27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi sampel
Sampel buah manggis yang diperoleh dari kampung cengal, desa karacak, kecamatan leuwiliang, kabupaten Bogor dideterminasi di
Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong. Hasil determinasi menyatakan bahwa sampel merupakan jenis
Garcinia mangostana L. suku Clusiaceae Lampiran 1.
4.2 Rendemen Ekstrak
Metode ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang Depkes, 2000. Ekstraksi dengan cara maserasi ini biasanya
digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan pemanasan Tiwari, P et al, 2011.
Maserasi yang dilakukan terhadap kulit buah manggis menggunakan pelarut metanol 96. Hal ini bertujuan untuk menarik senyawa-senyawa
polar yang terkandung dalam simplisia kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. Merujuk dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Syajarwati 2013 bahwa aktivitas inhibisi tertinggi terhadap enzim RNA helikase HCV dari ekstrak kulit buah manggis pada ekstrak metanol
dengan aktivitas penghambatan tertinggi sebesar 71,57 . Dari hasil maserasi diperoleh rendemen ekstrak sebesar 23,4348.
Nilai tersebut menyatakan bahwa ekstrak yang diperoleh cukup banyak, hal ini disebabkan karena pelarut metanol adalah pelarut universal yang mampu
menarik banyak senyawa polar Tiwari, 2011. Prinsip pelarutan yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve like, di mana senyawa yang
bersifat polar akan terlarut dalam pelarut polar dan senyawa yang bersifat kurang polar akan terlarut dalam pelarut kurang polar Mutaqin et al, 2013.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia yang lakukan terhadap ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L. bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang terdapat didalam ekstrak kulit buah manggis pada pelarut metanol. Pada kulit buah manggis kaya akan metabolit sekunder seperti
tannin, terpenoid, alkaloid dan flavonoid yang dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri Geetha R.V et al, 2011. Skrining fitokimia pada simplisia kulit
buah manggis dan ekstrak etanol kulit buah manggis mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan
steroidtriterpenoid Pasaribu et al, 2012 Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Buah Manggis
Ekstrak Metanol Keterangan
Alkaloid +
Flavonoid +
Saponin +
Tannin +
Fenol +
Terpenoid +
Dari identifikasi senyawa alkaloid ekstrak metanol kulit buah manggis memberikan hasil yang positif hal ini dikarenakan adanya endapan merah
bata pada ekstrak dengan penambahan pereaksi Dragendorff, begitu pula dengan penambahan pereaksi Mayer menghasilkan endapan kuning.
Alkaloid merupakan bahan alam heterosiklik yang mengandung nitrogen. Sebagai suatu golongan, alkaloid menunjukkan aktivitas biologis yang
sangat luas dan juga tersebar luas, yang terdapat di tanaman, fungi, bakteri, amfibi, serangga, hewan laut dan manusia Heinrich, 2009.
Pada identifikasi senyawa flavonoid memberikan hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya warna kuning pada ekstrak dengan
penambahan larutan ammonia dan asam sulfat. Flavonoid merupakan golongan senyawa terbesar dari senyawa fenol, flavonoid umumnya terdapat
dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida Harborne, 1987.
Senyawa glikosida triterpen tersebar luas dalam tanaman dan kadang disebut saponin karena sifatnya mirip sabun dan mudah membentuk busa
Heinrich, 2009. Saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah Harborne, 1987. Pada identifikasi senyawa saponin memberikan hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya busa
yang stabil setelah dikocok selama ± 10 menit dengan penambahan aquades. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin Harborne, 1987.
Pada identifikasi senyawa tanin memberikan hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya warna biru kehitaman dengan penambahan
ferri klorida pada ekstrak yang dilarutkan dengan aquades. Senyawa tanin adalah golongan bahan alam yang memberikan rasa kesat dan pahit dalam
tanaman dan makanan. Golongan ini terdiri atas senyawa polifenol larut air yang dapat memiliki bobot molekul tinggi. Sifat utama tanin adalah
kemampuannya berikatan dengan protein Heinrich, 2009. Selanjutnya identifikasi senyawa fenol memberikan hasil yang positif
ditandai dengan terbentuknya warna hitam kebiru-biruan pada ekstrak dengan penambahan ferri klorida. Senyawa fenol yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan
gula sebagai glikosida. Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi III klorida 1 dalam
air atau etanol kepada larutan cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat Harborne, 1987.
Senyawa terpen tersebar luas di alam dan terdapat dalam banyak spesies, termasuk pada manusia. Senyawa ini kadang-kadang disebut
isoprena karena motif berulang yang banyak dijumpai dalam strukturnya unit C5 berulang bercabang, rangka isopentana mirip dengan isoprena
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Heinrich, 2009. Pada identifikasi senyawa terpenoid memberikan hasil yang positif ditandai dengan adanya warna merah kecoklatan diantara
lapisan kloroform dan asam sulfat yang ditambahkan kedalam ekstrak.
4.4 Parameter dan Metode Uji Ekstrak