98
Selain  itu,  ketika  mengalami  kegagalan,  subjek  bersikap tenang  tanpa  melakukan  apa-apa.  Hal  ini  terlihat  dalam  kutipan
wawancara berikut:
“Tenang aja. Nggak ngelakuin apa-apa.”
c-- 309; 312
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa  subjek  jarang  memiliki  semangat  dalam  melakukan  sesuatu dan juga jarang memiliki keinginan untuk mencoba kembali setelah
mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu.
4 Pengenalan terhadap Emosi Orang Lain
Hasil  wawancara  menunjukkan  bahwa  dalam  berhubungan dengan  orang  lain,  subjek  mampu  mengenali  emosi  yang  dirasakan
oleh  orang lain.  Sebagai  contoh,  subjek  mampu  mengetahui  emosi yang  dirasakan  oleh  sahabat  subjek,  yaitu  ketika  sahabat  subjek
sedang  sedih.  Subjek  akan  segera  menghibur  teman  yang  sedang bersedih  itu  dengan  menceritakan  cerita  yang  lucu.  Hal  ini  terlihat
dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Dihibur.  Mmmm,  cerita-cerita  yang  lucu.”
d++  324; 327; 332-334
Selain  itu  subjek  juga  mampu  mengenali  emosi  marah  yang dirasakan oleh sahabat subjek. Ketika sahabat subjek sedang marah,
subjek  akan  berusaha  untuk  menenangkan  d++  337.  Emosi-emosi
99
lainnya  yang  mampu  dikenali  oleh  subjek  adalah  ketika  teman subjek  merasa  takut,  subjek  akan  membela  temannya  tersebut  d++
352.  Subjek  mampu  mengenali  emosi  cemas  yang  dirasakan  oleh teman subjek. Subjek akan mengajak temannya untuk bermain ketika
merasa  cemas  agar  temannya  menjadi  senang.  Hal  tersebut  terlihat dari kutipan wawancara berikut:
“Kalo khawatir diajak bermain supaya senang.”
d++ 345- 347
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa  subjek  sering  membantu  teman  yang  mengalami  kesulitan dan menghibur teman yang sedang sedih.
5 Pembinaan Hubungan dengan Orang Lain
Berdasarkan  hasil  wawancara,  subjek  mampu  menyesuaikan diri  di  lingkungan  baru  dan  mampu  membina  hubungan  dengan
orang  yang  baru  saja  ditemui.  Subjek  akan  mengajak  orang  yang baru  ditemuinya  untuk  berkenalan  e++  359;  363;  365  meskipun
hanya  kadang-kadang  mau  memperkenalkan  diri  terlebih  dahulu pada teman yang baru ditemui tersebut.
Dalam  berhubungan  dengan  orang  lain,  subjek  pernah bertengkar  dengan  teman  lain  e++  413;  416.  Meskipun  subjek
merasa kesal sehingga pada akhirnya mendiamkan teman yang telah
100
mengejeknya  b-- 423,  subjek  mampu  mengambil  inisiatif  untuk berdamai dengan  temannya  tersebut  e++  426;  429-431.  Subjek
juga  mampu  mengambil  tindakan  yang  tepat  apabila  sahabatnya melanggar janji yang telah disepakati bersama. Subjek akan bermain
sendiri di rumah e++ 529; b2++ 538-540. Namun di sisi lain, meskipun subjek mampu mengenali siapa
saja teman yang nakal, subjek kurang tepat dalam menanggapi teman yang  nakal  tersebut.  Subjek  akan  balas  mengejek  jika  teman  yang
nakal tersebut mengejeknya e-- 511. Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi
skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan bahwa  subjek  sering  menggunakan  kata  ‘terima  kasih’  setelah
mendapatkan pertolongan atau hadiah dari orang lain. Namun di sisi lain,  subjek  hanya  kadang-kadang  menggunakan  kata  ‘maaf’  ketika
melakukan kesalahan,  bahkan  jarang  menggunakan  kata  ‘tolong’ ketika membutuhkan bantuanpertolongan dari orang lain.
Dari  hasil  skala rating diperoleh  skor  sebesar  34.  Angka  ini dapat
digolongkan menjadi
kategori “kurang
baik” dalam
mendeskripsikan gambaran kecerdasan emosi yang dimiliki oleh subjek jika dibandingkan dengan mean teoritik sebesar 48. Hal ini disebabkan
selisih yang terdapat pada angka 34 dengan angka 48 adalah 14.
