69
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa subjek sering kali dapat menenangkan diri saat merasa marah. Meskipun di sisi lain subjek jarang menghibur diri saat merasa sedih
dan menenangkan diri saat merasa cemas.
3 Motivasi terhadap Diri Sendiri
Jika dilihat dari hasil wawancara, subjek mampu memotivasi dirinya  dengan  baik.  Hal  tersebut  dapat  terlihat  ketika  menghadapi
tugaspekerjaan  rumah  dari  guru,  subjek  akan  segera  mengerjakan tugas  yang diperolehnya tersebut c++ 112-114. Ketika mengalami
kegagalan,  yaitu  ketika  memperoleh  nilai  jelek,  subjek  akan berusaha untuk bangkit lagi. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan
wawancara berikut:
“Ya  belajar  lagi.  Kelas  4  sih  tinggi,  ya  tapi  kelas  5  baru kemarin UTS jelek. Jadi besok harus belajar lagi.”
c++ 118; 131- 133
Di  sisi  lain,  ketika  subjek  menghadapi  kesulitan  khususnya dalam  mengerjakan  tugas  yang  diberikan  oleh  guru,  subjek  akan
berusaha  semampunya  untuk  mengingat-ingat  kembali  yang  pernah dipelajarinya.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  kutipan  wawancara
berikut:
“Ya  biasanya  mikir,  kan  biasanya  belajar  kan,  ada  tugas misalnya ada yang susah, diinget-inget gitu.”
c++ 139-142
70
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa  meskipun  subjek  selalu  bersemangat  dalam  melakukan sesuatu,  terkadang  subjek  enggan  untuk  mencoba  lagi  setelah
mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu.
4 Pengenalan terhadap Emosi Orang Lain
Hasil  wawancara  menunjukkan  bahwa  dalam  berhubungan dengan  orang  lain,  subjek  mampu  mengenali  emosi  yang  dirasakan
oleh  orang  lain  dengan  baik.  Sebagai  contoh,  subjek  mampu mengetahui  emosi  yang  dirasakan  oleh  sahabat  subjek.  Ketika
sahabatnya  sedang  sedih,  subjek  akan  menanyakan  penyebab munculnya  emosi  yang  dirasakan  oleh  sahabat  subjek  tersebut  dan
subjek  akan  mencoba  untuk  menghibur  dengan  cara  mengajak sahabatnya untuk bercanda sehingga dapat mencairkan suasana.  Hal
ini dapat dibuktikan dari kutipan wawancara berikut:
“Ya  biasanya  nanyain  kenapa,  trus  biasanya  ya  ngehibur. Becandaan.”
d++ 149-150; e++ 153
Ketika  sahabat  subjek  sedang  marah,  subjek  akan mendiamkan  sahabatnya  tersebut  untuk  memberinya  waktu  agar
dapat  menenangkan  diri.  Kemudian  subjek  akan  mengajaknya berbicara  untuk  menanyakan  penyebab  kemarahan  sahabatnya  e++
161; 164. Selain itu, subjek juga mampu merasakan perasaan yang
71
dirasakan  oleh  orang  lain  d++  177. Dengan  kata  lain  subjek memiliki empati terhadap orang lain.
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa subjek mampu untuk mengenali perasaan yang dirasakan oleh temannya.  Di  sisi  lain  subjek  tidak  pernah  menghibur  teman  yang
sedang sedih, dan hanya kadang-kadang saja membantu teman yang mengalami  kesulitan.  Hal  tersebut  bertentangan  dengan  hasil
wawancara  yang  menyatakan  bahwa  subjek  mampu  mengibur temannya saat sedih.
5 Pembinaan Hubungan dengan Orang Lain
Berdasarkan  hasil  wawancara,  subjek  mampu  menyesuaikan diri  di  lingkungan  baru  dan  mampu  membina  hubungan  dengan
orang  yang  baru  saja  ditemui.  Subjek  akan  mengajak  orang  yang baru ditemuinya untuk berkenalan. Hal tersebut terlihat dari kutipan
wawancara berikut:
“Ya  kenalan.  Berani.  Ya  namanya  siapa,  sekolahnya dimana.”
e++ 185; 187
Dalam kehidupannya, subjek memiliki seorang sahabat  yang paling  dekat.  Hubungan  yang  terjalin  antara  subjek  dan  sahabatnya
adalah bermain bersama dan berbagi cerita satu sama lain e++ 210.
72
Hasil  wawancara  tersebut  diperkuat dengan hasil  observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek,  yang  menyatakan
bahwa  subjek  sering  menyapa  temannya  terlebih  dahulu,  namun hanya  kadang-kadang  memperkenalkan  diri  pada  teman  yang  baru
ditemui.
Dari  hasil  skala rating diperoleh  skor  sebesar  37.  Angka  ini dapat
digolongkan menjadi
kategori “kurang
baik” dalam
mendeskripsikan gambaran kecerdasan emosi yang dimiliki subjek jika dibandingkan dengan mean teoritik sebesar 48.
2. Subjek 2 a. Latar Belakang Subjek 2
Subjek adalah anak keempat dari 4 bersaudara. Berdasarkan data yang  diperoleh,  subjek  sudah  tinggal  dengan  ibu  sejak  dari  bayi.  Oleh
karena  itu,  subjek  dekat  dengan  ibunya.  Subjek  sering  menceritakan masalah-masalah  yang  dialaminya  kepada  ibu.  Selain  itu  dalam
kesehariannya selama belajar di rumah, subjek didampingi oleh ibunya. Subjek dibesarkan dengan pola asuh yang demokratis oleh ibunya, yaitu
subjek  diberi  kebebasan  namun  harus  tetap  berpegang  pada  nilai  dan norma.
Saat  ini  subjek  duduk  di  kelas  3  Sekolah  Dasar.  Subjek  adalah orang  yang  bersemangat  dalam  melakukan  sesuatu,  namun subjek
73
kurang  mampu  memotivasi  dirinya  saat  mengalami  kesulitan  dalam menghadapi  sesuatu  dan  kegagalan  dalam  melakukan  sesuatu. Hal
tersebut  dapat  terlihat  ketika  mengalami  kesulitan  subjek  hanya  akan merasa  bingung  saja.  Subjek  tidak  melakukan  sesuatu  untuk  dapat
mengatasi  kesulitan  yang  dialami.  Meskipun  kadang  subjek  akan bertanya kepada orang lain untuk mendapatkan bantuan, namun subjek
lebih  sering  diam  saja  dan  tetap  merasa  bingung.  Selain  itu,  ketika mengalami  kegagalan,  misalnya  saat  memperoleh  nilai  jelek  setelah
menghadapi  ulangan,  subjek  merasa  biasa  saja  dan  tidak  memiliki keinginan  untuk memperbaiki  nilainya  yang  jelek  tersebut agar
mendapatkan  nilai  yang  lebih  baik  lagi,  dikarenakan  subjek  sudah merasa puas atas nilai yang diperolehnya.
Keseharian  subjek  setelah  pulang  sekolah  adalah  bermain bersama  teman-teman  di  sekitar  rumahnya  dan  mengaji.  Selain  itu,
subjek juga mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Menurut  ibu  subjek,  sejak  kecil  subjek  mudah  sekali  untuk  marah  dan
merasa tersinggung.  Hal  tersebut  disebabkan  jika  segala  sesuatu  yang ada  disekitarnya  tidak  sesuai  dengan  yang  diharapkan  dan  jika  subjek
dinasehati.  Selain  itu  subjek  juga  merupakan  orang  yang pemalu  dan minder, khususnya jika berada di lingkungan baru dan bertemu dengan
orang  baru. Subjek  kurang  mampu  menyesuaikan  diri,  terlebih  lagi untuk  membina  hubungan  dengan  orang  yang  baru  saja  ditemui.
74
Meskipun  demikian,  subjek  termasuk  orang  yang  supel. Subjek memiliki banyak teman, baik di sekolah maupun di sekitar rumahnya.
Dalam  hubungannya  dengan  orang  lain,  subjek  kurang  mampu mengenali emosi orang lain, yaitu ketika mengetahui bahwa sehabatnya
sedang  sedih,  subjek  akan  membiarkan  temannya  berada  dalam kesedihan.  Hanya  kadang-kadang  saja  subjek  menghibur  teman  yang
sedang  sedih  dan  membantu  teman  yang  mengalami  kesulitan. Selain itu, subjek  akan  kabur  meninggalkan  temannya  tetap  dalam  keadaan
marah.  Hal  itu  dikarenakan  subjek  takut  dengan  teman  yang sedang marah tersebut.
Hubungan  pertemanan  subjek  dengan  sahabatnya  adalah bermain  bersama,  yaitu  bermain  petak  umpet,  sepak  bola  dan  lomba
lari. Dalam bermain sepak bola, subjek menerapkan kerja sama.
b. Hasil : Kecerdasan Emosi Subjek 2
Subjek  2  hanya  memiliki  kemampuan  yang  cukup  baik  dalam pengenalan  emosi  diri  dan  pengenalan  terhadap  emosi  orang  lain.
Selebihnya,  yaitu  dalam  pengelolaan  emosi,  motivasi  terhadap  diri sendiri, serta pembinaan hubungan dengan orang lain yang dimiliki oleh
subjek  tergolong  kurang  baik. Hal  tersebut  akan  dijabarkan  sebagai berikut:
1 Pengenalan Emosi Diri
Berdasarkan hasil wawancara  yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu, subjek mampu untuk mengenali perasaan-perasaan
75
yang  dirasakan  dan  apa  yang  menyebabkan  perasaan  tersebut muncul.  Sebagai  contoh,  subjek  merasa  senang ketika diberi  uang
untuk  jajan  oleh  ibunya.  Hal  ini  dapat  dibuktikan  dari  kutipan wawancara berikut:
“Yo dikasi uang. Karena ingin jajan.”
a1++ 473; 476
Subjek  juga  mampu  mengenali  perasaan  sedih,  yaitu  ketika dimarahi oleh ibu subjek karena berbuat salah, misalnya seperti main
tanpa  mengenal  waktu  dari  sejak  pulang  sekolah  sampai  sore  yang terlihat dari kutipan wawancara berikut:
“Pernah.  Kena  marah.  Ee,  main  tanpa  mengenal  waktu, sampe sore.”
a2++ 484; 486; 489-490
Perasaan-perasaan  lain  yang  mampu  dikenali  oleh  subjek adalah  marah.  Subjek  merasa  marah  ketika  disuruh-suruh  oleh
ibunya. Selain itu ketika diejek dan dipukul oleh teman. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan wawancara berikut:
“Marahnya  karena  jengkel.  Karena  disuruh-suruh  terus.”
a3++ 59; 61; 63
“Karena jengkel  sama  temen.  Karena  yo  bisa  ngejek,  bisa mukulin.”
a3++ 503; 505; 509-510
Subjek juga
mampu mengenali
rasa cemas
yang dirasakannya, yaitu ketika ibunya pergi dalam waktu yang lama. Hal
tersebut terlihat dari kutipan wawancara berikut:
“Mmmh  klo  ibu  pergi  lama.
Mm,  Misalnya  ibuk pulangnya  lama  banget,  nanti  kalo  laper.  Klo  ibuk  gak
masak.
”
a4++ 89; 91; 527-528; 530
76
Selain  itu,  subjek  juga  mampu  mengenali  jika  merasa  takut. Subjek  takut  berada  dalam  keadaan  gelap  dan  takut  dihajar  oleh
temannya,  karena  melakukan  kesalahan  yaitu  berbuat  curang  dan tidak mau memberi jajan pada temannya. Hal itu terlihat dari kutipan
wawancara berikut:
“Takut gelap.”
a7++ 146
“Yoo takut, takut dihajar sama temen karena berbuat salah, misalnya  curang  dan  nggak  mau  ngasi  jajan.”
a7++  322;  324; 341; 343; 345; 347
Hasil  wawancara  tersebut  bertentangan  dengan  hasil observasi skala rating yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek.  Hasil
observasi  yang  dilakukan  oleh  ibu  subjek  menyatakan  bahwa meskipun subjek sering menceritakan masalah-masalah yang dialami
pada  ibu,  namun  subjek  jarang  sekali  dapat  menjelaskan  alasan munculnya  perasaan  sedih,  bersalah,  takut  dan  kecewa  yang
dirasakan,  bahkan  tidak  pernah  menjelaskan  alasan  ketika  subjek merasa marah, senang, cemas dan iri.
2 Pengelolaan Emosi
Berdasarkan  hasil  wawancara,  subjek  kurang  mampu  untuk mengelola  emosi  yang  dirasakan.  Hal  tersebut  terbukti  dari  hasil
wawancara  yang  menunjukkan  bahwa  subjek  akan  bersembunyi  di dalam  kamar  untuk  menangis  dan  tidur  ketika  merasa  sedih  karena