Latar Belakang Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, bisnis dapat dilakukan tanpa mengenal batas waktu dan jarak. Hal ini tentunya memberikan peluang bagi para investor untuk berinvestasi, demikian juga dengan perusahaan dapat menarik investor untuk memenuhi kebutuhan pendanaan mereka. Untuk mempertemukan kedua kepentingan ini dibutuhkan suatu alat komunikasi yaitu laporan keuangan. Karena laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kondisi dan kinerja dari suatu perusahaan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas dari suatu perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Mengingat pentingnya informasi laporan keuangan, maka hanya laporan keuangan yang berkualitas dan terbebas dari salah saji, baik disengaja maupun yang tidak disengaja yang dapat digunakan oleh investor untuk membuat keputusan ekonomi. Menjadi pertanyaan relevan apakah dari laporan keuangan yang sangat diminati oleh investor dan para pemangku kepentingan. Sulistiawan 2011:11 menyatakan dari hasil survei yang dilakukan di Indonesia, USA, UK dan NZ didapat hasil yang seragam bahwa informasi yang paling diminati oleh investor dan pemangku kepentingan adalah laba bersih entitas net income. Karena besarnya laba berhubungan dengan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka harga saham akan semakin tinggi dan semakin besar pula dividen yang akan diberikan. Kecendrungan untuk lebih memperhatikan informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan dan manajemen, akan mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi laporan keuangan dalam menunjukkan informasi laba yang disebut manajemen laba earning management. Menurut Sulistyanto 2008:6 “manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen berusaha memanipulasi laporan keuangan dengan berbagai cara agar laporan keuangan yang disajikan tetap terlihat bagus dan menarik, padahal informasi tersebut tidak menggambarkan kondisi dan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dalam teori keagenan agency theory dijelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih prinsipal mempekerjakan orang lain agen untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Dalam hal ini, prinsipal principal adalah investor atau pemegang saham, sedangkan agen agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan atau manajer. Jika kedua belah pihak mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai, maka diyakini agen tidak akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Adanya perbedaan kepentingan tersebut dapat menyebabkan terjadinya praktik manajemen laba. Manajemen laba juga dapat terjadi disebabkan adanya keleluasaaan pihak manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi laporan keuangan perusahaan. Selain itu, perilaku manipulasi ini juga terjadi karena adanya asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditur dan investor. Asimetri informasi itu terjadi ketika manajer memiliki informasi perusahaan yang lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Sehingga prinsipal pemegang saham tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen manajer dan prinsipal pemegang saham tidak pernah merasa pasti bagaimana usaha agen manajer memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Secara umum, manajemen laba telah membuat dunia usaha seolah-olah berubah menjadi sarang pelaku korupsi, kolusi, dan berbagai penyelewengan lain yang merugikan publik Sulistyanto, 2008:3. Publik menganggap apa yang diinformasikan dunia usaha hanya akal-akalan pelakunya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu tanpa memperhatikan kepentingan pihak lain Sulistyanto, 2008:3. Dimana, tindakan dari manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal antara lain PT Ades Alfindo, PT Indofarma Tbk, PT Perusahaan Gas Negara, PT Bank Lippo Tbk, PT Kimia Farma Tbk, Enron Corporation, Green Tree Financial Corporation, Xerox, dan Worldcome Sulistiawan, 2011:53-56. Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk sebagai berikut dikutip dalam Sulistiawan dkk., 2011:57: PT Kimia Farma Tbk yang merupakan salah satu produsen obat - obatan milik pemerintah di Indonesia. Berdasarkan siaran pers Bapepam atas kasus PT Kimia Farma pada 27 Desember 2002, kasus ini bermula dari ditemukannya kesalahan oleh partner dari KAP HTM dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan untuk laporan keuangan periode 31 Desember 2001 dan Kementrian BUMN melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan overstated dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bapepam, ternyata laba bersih yang disajikan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2001 overstate sebesar Rp32,7 miliar, dimana 2,3 berasal dari penjualan dan sebesar 24,7 dari laba bersih milik PT Kimia Farma. Kesalahan-kesalahan tersebut berasal dari kesalahan 1 overstate penjualan pada unit industri bahan baku sebesar Rp2,7 miliar; 2 kesalahan berupa overstated persediaan barang sebesar Rp23,9 miliar pada unit logistik sentral; dan 3 overstated sebesar Rp8,1 miliar pada persediaan barang dagang dan overstated penjualan sebesar Rp10,7 miliar yang keduanya terjadi pada unit Perdagangan Besar Farmasi Siaran pers Badan Pengawasan Pasar Modal tanggal 27 Desember 2002. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba yaitu: pertama, penelitan Jao dan Pagalung 2011 dihasilkan bahwa corporate governance dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kedua, hasil penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty 2010 menghasilkan bahwa leverage, kualitas audit, dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan good corporate governance, independensi auditor, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, membuat peneliti tertarik untuk membahas topik manajemen laba ini dengan menggunakan variabel corporate governance, leverage, dan kualitas audit. Alasan peneliti menggunakan variabel corporate governance dalam penelitian ini karena penerapan corporate governance dapat digunakan sebagai usaha untuk meminimalisir perilaku manajemen laba dan usaha untuk meningkatkan kualitas laporan kuangan perusahaan. Selain itu, sistem corporate governance yang baik memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor, sehingga mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi Sutedi, 2012:7. Nasution dan Setiawan 2007 menyebutkan bahwa konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu cara yang digunakan untuk memonitor dan membatasi perilaku opportunistic manajer adalah corporate governance. Adanya penerapan prinsip corporate governance dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Karena prinsip corporate governance mengedepankan transparansi dalam pelaporan keuangannya. Maka hal tersebut akan menyulitkan manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba. Sehingga, kinerja yang dilaporkan oleh manajer mampu merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam studi Guna Herawaty 2010 good corporate governance yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen dan komite audit. Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen yang besar diyakini dapat membatasi perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba. Karena kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba Ujiyantho dan Pramuka , 2007:6. Dan diharapkan dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen dapat mengurangi perilaku opportunistik manajer. Selain itu, keberadaan komite audit dan komisaris independen dalam suatu perusahaan juga terbukti efektif dalam mencegah praktik manajemen laba, karena keberadaan komite audit dan komisaris independen bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan Guna Herawaty, 2010:54. Indikator lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba adalah leverage. Alasan peneliti menggunakan variabel independen leverage, karena ukuran ini berhubungan dengan ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Menurut Kasmir 2008:113 “rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejuah mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang”. Sehingga perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya Widyaningdyah, 2001:93. Indikator lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, yaitu kualitas audit. Alasan penggunaan variabel independen kualitas audit karena kualitas audit merupakan salah satu pertimbangan penting yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran dari suatu laporan keuangan. Karena para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor Rini dan Achmad,2012:5. Oleh karena itu, diharapkan auditor yang berkualitas tinggi dapat meningkatkan kepercayaan investor atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, kualitas audit diproksikan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik KAP tempat auditor bekerja. Karena diasumsikan ukuran KAP berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Ukuran KAP dibedakan menjadi dua yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four. Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor dari KAP Non Big Four Isnanta, 2008. Hal ini menunjukkan bahwa kantor akuntan besar mempunyai reputasi yang lebih baik dalam opini publik. Oleh karena itu, menggunakan auditor Big Four akan meningkatkan kualitas audit dan mengurangi probabilitas perusahaan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan Brezel et al., 2009. Selain itu terdapat dugaan bahwa auditor yang memiliki reputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini Widyaningdyah, 2001:93. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty 2010 yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada: Pertama, tahun penelitian yang dilakukan yaitu pada tahun 2013. Kedua, dalam penelitian ini adanya pengurangan dan penambahan variabel independen yang dilakukan. Variabel independen yang ditambahkan dalam penelitian ini adalah employee diff. Alasan peneliti menambahkan variabel ini karena employee diff adalah variabel yang digunakan untuk mengukur perbedaan persentase perubahan dalam pendapatan dengan persentase perubahan jumlah karyawan Brazel et al., 2009. Sehingga adanya pehaman atas variabel employee diff dapat memberikan peringatan kepada berbagai pihak seperti direktur, kreditur, investor dan auditor tentang probabilitas terjadinya kecurangan laporan keuangan. Brazel et al., 2009 menunjukkan bahwa perbedaan antara ukuran keuangan dan nonkeuangan secara efektif dapat digunakan untuk menilai adanya risiko kecurangan. Terbukti dengan adanya penelitian Alfiah 2013 menyatakan bahwa “ employee diff memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan”. Dimana kecurangan laporan keuangan dalam penelitian tersebut diproksikan dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Analisis Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 92 161

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011 – 2013)

1 12 21

Analisis Pengguna Leverage, Kualitas Audit, Diff dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2007/2011)

4 39 147

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 15

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek In

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

0 1 13

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

3 81 9