Model Guided Discovery Learning Jerome Bruner

13 models of presentation oleh Bruner. Bruner membagi perkembangan kognitif anak menjadi 3 tahap, yaitu 16 : a Enakrif Enactive. Tahap ini merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan. Pada tahap ini siswa dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung. Dengan cara ini siswa mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. b Ikonik Iconic. Tahap ini merupakan tahap perangkuman bayangan secara visual. Pada tahap ini anak melihat dunia melalui gambar-gambar atau visulisasi. Dalam belajarnya, siswa tidak memanipulasi obyek-obyek secara langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran atau obyek. Pengetahuan yang dipelajari siswa disajikan dalam bentuk gambar- gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan konsep itu sepenuhnya. c Simbolik Symbolic. Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi menggunakan obyek-obyek atau gambaran obyek. Pada tahap ini siswa memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika. Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan”, yang mana hal ini dia sebut resiprositas timbal balik. Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulus kegiatan belajar 17 . Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dari cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip- prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada 16 Ratna Willis Dahar,.Op.cit,.h.78. 17 Silberman, Melvin. Active Learning. Bandung: Nusa Media, 2011, h.30. 14 situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain 18 . Kegiatan belajar yang distimulus oleh kegiatan sosial diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Guided Discovery Learning

a. Kelebihan Model Guided Discovery Learning

Berikut ini beberapa kelebihan model guided discovery learning, antara lain 19 : 1 Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitifpengenalan siswa. 2 Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadiindividual sehingga dapat kokohmendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3 Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. 4 Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing – masing. 5 Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat. 6 Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7 Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. 18 Ratna Willis Dahar,. Op.cit,. h.80. 19 Faiz,”Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Inquiry Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Di SMA Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Fisika Siswa,” Skripsi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2010, h.37. 15

b. Kelemahan Model Discovery Learning

Disamping keunggulan, model discovery learning juga memiliki kelemahan diantaranya: 20 1 Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk belajar. 2 Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar. 3 Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembanganpembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 4 Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

4. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dalam keluarganya sendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru 21 . Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar diantaranya yaitu 22 : 1 Skinner Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 2 Chaplin Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. 20 Faiz,. Ibid ,.h.37. 21 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h.21. 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013, Cet ke-18, h.21 16 3 Hintzman Dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 4 Wittig Dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. 5 Reber Pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya 23 . Menurut Mustamin bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan evaluasi, yaitu mengukur dan menilai dalam hal ini adalah menilai hasil kinerja siswa. Dengan mengukur hasil belajar, maka guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan dan dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum 24 . Hasil belajar dapat diijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil product menuju kepada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input proses hasil belajar dapat dengan jelas bahwa hasil merupakan akibat perubahan oleh proses. Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah 23 Anna Fauziah, Op.cit,. h.1. 24 Nurcholis, Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasl Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika, Jurnal. Palu, 2013. h.32. 17 perilakunya dibanding sebelumnya. Hubungan ini digambarkan pada Gambar 2.1 berikut 25 : Gambar 2.1 Hubungan Siklus Hasil Belajar Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu 26 : 1 Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evalauasi. 2 Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3 Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif 27 . Ranah psikologis siswa yang terpenting ialah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan di otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif ialah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yaitu ranah afektif rasa dan ranah psikomotorik karsa. Bruner menyebut pandangan tentang belajar atau 25 Nana Sudjana, Peningkatan Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008. cet. ke-14, h.2 26 Ibid., h.22 27 Siti Mutoharoh,. Op.cit,. h. 23. Tujuan Intruksional Pengalaman Belajar Hasil Belajar