Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Tradisional

Terlihat dari output SPSS bahwa F hitung lavene test sebesar 5,69 dengan probabilitas 0.109 karena probabilitas 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak atau memiliki variance sama. Dengan demikian analisis uji beda test harus menggunakan uji beda t – test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah 18.065 dengan probabilitas signifikansi 0.000 two tail. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi konsumen berbeda secara signifikan antara retail tradisional dan modern. Hal ini sesuai dengan penelitian Caroline Heryanto thio, 2008 menyatakan bahwasanya adanya perbedaan yang signifikan barang yang dijual di pasar tradisional dengan barang-barang yang dijual di pasar modern.

4.23 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Tradisional

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen atau bebas yaitu harga X 1 , kelengkapan produk X 2 , layout X 3 , suasana dan layanan X 4 , lokasi X 5 , promosi X 6 , trend X 7 , prestige X 8 dan pendapatan konsumen X 9 terhadap perilaku belanja dari retail tradisional ke retail modern di Kecamatan Medan Merelan Y. Berikut dapat dilihat tabel dibawah ini hasil regresi Linier Berganda terhadap Perpindahan Belanja di Retail Tradisional : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.50. Hasil Analisis Regresi terhadap Perpindahan Belanja di Retail Tradisional Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients R B T Sig. Parsial 1 Constant -0.311 0.370 0.713 x 1 harga -,088 -,300 0,766 ,737 x 2 kelengkapa -,285 -1.349 0,185 ,764 x 3layout ,527 2,909 0,006 ,279 x 4suasana ,014 0.079 0,937 ,425 x 5lokasi ,336 1.870 0,069 ,851 x 6promosi ,378 1.377 0,176 ,443 x 7trend ,063 0.447 0,657 ,344 x 8prestige ,069 0.465 0.644 ,434 X 9pendapatn -,073 -0.597 0.554 ,043 2 Fhitung 10.484 3 R ,838 4 Rsquare ,702 5 DW 2,342 Sumber : Data Diolah, Kuesioner 2013 Data yang diperoleh di atas selanjutnya diolah dengan mempergunakan teknik analisis statistik regresi berganda multiple regression. Dari hasil pengolahan data dengan memasukkan masing-masing variabel bebas yaitu: yaitu harga X 1 , kelengkapan produk X 2 , layout X 3 , suasana dan layanan X 4 , lokasi X 5 , promosi X 6 , trend X 7 , prestige X 8 dan pendapatan konsumen X 9 terhadap variabel terikat perilaku belanja, maka diperoleh hasil persamaan regresi adalah sebagai berikut lihat Tabel 4.50: Y = -0.311 -0,088 X1 -0,285X2 + 0, 527 X3 + 0, 014 X4 + 0, 336 X5 + 0, 378 X6 + 0, 063 X7+ 0, 069 X8 -0,073 X9 Selanjutnya dapat diuraikan hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan regresi tersebut di atas secara parsial adalah: Bilangan konstan b0 sebesar -0.311 menunjukkan bahwa apabila harga X 1 , kelengkapan produk X 2 , layout X 3 , suasana dan layanan X 4 , lokasi Universitas Sumatera Utara X 5 , promosi X 6 , trend X 7 , prestige X 8 dan pendapatan konsumen X 9 nilainya sama dengan nol, maka perilaku belanja di retail tradisional sebesar - 0,311. Koefisien regresi harga X 1 menunjukkan bahwa harga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perilaku belanja. Apabila harga meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan menurun terhadap retail tradisional demikian juga sebaliknya. Harga secara parsial mempunyai hubungan yang cukup tinggi terhadap perilaku belanja. Karena t x1 = -0.08 dan Sig. 0,766, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel harga X 1 berpengaruh negative terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Hal ini sesuai dengan penelitian BI 2003 dan Prodjolalioto 2003 yang mengatakan kenaikan pendapatan atau daya beli masyarakat merupakan factor terpenting yang membuat konsumen beralih ke pasar modern. Koefisien regresi kelengkapan produk X 2 menunjukkan bahwa kelengkapan produk mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perilaku belanja. Apabila kelengkapan produk meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Kelengkapan produk secara parsial mempunyai hubungan yang cukup tinggi terhadap perilaku belanja. Karena t x2 = -285 dan Sig. 0,01, maka H 1 diterima dan H o ditolak berarti varibel kelengkapan produk X 2 berpengaruh negative terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi layout X 3 menunjukkan bahwa layout mempunyai pengaruh yang positif terhadap perilaku belanja. Apabila layout meningkat Universitas Sumatera Utara sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Layout secara