Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk
memaksimalkan bonus mereka.
2
Kontrak Hutang Jangka Panjang
Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggan hutang, manajemen akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba
periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical defauld
kegagalan dalam pelunasan hutang.
3
Motivasi Politis political motivation
Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya,
misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.
4
Motivasi Pajak taxation motivation
Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total
pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak
maupun penilaian kinerja suatu manajer.
5
Pergantian CEO Chief Executive Officer
Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun tugas akhirnya akan
melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
6 IPO Initial Public Offering Perusahaan yang baru pertama kali
menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang
ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai
perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih
tinggi atas sahamnya.
2.1.2.3 Pola Manajemen Laba
Praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajer memiliki beberapa pola yang bergantung pada bentuk intervensi yang dilakukan.
Menurut Scott 2000: 306-307, ada empat pola yang digunakan dalam manajemen laba yaitu:
1 Taking a bath
Pola ini dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari pada periode berjalan, dengan cara mengakui
biaya-biaya pada periode-periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan.
2 Income Minamization
Dilakukan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan
yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya.
3 Income Maximization
Memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang besar. Demikian pula dengan perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak
hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut cendrung untuk memaksimalkan laba.
4 Income smoothing
Merupakan bentuk earning management yang paling sering dilakukan dan paling populer. Lewat income smoothing, manajer menaikkan atau
menurunkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi.
2.1.2.4 Teknik Manajemen Laba
Menurut Yushita 2010:56 bahwa ada tiga faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya manajemen laba yatiu:
1 Manajemen akrual accrual manegement.
Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi
merupakan wewenang dari para manajer managers discretion.
2 Penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib
Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan
yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.
3 Perubahan aktiva secara sukarela
Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak
metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akntansi yang ada Generall Accepted Accounting Principles.
Penggunaan pengukuran atas dasar akrual sangat penting untuk diperhatikan dalam mendeteksi ada tidaknya manajemen laba dalam
perusahaan. Karena akrual merupakan perbedaan laba dengan arus kas operasi Sulistiawan dkk., 2011:51. Makin besar perbedaannya, maka perbedaan itu
disebabkan karena aspek akrual atau kebijakan akuntansi. Laba dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi sedangkan arus kas oprasional hanya berasal dari
transaksi riiil Sulistiawan dkk., 2011:51. Akrual dapat dibebankan menjadi dua bagian, yaitu: 1 bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam
proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accruals, dan 2 bagian akrual yang merupakan manipulasi data
akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accrual Luhgianto, 2010:20.
Akrual diskresioner discretionary accrual adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen seperti pertimbangan tentang
penentuan umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi Sulistiawan dkk., 2011:51. Akrual nondiskresioner non
discretionary accruals adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang
yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan Sulistiawan dkk., 2011:51. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai akrual menunjukkan
adanya strategi menaikkan laba dan makin minus nilai akrual menunjukkan adanya strategi menurunkan laba Sulistiawan dkk., 2011:51.
2.1.3 Corporate Governance