Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Data Penelitian Kesimpulan

NO KODE NAMA PERUSAHAAN KRITERIA SAMPEL 1 2 3 117 STTP Siantar Top Tbk X  X 118 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk X X X 119 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk   X 120 TCID Mandom Indonesia Tbk    82 121 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk   X 122 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk    83 123 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk    84 124 TPIA Chandra Asri Petrochemical    85 125 TRIS Trisula International Tbk    86 126 TRST Trias Sentosa Tbk    87 127 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk    88 128 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk    89 129 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk    90 130 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk    91 131 UNTX Unitex Tbk    92 132 UNVR Unilever Indonesia Tbk    93 133 VOKS Voksel Electric Tbk X   134 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk    94 135 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk    95 Sumber: diolah dari data BEI

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Situmorang dkk., 2010:2 data sekunder secondary data adalah “data yang diperolehdikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain”. Data penelitian meliputi laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dan telah terdaftar Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Data diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id .

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip relevan dengan masalah yang diteliti. Metode dilakukan dengan menggumpulkan seluruh data sekunder dari www.idx.co.id.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Oprasional

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba menurut Sulistyanto, 2008 adalah “upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”. Menurut Sulistiawan 2003 dalam Sulistiawan dkk., 2011: 19 mendefenisikan manajemen laba adalah “aktivitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan”. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen berusaha memanipulasi laporan keuangan dengan berbagai cara agar laporan keuangan yang disajikan tetap terlihat bagus dan menarik dimata para stakeholders, padahal informasi tersebut tidak menggambarkan kondisi dan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan mengunakan discretionary accruals. Discretionary accruals dideteksi menggunakan Modified Jones Model dengan formulasi sebagai berikut Dechow et al, 1995 dalam Ujiyantho Pramuka, 2007:11: 1 TAC = Nit – CFOit Nilai total accrual TA yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut: 2 TAitAit-1 = β1 1 Ait-1 + β2 ΔRevt Ait-1 + β3 PPEt Ait-1 + e Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals NDA dapat dihitung dengan rumus : 3 NDAit = β1 1 Ait-1 + β2 ΔRevt Ait-1 - ΔRect Ait-1 + β3 PPEt Ait-1 Selanjutnya discretionary accrual DA dapat dihitung sebagai berikut: 4 DAit = TAit Ait-1 – NDAit Keterangan : DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t β1, β2, β3 = Koefisien regresi persamaan e = error

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen atau sering disebut juga dengan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit, leverage, kualitas audit dan employee diff.

3.5.2.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking Siregar Utama, 2005. Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan Guna dan Herawaty, 2010: 60. KINST = Jumlah Saham yang dimiliki investor institusi Total modal saham perusahaan yang beredar

3.5.2.2 Kepemilikan Manajemen

Kepemilikan manajemen merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya Susiana Herawaty, 2007. Kepemilikan manajemen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar Guna dan Herawaty, 2010: 60. KMJ = Jumlah Saham yang dimiliki pihak manajemen Total modal saham perusahaan yang beredar

3.5.2.3 Komisaris Independen

Komisaris independen mempunyai peran penting dalam aktivitas pengawasan perusahaan. Defenisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam dan LK Nomor Kep-643BL2012 adalah: Anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik, tidak memepunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik, tidak mempunyai hubugan Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik serta tidak memepunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik. Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio. Komposisi dewan komisaris independen diukur dengan dengan persentase jumlah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan terhadap seluruh komisaris perusahaan Jao dan Pagalung, 2011:47. KIN = Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan

3.5.2.4 Komite audit

Komite audit menurut ketetuan Bapepam dan LK Nomor Kep- 643BL2012 adalah “ komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris”. Berdasarkan ketentuan Bapepam dan LK Nomor Kep- 643BL2012, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala rasio melaui jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar komite audit terhadap jumlah seluruh anggota komite audit. KOA = Jumlah anggota komite audit dari luar Jumlah seluruh anggota komite audit

3.5.2.5 Leverage

Menurut Kasmir 2008:113 leverage merupakan “rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang”. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total asset rasio hutang terhadap total aktiva. Variabel leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: �������� = Total Hutang Total Aset