parsial mempunyai hubungan yang tinggi terhadap perilaku belanja. Karena t x3 = 0.527 dan Sig. 0,006, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel layout X 3 berpengaruh positif signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi suasana dan layanan X 4 menunjukkan bahwa suasana dan layanan mempunyai pengaruh yang positip terhadap perilaku belanja. Apabila suasana dan layanan meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja meningkat demikian juga sebaliknya. Suasana dan layanan secara parsial mempunyai hubungan yang agak rendah terhadap perilaku belanja. Karena t x4 = 0.014 dan Sig. 0,9, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel suasana dan layanan X 4 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi lokasi X 5 menunjukkan bahwa lokasi mempunyai pengaruh yang positip terhadap perilaku belanja. Apabila lokasi meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Lokasi secara parsial mempunyai hubungan yang tinggi terhadap perilaku belanja. Karena t x5 = 0.336 dan Sig. 0.06, maka H 1 diterima dan H o ditolak berarti varibel lokasi X 5 berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi promosi X 6 menunjukkan bahwa promosi mempunyai pengaruh yang positip terhadap perilaku belanja. Apabila promosi meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka Universitas Sumatera Utara perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Promosi secara parsial mempunyai hubungan yang agak rendah terhadap perilaku belanja. Karena t x6 = 0,378 dan Sig. 0,176, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel promosi X 6 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi trend X 7 menunjukkan bahwa trend mempunyai pengaruh yang positip terhadap perilaku belanja. Apabila trend meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Trend secara parsial mempunyai hubungan yang rendah terhadap perilaku belanja. Karena t x7 = 0.063 dan Sig. 0,657 maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel trend X 7 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi prestige X 8 menunjukkan bahwa prestige mempunyai pengaruh yang positip terhadap perilaku belanja. Apabila prestige meningkat sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan meningkat demikian juga sebaliknya. Prestige secara parsial mempunyai hubungan yang agak rendah terhadap perilaku belanja. Karena t x8 = 0.069 dan Sig. 0,644, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel prestige X 8 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Koefisien regresi pendapatan konsumen X 9 menunjukkan bahwa pendapatan konsumen mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perilaku belanja. Apabila pendapatan konsumen menurun sebesar satu nilai, sedangkan nilai variabel independen yang lain konstan, maka perilaku belanja akan menurun Universitas Sumatera Utara demikian juga sebaliknya. Pendapatan konsumen secara parsial mempunyai hubungan yang sanagat rendah terhadap perilaku belanja. Karena t x9 = -0.073 dan Sig. 0,554, maka H o diterima dan H 1 ditolak berarti varibel pendapatan konsumen X 9 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Pada Tabel 4.50 di atas bahwa hasil estimasi diperoleh nilai R 2 sebesar 0,702 sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi mempunyai keeratan dan ketepatan goodness of fit yang baik. Artinya bahwa variasi-variasi pada variabel dependen, 70.2 mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen tersebut. Sedangkan 29,80 ada variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini. Model ini juga dapat menjelaskan bahwa secara bersama-sama seluruh yaitu harga X 1 , kelengkapan produk X 2 , layout X 3 , suasana dan layanan X 4 , lokasi X 5 , promosi X 6 , trend X 7 , prestige X 8 dan pendapatan konsumen X 9 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel perilaku belanja di retail tradisional. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai dari F hitung yang diperoleh sebesar 10.484 lebih besar dari nilai dari F tabel yang hanya sebesar 2,88 pada taraf 99 . Jadi hal ini sesuai dengan penelitian Devi nurmala sari, 2007 yang menyatakan semua variabel yang meliputi harga, intensitas barang, kebersihan, kenyamanan dan kualitas barang berpengaruh positif dengan tingkat kepercayaan 90 sehingga semakin besar pula peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional Universitas Sumatera Utara

4.24 Analisis Regresi Linier Berganda Terhadap Perilaku Belanja Retail Modern