilineal, anak perempuan selain sebagai penerus keturunan, juga
bertindak sebagai pewaris dan penjaga harta pusaka yang diwarisinya. Sedangkan anak laki-laki hanya mempunyai hak guna atau hak pakai. Sebaliknya, pada
masyarakat yang menganut sistem patrilineal, anak laki-lakilah yang mewariskan
Universitas Sumatera Utara
21 harta pusaka. Kesembilan, anak juga mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di
daerah pedesaan Jawa, anak sudah dapat membantu orang tua pada usia yang sangat muda. White 1982 menemukan bahwa umumnya anak mulai teratur membantu
orang tua pada usia 7-9 tahun, tetapi juga ditemukan beberapa kasus anak yang membantu sejak mereka berumur 5-6 tahun. Anak laki-laki biasanya mengumpulkan
rumput, memelihara ternak, mengolah sawah atau pekarangan, menjaga adik, dan mengambil air. Semakin besar usia mereka, semakin berat pekerjaan yang harus
mereka lakukan. Menurut Leman sebagai orang tua, adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang tak akan hilang bila berhasil membimbing anak dalam studi dan
menjadikannya sukses. Bahkan orang tua, akan rela berusaha semaksimal mungkin dan melakukan apa saja demi membantu anak sukses dalam studinya.
Setiap orang dalam hal ini orang tua, telah memiliki sumber-sumber yang terbatas dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kepuasan dengan
memilih antara berbagai barang, termasuk pilihan jumlah anak yang diinginkan. Dengan pendekatan ini sulit diterangkan mengapa meningkatnya penghasilan justru
menyebabkan turunnya fertilitas. Salah satu jawabannya adalah bahwa dengan meningkatnya penghasilan, orang tua ingin agar anaknya bependidikan lebih tinggi,
sehingga mereka lebih memilih kualitas dari pada kuantitas anak Jones dalam Lucas, 1990. Sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial ekonomi, maka keinginan
mempunyai anak lebih merupakan suatu proses ekonomis daripada proses biologi Robinson dalam Lucas dkk, 1990. Menurut Robinson Rahmawatiunhas, 2008:5
ada tiga macam tipe kegunaan anak yakni :
Universitas Sumatera Utara
22 1
Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan.
2 Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni
dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga.
3 Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik
pada hari tua maupun sebaliknya.
Di antara berbagai pendekatan terhadap nilai anak, adalah pendekatan mikro ekonomi dan pendekatan psikologi sosial yang dikembangkan dari kerangka kerja
Hoffman Fawcett, 1983. Pendekatan ini menekankan adanya kebutuhan masing- masing orang yang terpenuhi dengan mempunyai anak, cara lain untuk memenuhi
kebutuhan ini, dan interaksi antara nilai emosional, sosial dan ekonomi, serta “beban” karena mempunyai anak Fawcett, 1986. Di beberapa negara, termasuk Indonesia,
umumnya anak laki-laki mempunyai arti khusus sehingga anak lelaki paling banyak dipilih. Orang tua dari golongan menengah lebih memilih anak perempuan yang
dapat menjadi kawan bagi ibu. Perbedaan tanggapan yang relatif kecil antara suami dan istri ada hubungannya dengan peranan mereka dan pembagian tugas dalam
keluarga. Misalnya, wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengasuh anak, mempunyai lingkungan kehidupan sosial yang lebih sempit, menitikberatkan
anak sebagai teman dan kebutuhan emosional serta fisik dari pengasuhan anak. Di lain pihak, agaknya para suami lebih mementingkan kebutuhan akan keturunan untuk
melanjutkan garis keluarga dan lebih prihatin terhadap biaya anak Oppong, 1983.
Universitas Sumatera Utara
23 Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi
masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Apakah mungkin menciptakan anak yang
berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan
yang terbatas. Menurut Bouge dalam Lucas 1990 mengemukakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap kehadiran anak daripada
variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan finansial. Menurut Bellante dan Jackson
1990 anak-anak memberikan utilitas dan jasa pelayanan yang produktif bagi orang tua mereka. Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah terutama pada daerah
pertanian dan pesisir, anak-anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan sumber pendapatan yang penting bagi keluarga. Selain itu, anak dinilai sebagai investasi hari
tua atau sebagai komoditas ekonomi yang dapat disimpan di kemudian hari. Hal tersebut merupakan hubungan positif antara penghasilan dengan nilai anak.
Berkorelasi negatif apabila penghasilan yang tinggi akan menilai anak bukan sebagai potensi, modal atau rezeki. Mereka menilai anak sebagai beban dalam keluarga.
Anak di sekolah merupakan individu yang diutamakan. Prestasi akademik di pengaruhi pribadi dari secara khusus, namun proses pembelajaran harus diikuti oleh
Universitas Sumatera Utara
24 partisipasi da kerja sama yang kompak antara orang tua, guru pengajar dan
pemerintah. Menurut, J. Goode 1991 : 157, seorang anak akan menjadi jika mendapat dorongan yang kuat dari orang tua khususnya ibu yang mendapat
kekuasaan menempa anak untuk dapat berprestasi dan mandiri dalam mencapai tujuan hidupnya. Jika anak gagal di keluarga maka ia akan berusaha untuk dapat
menang di luar lingkungan.
Dalam Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2002 tentang: Perlindungan Anak Bab IV tentang Kewajiban dan Tangung Jawab, khususnya bagian keempat tentang
kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 yang mana salah satunya ayatnya disebutkan bahwa
l Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: a. mengasuh, meme1ihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar
sungguh-sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam masalah pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut, maka mereka dapat
dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang berlaku. Hasil-hasil penelitian Henderson dan Mapp, 2002; National Standards for
ParentFamily Involvement Programs, 2004 membuktikan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak berhubungan dengan :
Universitas Sumatera Utara
25 1. Prestasi anak
• Ketika orangtua terlibat, anak memiliki prestasi yang lebih tinggi, tidak memperhatikan status sosial ekonomi, latar belakang etnisras atau tingkat
pendidikan orangtua. Kepedulian orang tua dalam bentuk perhatian terhadap pendidikan anak secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
pendidikan anak. Social ekonomi, latar belakang etnis atau tingkat pendidikan orang tua yang baik tanpa perhatian orang tua menjadi sia-sia karena perhatian
merupakan hal yang penting. • Ketika orangtua terlibat dalam pendidikan anak mereka, anak-anaknya
memiliki skor tes yang lebih tinggi, anak lebih sering menyelesaikan pekerjaan rumah, dan kehadiran anak di sekolah lebih tinggi. Orang tua
terlibat sebagai pemberi arahan bukan berarti orang tua yang diutamakan dalam menyelesaikan tugas anak. Keterlibatan ini dapat mengatasi
perkembangan nilai-nilai anak dalam pendidikan. Perhatian yang baik menjadi kontrol bagi anak dalam memberikan hasil belajar yang memuaskan.
• Dalam program yang dirancang untuk melibatkan orangtua dalam kemitraan yang penuh, prestasi anak-anak dari keluarga yang tidak beruntung tidak
hanya meningkat tetapi juga mampu mencapai level standar yang dipersyaratkan bagi anak-anak dari status sosial ekonomi menengah. Maka
dari itu keadaan sosial ekonomi orang tua tidak sepenuhnya mempengaruhi pendidikan anak. Tanpa di sadari jika anak yang berasal dari keluarga yang
Universitas Sumatera Utara
26 belum beruntung mendapat perhatian orang tua yang lebih, maka ia dapat
menaikkan tingkat sosial ekonomi keluarganya. • Para siswa kemungkinan besar mengalami kemunduran dalam prestasi
akademik jika orangtua tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, tidak mengembangkan sebuah hubungan yang menguntungkan dengan guru,
dan tidak memantau apa yang terjadi di sekolah anak-anak mereka. • Anak-anak lulus dari sekolah dengan nilai yang lebih tinggi. Orang tua yang
perhatian terhadap kegiatan belajar anak mendapat hadiah yang member kepuaan atas hasil kerja sama yang baik. Anak juga dapat termotivasi untuk
mempertahankan dan meraih nilai yang lebih baik lagi. • Anak-anak memiliki kemungkinan besar untuk memasuki pendidikan tinggi.
Pendidikan dijalani secara bertahap. Pada akhirnya jika seorang anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar dapat melalui tahapan-tahapan tersebut
sehingga anak sam ke jenjang pergutuan tinggi. 2. Perilaku anak
• Ketika para siswa melaporkan dirinya merasa mendapat dukungan dari sekolah dan rumah, mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi,
merasa sekolah lebih penting, cenderung melakukan sesuatu dengan lebih baik
• Perilaku-perilaku siswa seperti terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, perilaku kekerasan, dan perilaku antisosial lainnya menunjukkan penurunan
seiring dengan meningkatnya keterlibatan orangtua
Universitas Sumatera Utara
27 • Anak memperlihatkan sikap-sikap dan perilaku-perilaku yang lebih positif.
Anak menerapkan apa yang dilihat, diamati, diajarkan dan diperbuat orang tuanya. Anak mempunyai waktu yang lebih lama dengan orang tua dari pada
dengan pihak lain seperti sekolah, lingkungan teman bermain dan komunitas lainnya.
3. Budaya Sekolah-sekolah yang berhasil adalah sekolah-sekolah yang berhasil
melibatkan orangtua dari berbagai latarbelakang sosial-ekonomi-budaya, memusatkan diri pada membangun hubungan kemitraan yang menguntungkan antara para guru,
keluarga, dan anggota masyarakat; mengakui, menghargai, dan mempertimbangkan kebutuhan keluarga seperti halnya perbedaan status dan budaya; mengembangkan
sebuah pandangan kemitraan bahwa wewenang dan tanggung jawab adalah dipikul bersama-sama.
4. Usia Keuntungan-keuntungan dari keterlibatan orangtua tidak terbatasi pada anak-
anak usia dini; mereka semua mendapatkan keuntungan yang bemakna pada semua kelompok usia dan semua tingkatan pendidikan.
5. Kualitas Sekolah • Sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan orangtua dengan baik
meningkatkan semangat guru dan mendapat penilaian yang lebih tinggi dari para orangtua. Orang tua memberikan hal-hal yang dapat memotivasi guru
untuk lebih semangat dalam mengajar anak mereka di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
28 • Sekolah-sekolah yang para orangtuanya terlibat memiliki dukungan yang
lebih banyak dari para orangtua dan memiliki reputasi yang lebih baik di masyarakat. Pihak sekolah dapat terus melakukan hal-hal yang dapat
membangun kualitas sekolah, sehingga anak menjadi lebih pintar dalam belajar. Hal ini dapat diperoleh dari fasilitas yang lebih memadai baik
bersumber dari pihak sekolah maupun partisipasi sekolah. • Sekolah-sekolah yang dinilai bagus dalam program kemitraan dengan
orangtua memperlihatkan hasil ujian nasional yang lebih baik. Sekolah merupakan sumber pendidikan anak di sekolah. Namun, pendidikan itu akan
menjadi sempurna jika orang tua juga memberi perhatian di rumah. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua memberikan hasil yang memuaskan
pada nilai ujian anak di sekolah.
1.6 Hipotesis :