101
5. Subjek 5 a. Latar Belakang Subjek 5
Berdasarkan data yang diperoleh, subjek adalah anak kedua dari 2  bersaudara.  Subjek  diasuh  dan  dibesarkan  oleh  ibu  subjek  sejak  dari
lahir,  yaitu  pada  tahun  2002.  Sehari-hari  subjek  tinggal  dengan  ibu, kakak  serta  kakek  dan  nenek.  Kedekatan  subjek  dan  ibu  seperti  anak
dengan  ibu  kandungnya.  Namun  demikian  subjek  tidak  pernah memberitahukan  perasaan-perasaannya  kepada  ibunya.  Subjek  juga
jarang  sekali  menceritakan  masalah  yang  dialami  serta  masalah  yang menimpa teman pada ibunya.
Saat  belajar  di  rumah  subjek  ditemani  oleh  ibu  dan  kakaknya. Ketika  mengalami  kesulitan  dalam  belajar,  subjek  akan  bertanya  pada
kakak.  Dalam  mengasuh  dan  membesarkan  subjek,  pola  asuh  yang diterapkan oleh ibu subjek adalah ibu subjek selalu mengarahkan segala
perilaku yang harus dilakukan oleh subjek. Hal tersebut disebabkan ibu subjek  beranggapan  bahwa  subjek  belum  mampu  mandiri.  Cara  yang
dilakukan  oleh  ibu  subjek  dalam  mengarahkan  perilaku  subjek  adalah dengan cara  memberitahu  secara  halus  terlebih  dahulu  namun  apabila
tidak berhasil, ibu subjek akan menarik telinga subjek. Meskipun  saat  ini  usia  subjek  sudah  10  tahun,  namun  subjek
masih  duduk  di  kelas  2  Sekolah  Dasar.  Berdasarkan  hasil  observasi yang  dilakukan oleh  ibu  subjek,  hal  tersebut  disebabkan  subjek  tidak
pernah  mencoba  kembali  ketika  mengalami  kegagalan  dalam
102
melakukan  sesuatu  dan  hanya  kadang-kadang  saja  bersemangat  dalam melakukan aktivitasnya.
Menurut  ibu  subjek,  sejak  kecil  subjek  memiliki  sifat  kasar. Subjek  suka  menendang  kakaknya  bahkan  membentak  ibunya  ketika
meminta  sesuatuminta  untuk  dibelikan  sesuatu.  Apabila  keinginannya tidak dipenuhi, subjek akan marah dan bahkan mengamuk. Subjek akan
menendang-nendang kursi serta mengancam tidak mau sekolah apabila keinginannya  tidak  dipenuhi.  Selain  itu,  subjek  juga  akan  membuang-
buang tas bahkan baju miliknya. Keseharian  subjek  sejak  pulang  sekolah  hingga  malam  hari
adalah  bermain  sepeda  dan  bermain  bola  bersama  teman-temannya. Subjek  tidak  memiliki  kesibukan  lain  di  luar  jam  sekolah. Di  Masjid
sekitar  rumah  subjek  ada  kegiatan  TPA,  namun subjek  tidak  pernah mau hadir untuk mengikuti kegiatan TPA tersebut.
Subjek  cukup  mampu  untuk  mengenali  beberapa  emosi  yang dirasakan  dan  menyebutkan  penyebab  dari  munculnya  perasaan
tersebut.  Namun  demikian,  subjek  kurang  mampu  untuk  mengelola emosinya dengan baik. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh ibu
subjek melalui hasil observasi, subjek tidak pernah menghibur diri saat sedih dan menenangkan  diri saat marah serta jarang menenangkan diri
saat merasa cemas. Dalam hubungannya dengan orang lain, subjek memiliki 3 orang
sahabat  dekat.  Namun  hanya  ada  seorang  sahabat  yang  paling  dekat
103
dengan subjek  yang sudah subjek anggap seperti saudara. Hal tersebut disebabkan  rumah  subjek  dan  sahabat  subjek  yang  berdekatan  dan
sering  melakukan  aktivitas  bersama-sama.  Meskipun  subjek  mampu untuk  mengenali  emosi  yang  dirasakan  oleh  orang  lain,  namun
berdasarkan  hasil  observasi  yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek  subjek jarang  membantu teman  yang  mengalami  kesulitan  dan  bahkan  tidak
pernah menghibur teman yang sedang sedih. Jika  berada  di  lingkungan  yang  baru,  subjek  tidak  pernah  mau
memberanikan diri untuk berkenalan dengan orang  yang baru ditemui. Hal  tersebut  sesuai  dengan  hasil  observasi  yang  dilakukan  oleh  ibu
subjek yang menyatakan bahwa subjek hanya kadang-kadang menyapa temannya terlebih dahulu.
b. Hasil : Kecerdasan Emosi Subjek 5
Subjek 5 memiliki pengenalan emosi diri, motivasi terhadap diri sendiri,  pengenalan  terhadap  emosi  orang  lain  serta  pembinaan
hubungan  dengan  orang  lain  yang  tergolong  cukup  baik.  Akan  tetapi untuk  pengelolaan  emosi  yang  dimiliki  oleh  subjek  tergolong  kurang
baik. Hal tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1 Pengenalan Emosi Diri
Berdasarkan hasil wawancara  yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu, subjek mampu untuk mengenali emosi-emosi yang
dirasakannya  serta  menyebutkan  penyebab  dari  munculnya  emosi yang  dirasakannya  tersebut.  Sebagai  contoh,  subjek  merasa  senang
104
ketika  dibelikan  sesuatu  oleh  ibunya.  Hal  ini  dapat  dibuktikan  dari kutipan wawancara berikut:
“Dibelikan  hape,  dibelikan  sepeda,  sama  dibelikan  baju.”
a1++ 10; 15-16
Perasaan  sedih  dan  takut  yang  dirasakan  subjek  disebabkan ketika subjek dimarahi oleh ibu subjek karena subjek minta dibelikan
sesuatu. Hal tersebut terlihat dari kutipan wawancara berikut:
“Diseneni. Minta uang ndak boleh. Dibeliin apa ya ndak boleh.”
a2++ 19; 21; 24; 26
“Takutnya ya takut dimarahin. Minta uang sama dibelikan sepeda.”
a7++ 98; 100; 104-105
Emosi-emosi  lain  yang  mampu  dikenali  oleh  subjek  adalah perasaan marah, cemas, dan bersalah. Berdasarkan hasil wawancara,
subjek  akan  merasa  marah  ketika  tidak  diberi  uang  oleh  ibunya a3++  36;  38.  Hasil  wawancara  juga  menunjukkan  bahwa  subjek
merasa  cemas  saat  akan  berkelahi  dengan  temannya  a4++  49;  51; 53; 56; 59. Subjek akan merasa bersalah saat tidak mengerjakan PR
dan  tidak  tepat  dalam  pengucapan  saat  mengaji.  Hal  ini  dapat dibuktikan dari kutipan wawancara berikut:
“Menulis PR, e sama mengaji sekolah itu dimarahin sama bu guru umpamanya ‘a’ po ‘ba’ itu salah”
a6++ 82; 84; 86-89; 91-92; 94-95
Namun demikian, hasil wawancara tersebut kurang diperkuat dengan hasil observasi skala rating yang dilakukan oleh ibu subjek.
Hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek
105
menyatakan  bahwa  subjek  jarang  menceritakan  masalah-masalah yang  dialami,  bahkan  tidak  pernah  memberitahukan  perasaan-
perasaannya  kepada  orangtua.  Hal  tersebut  diperkuat  juga  dengan hasil observasi skala rating lainnya  yang menyatakan bahwa subjek
tidak pernah menjelaskan alasan ketika merasa sedih, marah, senang, cemas  dan  bersalah.  Hanya  kadang-kadang  saja  subjek  dapat
menjelaskan alasan ketika merasa takut.
2 Pengelolaan Emosi
Berdasarkan  hasil  wawancara, subjek  kurang  mampu  dalam mengelola  emosi  yang  dirasakannya;  sebagai  contoh  ketika  subjek
merasa  sedih,  subjek  tidak  berusha  untuk  menenangkan  dirinya namun  subjek  malah  mengabaikan  perasaan  sedih  tersebut.  Hal
tersebut terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Dolan. Bermain.”
b2-- 30; 32
Selain  itu,  subjek  juga  akan  mengabaikan  perasaan  cemas yang  dirasakannya  b4-- 62;  66.  Ketika  subjek  merasa  marah,
subjek  tidak  mampu  mengendalikan  amarahnya.  Subjek  akan menendang kursi dan membuat rumah menjadi berantakan b3-- 42;
44;  46.    Saat  subjek  merasa  takut,  subjek  juga  tidak  berusaha mengatasi  rasa  takutnya  tersebut.  Hal  ini  terlihat  dari  kutipan
wawancara berikut:
“Mmm pergi, bermain, main sepak bola.”
b7-- 108-109