3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Daerah jasa transportasi Bogor sebagai pihak pengelolan Jasa transportasi Transpakuan Bogor. penelitian ini
mulai dilaksanakan semenjak bulan September 2012 hingga selasai pada bulan Desember 2012. Sebelum melaksanakan penelitian ke lapadangan, peneliti
terlebih dahulu melakukan kegiatan pra penelitian semenjak bulan April 2012. Kegiatan pra penelitian bertujuan untuk melakukan kajian kepustakaan dan survey
mengenai lokasi penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan baik. Pemilihan Transpakuan sebagai objek penelitian karena Transpakuan dianggap sebagai suatu
solusi transportasi di masa mendatang bagi kota Bogor, untuk itu perlunya penelitian secara ilmiah mengenai langkah pemasaran yang tepat bagi
Transpakuan bogor.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari kajian
lapangan berupa pengamatan langsung, wawancaran dan pengisisan kuisioner kepada pihak yang terkait dengan kegiatan operasional Transpakuan Bogor.
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulakan dan digunakan sebelumnya. Data sekunder ini berupa laporan kinerja dan keuangan dari
Perusahaan Daerah Jasa Transportasi sebagai pengelola Transpakuan Bogor, literatur, dan data pendukung lainya yang berasal dari internet.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Data primer maupun sekunder dikumpulkan dengan berbagai cara, yaitu : a.
Pengamatan Langsung : melaksanakan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasioanal yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Jasa
Transportasi. b.
Wawancara : melakukan wawancara secara langsung terhadap beberapa orang karyawan Perusahaan Daerah Jasa Transportasi untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap c.
Kajian kepustakaan : mempelajari buku-buku, literatur, dan kajian lainnya terkait tentang penelitian yang dilaksanakan.
d. Kuesioner : menyebaran kuisioner kepada beberapa karyawan serta pengguna
jasa Transpakuan untuk tujuan penelitian. e.
Mengumpulkan laporan0laporan yang dibutuhkan pada PDJT
3.6. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data yang didapat melalui pengamatan langsung ,kajian
pustaka, dan wawancara kepada beberapa pihak terkait diolah secara kualitatif. Sedangkan, data yang didapat dari penyebaran kueisioner dianalisis secara
kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode AHP. Penggunaan metode
AHP karen metode ini memiliki aspek kualitatif dan kuantitaif pengambilan keputusan berdasarkan penilaian yang logis dan sistematis, sehingga mampu
memberikan kemudahan dalam menganalisis data yang didapat. Penentuan prioritas dengan AHP dilakukan dengan bantuan software Expert Choice dan
dengan perhitungan manual. Metode Analytical Hierarchy Process AHP memiliki 4 landasan
aksiomatik dalam penyelesaian oermasalahan multifaktor, antara lain : 1.
Reciprocal Comparison. Keputusan harus memiliki perbandingan dan preferensinya, dan preferensi tersebut harus memiliki syarat resiprikal. Jika A
lebih dibutuhkan dari B sebanyak skala x, maka B lebih dibutuhkan dari A sebesar skala
2. Homogenity, preferensi harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas dan
elemen-elemennya dapat saling diperbandingkan satu sama lainnya. Aksioma ini takterpenuhi jika elemen-elemenya tidak homogenous dan harus dibentuk
menjadi suatu kelompok yang baru. 3.
Independence, preferensi mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada, melainkan oleh objektif secara
keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa pola ketergantungan dalam model AHP searah ke atas, artinya perbandingan antar elemen-elemen dalam satu
level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level diatasnya.
4.
Expectations, dalam pengambilan keputusan struktur hierarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan
tidak memakai seluruh kriteria yang ada sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Pemecahan masalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process harus memahami beberapa prinsip dasar, antara lain :
1. Decomposition, membagi masalah yang kompleks menjadi elemen-elemen
hierarki dalam pengambilan keputusan, dimana setiap elemen saling berhubungan. Pembagian elemen dilakukan hingga elemen tidak dapat
dipecah lagi sehingga didapat beberapa tingkat dari masalah yang hendak diselesaikan. Pemecahan ini memiliki 3 level utama, yaitu : Goal, Kriteria,
dan Alternatif.
Gambar 4. Elemen hierarki AHP Saaty, 1993
2. Comparative Judgement, penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap
urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah
disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks
Goal
Kriteria 2 Kriteria 1
Alternativ 4 Alternativ 3
Alternativ 2 Alternativ 1
Kriteria 3
perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang
menunjukkan tingkat yang paling rendah equal importance sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi extreme importance.
3. Synthesis of Priority, menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan
bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan. menggunakan eigen
vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur
pengambilan keputusan. 4.
Logical Consistency, merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai
tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.
