Proses Berkembangnya Kecerdasan Emosi

16 atas perasaannya yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Kemampuan mengenali diri sendiri meliputi: kesadaran diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Menurut Mayer dalam Goleman, 2005, kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Agar mampu mengontrol emosi dan menjaga supaya tindakan-tindakan yang diambil tidak didasarkan pada emosi semata, orang harus memahami apa yang diharapkan dari dirinya dan mengerti bahwa setiap tindakan membawa konsekuensi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita Goleman, 2005. Ditambahkaan oleh Salovey dan Mayer bahwa kemampuan 17 mengelola emosi diri sendiri mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan dalam Goleman, 2005. c. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. Perkembangan kemampuan memotivasi diri ini juga dimotori oleh kemampuan memecahkan masalah. Bila diberi kesempatan dan dukungan, anak akan mampu melihat permasalahan dari berbagai sisi dan menyelesaikan masalahnya. Keberhasilan dalam memecahkan masalah ini akan mengembangkan kemampuan memotivasi dirinya. Memotivasi Diri menurut Myers dalam Goleman, 1995 adalah suatu kebutuhan atau keinginan yang dapat memberi kekuatan dan mengarahkan tingkah laku menjadi motivasi. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat di telusuri melalui hal-hal sebagai berikut: 1 Optimisme Optimis merupakan sikap menahan seseorang untuk tidak terjerumus dalam keadaan apatis, keputusasaan, dan depresi pada 18 saat mengalami kekecewaan dan kesulitan dalam hidup. Optimis merupakan sikap yang cerdas secara emosi. 2 Harapan Harapan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Harapan merupakan keyakinan adanya kemauan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Orang yang mempunyai harapan tidak akan menjadi cemas dan tidak akan bersikap pasrah, seseorang yang mempunyai harapan memiliki beban stres yang rendah. 3 Flow Flow merupakan puncak pemanfaatan emosi demi mencapai sasaran yang ditetapkan. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga dan keselarasan dengan tugas yang dihadapi. Ciri khas flow adalah perasaan kebahagiaan yang spontan. d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh orang lain, dikenal juga dengan sebutan empati. Empati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, untuk mengetahui bukan hanya pikirannya saja melainkan perasaan orang tersebut. Menurut Goleman 2005, kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki 19 kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain sehingga menjadi lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Kunci dari empati adalah kemampuan membaca kesan nonverbal, yaitu nada bicara, gerak-gerik, dan ekspresi wajah. Rosenthal dalam Priyanti, 2003 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosi, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Nowicki dalam Goleman, 2005, seorang ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustrasi. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain dalam Wahyuningsih, 2004. e. Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan