commit to user
b. Model pembelajaran konvensional
Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999: 467 disebutkan bahwa,
”Konvensional adalah tradisional”. Sedangkan tradisional sendiri diartikan sebagai sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Model pembelajaran konvensional dapat juga disebut model pembelajaran tradisional. Pada model ini
guru cenderung mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan isi dan mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat
tergantung pada guru, dan tidak terlatih mandiri dalam belajar. Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam
penelitian ini adalah : 1 guru membuka pelajaran
2 guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 guru menyampaikan pengantar materi dan menjelaskan materi pelajaran
4 guru memberi contoh soal dan soal latihan 5 guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan 6 guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis
7 guru membahas soal latihan 8 guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan
menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik-teknik dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu
satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi
commit to user
pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kerja siswa. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan Slavin, 1995 : 6-7 . Muhammad Nur 2005:2 menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan
siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa
penyandang cacat bila ada.”
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat
menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling diantara anggota kelompok dan mengamati bagaimana kelompok
tersebut bekerja. Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model
lain,yaitu : 1 Meningkatkan kemampuan siswa.
2 Meningkatkan rasa percaya diri. 3 Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
yang dimiliki. 4 Memperbaiki hubungan antar kelompok.
5 Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatifkerjasama. Roger dan David Anita Lie, 2002:31, menyatakan bahwa :
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu : a Saling ketergantungan positif
Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka
dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang
mampu juga telah memberikan andil.
b Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik.
Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.
commit to user
c Tatap muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi.
Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.
d Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat
mereka.
e Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Menurut Slavin 1995:285 ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif antara lain :
a Student Teams Achievement Division STAD b Teams Games Tournament TGT
c Team Accelerated Instruction TAI d Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
e Jigsaw f Numbered Heads Together NHT
g Contextual Teaching and Learning CTL h Realistic Mathematic Education RME
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Numbered Heads Together