Tahap-tahap dalam menganalisis data yang telah didapat dengan menggunakan metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut Saaty, 1993:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan sasaran utama, dilanjutkan
dengan tujuan,aktor-aktor yang memberikan dorongan,kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif yang ingin dirangking. Struktur ini dibuat dengan saling
berkait antara satu level dengan level lainnya. Struktur dalam AHP bukanlah suatu yang kaku, namun sangat fleksibel dan berubah sesuai dengan
kebutuhan pemecahan masalahnya. 3.
Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi rlatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4.
Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat pada langkah ke 3. Setelah matrik perbandingan berpasangan antar
elemen dibuat, dilakukan perbandingan antar setiap elemen. Untuk mengisi matrik berpasangan digunakan skala nilai perbandingan.
5. Memasukan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal
utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi
faktor puncak hierarki G dibanding Fj. Sedangkan bila Fj kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi G dibanding Fj, maka mendapat
angka kebalikannya. 6.
Mengulaingi langkah 3, 4, dan 6 untuk seluruh tingkat hierarki. Metode pembandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua, yaitu Matrik
Perbandingan Individu MPI dan Matriks Perbandingan Gabungan MPG. MPI merupakan matriks hasil perbandingan individu yang disimbolkan
dengaan a
ij
yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j.
Tabel 3. Matrik perbandingan individu
G A
1
A
2
A
3
... A
n
A
1
a
11
a
12
a
13
... a
1n
A
2
a
21
a
22
a
23
... a
2n
A
3
a
31
a
32
a
33
... a
3n
... ...
... ...
... ...
A
n
a
n1
a
n2
a
n3
... a
nn
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen G
ij
berasal dari rata-rata geometri pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya kurang atau
sama dari 0.1, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.
Tabel 4. Matrik perbandingan gabungan
G G
1
G
2
G
3
... G
n
G
1
g
11
g
12
g
13
... G
1n
G
2
g
21
g
22
g
23
... G
2n
G
3
g
31
g
32
g
33
... G
3n
... ...
... ...
... ...
G
n
g
n1
g
n2
g
n3
... G
nn
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah :
√∏
Dimana : Gij = Elemen MPG baris ke-i, kolom ke-j aij = Elemen baris ke-i dan MPI ke-j
M = Jumlah MPI yang memenuhi persyaratan
∏ = Perkalian dari elemen k=i sampai k=m √
= Akar pangkat dari m 7.
Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri atas dua tahap, yaitu : pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis
pengolahan itu dilakukan pada MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah pengolahan horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi Rasio
Inkonsistensi. a.
Pengolahan horizontal bertujuan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berada satu tingkat diatas elemen tersebut,terdiri
dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas, uji konsistensi, revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio Inkonsistensi tinggi.
Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal ini adalah :
Perkalian baris Z atau Vektor Eigen VE dengan rumus :
√∏
i,j = 1, 2, ..., n
Perhitungan Vektor Prioritas VP atau rasio Vektor Eigen adalah : √
∑ √
VP= Vpi, untuk i=1,2,...,n Perhitungan nilai Eigen Maksimum
maks
, dengan rumus : VA = aij x VA
dengan VA = Vai VB =
dengan VB = Vbi
maks =
∑ untuk i = 1,2,3,...,n
Perhitungan Indeks inkonsistensi CI dengan rumus : CI =
CR = RI = indeks acak random indeks yang dikeluarkan oleh Oak Rigde
Laboratory Saaty,1993 dari matriks berorde 1 sd 15 yang menggunakan sampel berukuran 100.
Nilai rasio inkonsisensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 10 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik
dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolah ukur bagi konsistensi atau tidaknya hasil perbandingan berpasangan
pada matriks pendapat.
Tabel 5. Nilai indeks acak
Orde n Indeks Acak
Orde n Indeks Acak
1 0,00
8 1,41
2 0,00
9 1,45
3 0,58
10 1,49
4 0,90
11 1,51
5 1,12
12 1,48
6 1,24
13 1,56
7 1,32
14 1,57
b. Pengolaha vertikal untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen
pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Apabila Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada
tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka : Cvij =
∑ Untuk : i = 1,2,3,...,n
j = 1,2,3,...,n t = 1,2,3,...,n
dimana : Chijt,i-1 = nilai prioritas pengarih elemen ke-i terhadap elemen
ke-t pada timgkat di atasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal.
VWti-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan
horizontal. P = jumlah tingkat hierarki keputusan
R = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i S = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1
8. Mengevaluasi konsistensi untuk semua hierarki. Langkah ini dilakukan
dengan mengalihkan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hal ini dibagi dengan
pernyataan sejenis yang menggunakan Indek Acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak
dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio Inskonsisteni harus lebih kecil atau sama dengan 0,1, jika
melebihi itu maka informasi harus ditinjau kembali. Pada penelitian ini langkah 1,2,3 dilakukan melalui pengamatan langsung di
lapangan dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Langkah 4 didapatkan dengan pengisian kuisioner oleh beberapa pihak tertentu pada perusahaan.
Langkah 5,6, dan tujuh diolah dengan menggunakan bantuan software Expert chioce version 2000.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN