28
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan dan nilai- nilai yang berhubungan dengan dirinya Seiffert Hoffnung, 1994;
Atwater, 1987 dalam Desmita, 2010. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image
yaitu kesadaran tentang tubuhnya bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-
harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya Desmita, 2010.
d. Perkembangan Emosi
Periode usia sekolah yaitu antara usia 6 dan 9 tahun merupakan titik yang tinggi dalam kontrol diri. Anak-anak pada usia ini banyak
digambarkan sebagai anak yang patuh, praktis, rajin, mampu memotivasi diri serta mengendalikan diri. Kecemasan awal maupun
kecemburuan dalam keluarga inti sudah tidak muncul pada masa ini Wenar Kerig, 2000. Anak-anak pada masa ini memiliki wawasan
yang lebih dalam perilaku mereka sendiri dan perilaku orang lain daripada usia sebelumnya. Anak pada masa ini juga lebih tertib, teratur
dan gigih. Selain itu, anak-anak pada masa pertengahan kanak-kanak ini juga kurang agresif dan posesif dari sebelumnya, sedangkan
kecenderungan untuk menyalahkan diri, mengejek, menjadi serakah dan posesif untuk merebut dan mencuri, semakin berkurang Wenar
Kerig, 2000.
29
Kontrol diri melibatkan aspek perkembangan emosional yaitu regulasi emosi. Thompson 1994 mendefinisikan regulasi emosi
sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Dengan
demikian, regulasi
emosi membutuhkan
kemampuan untuk
mengidentifikasi, memahami dan untuk meredam perasaan. Syamsu 2008, menyatakan bahwa menginjak usia sekolah
anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Anak kemudian mulai belajar untuk
mengendalikan ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan pembiasaan. Emosi-
emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa
ingin tahu, dan kegembiraan rasa senang, nikmat, atau bahagia. Anak yang dapat mengendalikan emosinya akan terlihat lebih
bahagia jika dibandingkan dengan anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Karl C. Garrison menyatakan bahwa
kebahagiaan seseorang
diperoleh melalui kebiasaannya dalam memahami dan menguasai emosi dalam Salamah, 2008. Proses
pengendalian emosi ini juga disebut sebagai proses regulasi emosi. Gross 1999 mendefinisikan regulasi emosi sebagai cara individu
mempengaruhi emosi yang mereka miliki, kapan mereka merasakannya dan bagaimana mereka mengalami atau mengekspresikan emosi