3.5.2.6 Kualitas Audit

Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP tempat auditor bekerja. Ukuran KAP dibedakan menjadi dua yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four. Kualitas audit diukur dengan menggunakan skala nominal melalui variabel dummy. Jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP Big Four, maka akan diberikan nilai 1, tetapi jika laporan keuangan perusahaan tidak diaudit oleh KAP Big Four ,maka akan diberikan nilai 0. Berikut adalah KAP yang termasuk dalam KAP Big four di Indonesia: 1 Osman Bing Satrio Eny berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu DTT. 2 Purwantono, Suherman Surja berafiliasi dengan Ernst Young EY. 3 Siddharta Widjaja berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG. 4 Tanudiredja, Wibisana Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse PwC

3.5.2.7 Employee Diff

Employee Diff adalah variabel yang digunakan untuk mengukur perbedaan persentase perubahan dalam pendapatan dengan persentase perubahan jumlah karyawan Brazel et al., 2009:1150. Cara perhitungan untuk mencari employee diff dilakukan dengan dua tahapan. Pertama, hitung persentase perubahan pendapatan revenue growth. Kedua, hitung persentase perubahan jumlah karyawan employee growth. Setelah itu, hasil employee diff diperoleh dari selisih perubahan persentase pendapatan revenue growth dengan perubahan jumlah karyawan employee growth. Perhitungan yang digunakan oleh Brazel et al., 2009 sebagai berikut: Rumus Revenue Growth : Revenue Growth = Revenue t – Revenue t-1 Revenue Keteranggan: t-1 Revenue t Revenue = pendapatan pada periode t t-1 Rumus Employee Growth: = pendapatan pada periode t-1 Employee Growth = employee t – employee t-1 employee Keterangan: t-1 Employee t Employee = jumlah karyawan pada periode t t-1 Rumus Employee Diff: = jumlah karyawan pada periode t-1 Employee Diff = Revenue Growth – Employee Growth Keterangan: Revenue Growth = Revenue t – Revenue t-1 Revenue Employee Growth = employee t-1 t – employee t-1 employee t-1 Tabel 3.2 Defenisi Oprasional Variabel Nama Variabel Defenisi Oprasional Pengukuran Skala Dependen Y Manajemen Laba Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba dihitung berdasarkan Discretionary accruals DA menggunakan Modified Jones Model. 1 TAC = Nit – CFOit 2 TAitAit-1 = β1 1 Ait-1 + β2 ΔRevt Ait- 1 + β3 PPEt Ait-1 + e 3 NDAit = β1 1 Ait-1 + β2 ΔRevt Ait-1 - ΔRect Ait-1 + β3 PPEt Ait-1 4 DAit = TAit Ait-1 – NDAit Rasio Independen X Kepemilikan Institusional X1 Kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. KINST = Jumlah Saham yang dimiliki investor institusi Total modal saham perusahaan yang beredar. Rasio Kepemilikan Manajemen X2 Kepemilikan manajemen merupakan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. KMJ = Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen Total modal saham perusahaan yang beredar. Rasio Komisaris Independen X3 Anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali. Serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata- mata demi kepentingan perusahaan. KIN = Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan seluruh anggota dewan komisaris perusahaan Rasio Nama Variabel Defenisi Oprasional Pengukuran Skala Komite Audit X4 Komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KOA = Jumlah anggota komite audit dari luar Jumlah seluruh anggota komite audit Rasio Leverage X5 Perbandingan antara total utang dengan total aktiva perusahaan, yang menunjukkan seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan utang. LEV = Total Hutang Total Aktiva Rasio Kualitas Audit X6 Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP tempat auditor bekerja. Ukuran KAP dibedakan menjadi dua yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four. Auditor big four adalah auditor yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi dibanding dengan auditor non big four Kualitas audit diukur dengan menggunakan skala nominal melalui variabel dummy. Jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP Big Four, maka akan diberikan nilai 1, tetapi jika laporan keuangan perusahaan tidak diaudit oleh KAP Big Four ,maka akan diberikan nilai 0. Nominal Employee Diff X7 Variabel yang digunakan untuk mengukur perbedaan persentase perubahan dalam pendapatan dengan persentase perubahan jumlah karyawan. 1 Revenue Growth = Revenue t – Revenue t-1 Revenue 2 Employee Growth = employee t-1 t – employee t- 1 employee 3 Employee Diff = Revenue Growth– Employee Growth t-1 Rasio Sumber : diolah dari berbagai referensi yang mendukung penelitian

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah di interpretasikan. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis statistik dan menggunkan software SPSS 17.0. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.6.1 Analisis Statistik Deskripstif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skwewness kemencengan distribusi Ghozali, 2006:19. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai maksimum, minimum, mean dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui nilai terbesar dari data yang diteliti. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari data yang diteliti. Nilai rata-rata mean digunakan untuk mengetahui besarnya rata-rata data yang diteliti. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang diteliti bervariasi dari rata-rata.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi. Dalam penelitian ini, uji asumsi terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak Ghozali, 2006: 110-112. Jika distribusi dari nilai-nilai residual tersebut tidak dapat dianggap berdistribusi normal, maka dikatakan ada masalah terhadap uji normalitas. Menurut Ghozali, 2006:110 ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan analisis statistik. 1 Analisis Grafik Salah satu cara untuk menguji normalitas data dapat dilihat dari penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut Ghozali, 2006:112: a Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal , maka modal regresi memenuhi asumsi normalitas. b Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atautidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2 Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya Ghozali, 2006:163. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov K-S memiliki tingkat signifikan di atas α 0,05 berarti regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas atau tidak Ghozali, 2006: 91-92. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu berdasarkan pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF dengan membandingkan sebagai berikut: 1 Bila VIF 10 terdapat masalah multikolinearitas. 2 Bila VIF 10 tidak terdapat masalah multikolinearitas. 3 Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. 4 Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

3.6.2.3 Uji Autokolerasi

Menurut Ghozali, 2006:95 bahwa “uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1”. Model korelasi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.3 Tabel Keputusan Autokolerasi Durbin-Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika • Tidak ada autokolorasi positif • Tidak ada autokolorasi positif • Tidak ada korelasi negatif • Tidak ada korelasi negatif • Tidak ada autokorelasi positif atau negatif • Tolak • No decision • Tolak • No decsion • Tidak ditolak • 0 d dl • dl ≤ d ≤ du • 4 – dl d 4 • 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl • du d 4 – du Sumber: Ghozali, 2006:96

3.6.2.4 Uji Heteroskedasitas

Menurut Ghozali, 2006:105 “uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas. Ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot atau nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heterokedasitas, antara lain Ghozali, 2006:105. a Jika ada pola teretantu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidikasikan telah terjadi heterokedasitas. b Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titk-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas atau terjadi homoskedastisitas.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis baik secara parsial maupun secara bersama-sama, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: DA = α + β1KINST + β2KMJ + β3KIN + β4KOA + β5LEV + β6KA + β7EDIFF+ ε Keterangan: DA = Discretionary Accruals α = Konstantan β1 – β7 = Koefisien regresi dari variabel independen KINST = Kepemilikan Institusional KMJ = Kepemilikan Manajemen KIN = Komisaris Independen KOA = Komite Audit LEV = Leverage KA = Kualitas Audit EDIFF = Employee Diff ε = Error term

3.6.3.1 Koefisien Determinasi

Menurut Priyatno 2013:56 Koefisien determinasi R 2 “digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen”. Koefisien determinasi R 2 pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R 2 Penggunaan Koefisien determinasi R yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan Variabel terikat sangat terbatas, begitu pula sebaliknya Ghozali, 2006. 2 memiliki kelemahan mendasar yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan nilai Adjusted R 2

3.6.3.2 Uji Signifikan Secara Simutan Uji F

, untuk mengevaluasi model regresi. Menurut Ghozali, 2006:127 uji statistik F pada dasarnya “digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen”. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak dapat digunakan statistik F uji F dengan ketentuan sebagai berikut: • Jika F hitung lebih kecil dari F tabel F hitung F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. • Jika F hitung lebih besar dari F tabel F hitung F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3.2 Uji Signifikan Secara Parsial Uji t

Menurut Priyatno 2013:50 uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak”. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji statistik t uji t dengan ketentuan sebagai berikut: • Jika t hitung lebih kecil dari t tabel t hitung t tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. • Jika t hitung lebih besar dari t tabel t hitung t tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi Sig. 0,05, maka variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2013. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh sampel penelitian sebanyak 95 perusahaan. Selengkapnya mengenai rincian sampel yang digunakan sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Pemilihan sampel No Keterangan Jumlah 1 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indoneisa pada tahun 2013. 135 2 Jumlah Perusahaan manufaktur yang tidak memenuhi kritera. 40 Jumlah sampel penelitian akhir 95 Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 135 perusahaan. Namun, diantara perusahaan tersebut terdapat 40 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sehingga jumlah sampel yang ditetapkan di dalam penelitian ini sebanyak 95 perusahaan.

4.2 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah di interpretasikan. Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis statistik dan menggunkan software SPSS 17.0. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Sedangkan uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan model regresi yang selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai maksimum, minimum, rata-rata mean dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Variabel yang digunakan didalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi corporate governance meliputi: kepemilikan institusional , kepemilikan manajemen, komisaris independen dan komite audit, leverage, kualitas audit dan employee diff. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Berikut hasil analisis statistik deskriptif yang terlihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DA 95 -.895 .450 .04552 .139254 KINST 95 .000 .944 .28554 .281763 KMJ 95 .000 .982 .45612 .311594 KIN 95 .250 1.000 .38459 .111485 KOA 95 .000 .750 .61621 .165988 LVR 95 .037 1.948 .44144 .252420 KA 95 1 .43 .498 EDIFF 95 -.581 1.165 .05446 .231097 Valid N listwise 95 Sumber: Output SPSS Berdasakan hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini N sebanyak 95 perusahaan. Sampel data diambil dari laporan keuangan publikasi perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013. Hal ini berarti semua sampel dapat diolah dan tidak terdapat data yang hilang. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba DA. Nilai rata-rata DA dalam penelitian ini sebesar 0,04552. Nilai DA tertinggi maksimum sebesar 0,450 atau 45 dan nilai terendah minimum sebesar - 0,895 atau 89,5, serta standar deviasi sebesar 0,139254. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini melakukan aktivitas manajemen laba dengan cara menaikkan laba. Hal tersebut terjadi karena manajer memiliki motivasi untuk meningkatkan bonus atau untuk menaikkan harga saham perusahaan. Variabel kepemilikan institusional KINST dihitung dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki investor institusi dengan total modal saham perusahaan yang beredar. Data kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 0,28554 atau 28,6. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti memiliki kepemilikan institusional dibawah 50 dari total modal saham perusahaan yang beredar. Nilai minimum kepemilikan institusional sebesar 0,000 0 menunjukkan bahwa investor institusi tidak memiliki saham pada perusahaan yang bersangkutan. Nilai maksimum sebesar 0,944 94,4 dan standar deviasi sebesar 0,281763 28,2. Hal ini berarti kepemilikan institusional merupakan kepemilikan minoritas. Variabel kepemilikan manajemen KMJ dihitung dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dengan total modal saham perusahaan yang beredar. Data kepemilikan manajemen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,45612 45,6. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti memiliki kepemilikan manajemen dibawah 50 dari total modal saham perusahaan yang beredar. Nilai minimum kepemilikan manajemen sebesar 0,000 0 dan nilai tertinggi maksimum sebesar 0,982 98,2, serta standar deviasi sebesar 0,311594. Hal ini berarti kepemilikan manajemen merupakan kepemilikan minoritas. Variabel Komisaris Independen KIN dihitung dengan membandingkan jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan dengan seluruh anggota dewan komisaris perusahaan. Nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0,38459 atau 38,5,. Nilai minimum komisaris independen sebesar 0,250 25 dan nilai maksimum sebesar 1,000 100 serta standar deviasi sebesar 0,111485. Hal ini berarti rata-rata perusahaan sampel telah memenuhi ketentuan minimal jumlah anggota komisaris independen yaitu 30 sesuai dengan yang disyaratkan. Variabel Komite Audit KOA dihitung dengan membandingkan jumlah anggota komite audit dari luar dengan jumlah seluruh anggota komite audit. Komite audit memiliki nilai rata-rata sebesar 0,61621 61,6 menunjukkan bahwa 61,6 anggota komite audit perusahaan adalah anggota komite audit independen. Nilai minimum komite audit sebesar 0,00 0. Artinya, perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki komite audit independen. Nilai maksimum komite audit sebesar 0,750 75, artinya perusahaan yang bersangkutan memiliki komite audit yang independen sebanyak 75. dan standar deviasi sebesar 0,165988. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan- perusahaan sampel yang diteliti pada umumnya sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan bahwa komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, dan diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan proporsi 30 untuk terselenggaranya pengelolaan korporasi yang baik. Variabel Leverage LVR dihitung dengan membandingkan total utang degan total aset. Data rasio leverage memperlihatkan bahwa rata-rata leverage perusahaan yang diteliti sebesar 0,44144 44,1. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti memiliki rasio total hutang dibawah 50 dalam struktur modal perusahaan. Nilai leverage terendah minimum sebesar 0,037 3,7 dan nilai leverage tertinggi maksimum sebesar 1,948 dan standar deviasi sebesar 0,252420. Nilai standar deviasi sebesar 0,252420 mengindikasi bahwa variabel leverage memiliki simpangan data yang relatif kecil karena nilai standar deviasinya yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Dengan tidak besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel leverage dikatakan cukup baik. Variabel Kualitas Audit KA dalam penelitian ini di ukur menggunakan variabel dummy, yaitu nilai satu untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan nilai nol untuk perusahaan yang diaudit KAP Non Big Four. Data kualitas audit memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 0,43 dengan nilai kualitas audit tertinggi maksimum 1 dan terendah minimum sebesar 0. Nilai standar deviasi sebesar 0,498. Hasil ini menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan afiliasinya sebesar 43 dan sisanya 57 diaudit oleh KAP Non Big four. Variabel Employee Diff EDIFF dalam penelitian ini memiliki nilai rata- rata sebesar 0,05446. Nilai minimum employee diff sebesar -0,581. Hal ini disebabkan perusahaan mengalami peningkatan yang cukup besar pada jumlah karyawan sedangkan peningkatan pendapatan tidak terlalu besar.Nilai maksimum employee diff sebesar 1,165. Hal ini terjadi karena pada tahun 2013 perusahaan mengalami peningkatan jumlah karyawan dan peningkatan pendapatan yang cukup besar. Nilai standar deviasi sebesar 0,231097. Hal ini mengindikasi bahwa variabel employee diff memiliki simpangan data yang relatif besar karena nilai standar deviasinya yang lebih besar dari nilai rata-ratanya. Hal ini disebabkan karena nilai maksimum employee diff jaraknya terlalu besar dari nilai minimumnya, sehingga dapat menimbulkan data penelitian menjadi bias.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak Ghozali, 2006: 110-112. Jika distribusi dari nilai-nilai residual tersebut tidak dapat dianggap berdistribusi normal, maka dikatakan ada masalah terhadap uji normalitas. Menurut Ghozali, 2006:110 ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan analisis statistik. 1 Analisis Grafik Uji normalitas dapat dilakukan dengan metode grafik histogram dan Probability Plot P-Plot. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini: Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber: Hasil Output SPSS Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan grafik histogram dalam gambar memberikan pola distribusi normal dengan penyebaran secara merata baik ke kiri maupun ke kanan. Gambar 4.2 Normal Probability Plot Sumber: Hasil Output SPSS Berdasarkan gambar 4.2 diatas, grafik normal probability plot menunjukkan titik-titik mengikuti garis diagonal dan penyebarannya mendekat dengan garis normal. Hasil analisis grafik menunjukkan data terdistribusi normal. 2 Analisis Statistik Pengujian normalitas data dapat dideteksi melalui uji one sample kolmogrov-smirnov. Hasil uji Kolmogrov – Smirnov pada penelitian ini memiliki nilai asymp. sig 2-tailed lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 0,510 0,05. Sehingga menunjukkan data memiliki pola distribusi normal. Oleh karena itu, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas data dengan uji kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Nilai Kolmogorov_Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 95 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .11977637 Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .077 Negative -.084 Kolmogorov-Smirnov Z .821 Asymp. Sig. 2-tailed .510 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Output SPSS

4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas atau tidak Ghozali, 2006: 91-92. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu berdasarkan pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Nilai tolerance tidak berbahaya terhadap gejala multikolinearitas apabila lebih besar dari 0,10. Sedangkan nilai VIF yang baik ialah kurang dari 10. Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Sehingga model penelitian ini bebas dari multikolinearitas. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KINST .255 3.926 KMJ .248 4.039 KIN .984 1.016 KOA .928 1.077 LVR .916 1.091 KA .955 1.047 EDIFF .912 1.096 Sumber: Hasil Ouput SPSS

4.3.3 Uji Autokolerasi

Menurut Ghozali, 2006:95 “Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1”. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melakukan uji Durbin-Watson DW test. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 4.5 Tabel Keputusan Autokolerasi Durbin-Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika • Tidak ada autokolorasi positif • Tidak ada autokolorasi positif • Tidak ada korelasi negatif • Tidak ada korelasi negatif • Tidak ada autokorelasi positif atau negatif • Tolak • No decision • Tolak • No decsion • Tidak ditolak • 0 d dl • dl ≤ d ≤ du • 4 – dl d 4 • 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl • du d 4 – du Sumber: Ghozali, 2006:96 Adanya kriteria yang ditentukan pada tabel 4.5, maka dapat ditentukan ada tidaknya autokolerasi. Hasil ouput SPSS uji autokolerasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .510 a .260 .201 .124502 2.082 a. Predictors: Constant, EDIFF, KA, KIN, KINST, KOA, LVR, KMJ b. Dependent Variable: DA Sumber: Hasil Output SPSS Berdasarkan tabel 4.6 diatas, menujukkan bahwa nilai Durbin – Watson dalam penelitian ini sebesar 2,082. Bila dibandingkan dengan Durbin – Watson tabel dengan n=95 dan k=8 diperoleh nilai dl sebesar 1,4886 dan nilai du sebesar 1,8516. Berdasarkan kriteria yang terdapat pada tabel pengambilan keputusan Durbin-Watson, maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi positif atau negatif tidak ada autokorelasi.

4.3.4 Uji Heteroskedastitas

Menurut Ghozali, 2006:105 “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pendeteksian heteroskedastisitas dalam persamaan regresi dapat dilihat dari grafik scatterplot. Grafik scatterplot dalam penelitian ini menunjukkan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Sehingga model regresi penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Sumber: Hasil Output SPSS

4.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji secara simultan uji F dan uji secara parsial Uji t.

4.4.1 Koefisien Determinasi

Tujuan koefisien determinasi R 2 adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R 2 Penggunaan Koefisien determinasi R yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan Variabel terikat sangat terbatas, begitu pula sebaliknya Ghozali, 2006. 2 memiliki kelemahan mendasar yatiu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Jadi setiap tambahan satu variabel independen, maka koefisien determinasi R 2 akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan nilai adjust R 2 Tabel 4.7 , untuk mengevaluasi model regresi. Hasil uji determinasi menghasilkan output sebagaimana dalam tabel sebagai berikut: Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .510 a .260 .201 .124502 2.082 a. Predictors: Constant, EDIFF, KA, KIN, KINST, KOA, LVR, KMJ b. Dependent Variable: DA Sumber: Hasil Output SPSS Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,201 yang dapat dimaknai bahwa 20,1 variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit, leverage, kualitas audit dan employee diff. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu 79,9 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

4.4.2 Uji Signifikan Secara Simultan Uji F

Menurut Ghozali, 2006:127 “uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen”. Uji satistik F dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikan sig pada uji ANOVA. Hasil uji statistik F dalam penelitian ini terlihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Secara Simultan Uji Statistik F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .474 7 .068 4.371 .000 a Residual 1.349 87 .016 Total 1.823 94 a. Predictors: Constant, EDIFF, KA, KIN, KINST, KOA, LVR, KMJ b. Dependent Variable: DA Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,371 dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menilai adanya manajemen laba. Karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 0,0000,05. Maka, dapat disimpulkan H 8

4.4.3 Uji Signifikan Secara Parsial Uji t

diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara corporate governance meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen dan komite audit, leverage, kualitas audit dan employee diff yang berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap manajemen laba. Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual parsial, yaitu corporate governance meliputi: kepemilikan institusional KINST, kepemilikan manajemen KMJ, komisaris independen KIN dan komite audit KOA, leverage LVR, kualitas audit KA dan employee diff EDIFF dalam menerangkan variabel dependen yaitu manajemen laba DA. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi yang terdapat pada tabel 4.9 Berikut hasil uji statistik t dalam penelitian ini Tabel 4.9 Hasil Uji Secara Parsial Uji Statistik t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .255 .101 2.523 .013 KINST -.187 .090 -.378 -2.071 .041 KMJ -.162 .083 -.362 -1.953 .054 KIN -.136 .116 -.109 -1.169 .245 KOA -.075 .080 -.090 -.939 .350 LVR .126 .053 .229 2.375 .020 KA -.062 .026 -.221 -2.341 .022 EDIFF -.226 .058 -.375 -3.886 .000 a. Dependent Variable: DA Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.9 diatas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: DA = 0,255 – 0,187 KINST – 0,162 KMJ – 0,136 KIN – 0,075 KOA + 0,126 LVR – 0,062KA – 0,226EDIFF + ε Dari persamaan regresi diatas, diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 0,255. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka manajemen laba terjadi sebesar 0,255. Variabel kepemilikan institusional KINST, kepemilikan manajemen KMJ, komisaris independen KIN, komite audit KOA, kualitas audit KA dan Employee Diff EDIFF memiliki koefisien regresi dengan arah negatif. Sedangkan leverage LVR dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional KINST, kepemilikan manajemen KMJ, komisaris independen KIN, komie audit KOA, kualitas audit KA dan Employee Diff EDIFF yang tinggi akan menyebabkan manajemen laba DA perusahaan rendah. Sedangkan leverage LVR yang tinggi akan menyebabkan manajemen laba DA perusahaan tinggi. Hasil pengujian signifikansi variabel independen secara parsial selengkapnya pada pembahasan berikut ini:

4.4.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kepemilikan institusional KINST terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar -0,187 dan nilai t hitung sebesar -2,071 dengan nilai signifikan sebesar 0,041 yang berada dibawah 0,05 0,0410,05. Hal ini menunjukkan kepemilikan institusional KINST memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu H1 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional KINST memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, diterima. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi adanya tindakan manajemen laba. Hal ini karena investor institusional dianggap sebagai sophiscated investor sehingga dapat melakukan fungsi monitoring secara lebih efektif dan tidak mudah mempercayai tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajer seperti manajemen laba. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga meningkat sabrina, 2010. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dihasilkan oleh Jao dan Pagalung 2011 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dihasilkan oleh Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4.4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kepemilikan manajemen KMJ terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar -0,162 dan nilai t hitung sebesar -1,953 dengan nilai signifikan sebesar 0,054 yang berada diatas 0,05 0,0540,05. Hal ini berarti kepemilikan manajemen KMJ tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dua H2 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen KMJ memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan oleh Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian yang dihasilkan oleh Jao dan Gagaring 2011 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.

4.4.3.3 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komisaris independen KIN terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar - 0,136 dan nilai t hitung sebesar -1,169 dengan nilai signifikan sebesar 0,245 yang berada diatas 0,05 0,2450,05. Hal ini berarti komisaris independen KIN tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga H3 yang menyatakan bahwa komisaris independen KIN memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan oleh Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian yang dihasilkan oleh Jao dan Gagaring 2011 yang menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4.4.3.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh komite audit KOA terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar -0,075 dan nilai t hitung sebesar -0,939 dengan nilai signifikan sebesar 0,350 yang berada diatas 0,05 0,3500,05. Hal ini berarti komite audit KOA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis empat H4 yang menyatakan bahwa komite audit KOA memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan oleh Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian yang dihasilkan oleh Husni 2013 yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

4.4.3.5 Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh leverage LVR terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar 0,126 dan nilai t hitung sebesar 2,375 dengan nilai signifikan sebesar 0,020 yang berada dibawah 0,05 0,020 0,05. Hal ini berarti leverage LVR memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis lima H5 yang menyatakan bahwa leverage LVR memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, diterima. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi leverage maka akan semakin tinggi manajemen laba. Hal ini disebabkan Ukuran ini juga berhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Apabila suatu perusahaan pembiayaanya lebih banyak menggunakan utang, hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran dimasa yang akan datang akibat utang lebih besar dari aset yang dimiliki. Sehingga perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya Widyaningdyah, 2001:93. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sama halnya dengan penelitian yang dihasilkan oleh Widyaningdyah 2001 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4.4.3.6 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh kualitas audit KA terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar -0,062 dan nilai t hitung sebesar -2,341 dengan nilai signifikan sebesar 0,022 yang berada dibawah 0,05 0,022 0,05. Hal ini berarti kualitas audit KA memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis enam H6 yang menyatakan bahwa kualitas audit KA memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, diterima. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajemen maka akan semakin mengurangi adanya manajemen laba. Hal ini disebabkan auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP Non Big Four Isnanta, 2008. Hal ini menunjukkan bahwa KAP big four mempunyai reputasi yang lebih baik dalam opini publik. Oleh karena itu, menggunakan auditor Big Four akan meningkatkan kualitas audit dan mengurangi probabilitas perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan Brazel et al., 2009:1153. Selain itu, terdapat dugaan bahwa auditor yang memiliki reputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini Widyaningdyah, 2001:93. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan Guna dan Herawaty 2010 yang menyatakan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4.4.3.7 Pengaruh Employee Diff Terhadap Manajemen Laba

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh employee diff EDIFF terhadap manajemen laba memperlihatkan nilai koefisien regresi sebesar - 0,226 dan nilai t hitung sebesar -3,886 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berada dibawah 0,05 0,0000,05. Hal ini berarti employee diff EDIFF memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis enam H7 yang menyatakan bahwa employee diff memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, diterima. Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar employee diff maka akan semakin mengurangi adanya manajemen laba. Dalam penelitian ini ditemukan hasil yang berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Brazel et al., 2009 yaitu semakin besar employee diff semakin besar besar probabilitas perusahaan melakukan kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar employee diff akan mengurangi probabilitas kecurangan laporan keuangan. Tetapi, hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa antara employee diff dengan kecurangan laporan keuangan terdapat pengaruh yang signifikan Adanya perbedaan antara hasil penelitian ini dengan teori yang dikemukakan oleh Brazel et al., 2009 disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik perusahaan di Indonesia dengan perusahaan di Amerika Serikat yang merupakan lokasi penelitian Brazel et al.,2009. Tanda signifikansi pada penelitian ini berarti, walaupun tidak sesuai dengan teori tetapi penelitian ini membuktikan bahwa penurunan pendapatan yang dilakukan perusahaan tidak sesuai dengan peningkatan jumlah karyawan beban gaji Brazel et al., 2009:1141 dan Dechow et al., 2010:23 dalam Alfiah, 2013. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dihasilkan Alfiah 2013 yang menyatakan bahwa employee diff memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manjemen, komisaris independen dan komite audit, leverage, kualitas audit, dan employee diff terhadap manajemen laba. Berdasarkan penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1 Pelaksanaan corporate governance melalui kepemilikan institusional KINST memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dihasilkan oleh Jao dan Pagalung 2011. Sedangkan kepemilikan manajemen KMJ, komisaris independen KIN dan komite audit KOA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dihasilkan oleh Guna dan Herawaty 2010. 2 Leverage LVR memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan kualitas audit KA memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty 2010. 3 Employee Diff EDIFF memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dihasilkan oleh Alfiah 2013. 4 Pelaksanaan corporate governance meliputi:kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, dan komite audit, leverage, kualitas audit dan employee diff berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 92 161

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011 – 2013)

1 12 21

Analisis Pengguna Leverage, Kualitas Audit, Diff dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2007/2011)

4 39 147

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

0 1 13

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

3 81 9