Hakikat Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dan Pemantauan Pembelajaran
33
Gambar 6. Skema Penilaian Sikap di SMP, SMA, SMK
4 Perencanan Penilaian Aspek Sikap
Perencanaan penilaian aspek sikap meliputi sikap spiritual dan sikap sosial. Penilaian sikap spiritual dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap
peserta didik dalam menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta toleransi terhadap agama lain. Indikator sikap
spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan butir-butir nilai sikap
yang tersurat. Sementara itu, indikator untuk penilaian sikap spiritual yang dilakukan oleh pendidik mata pelajaran lain tidak selalu dapat diturunkan
secara langsung dari KD pada KI-1, melainkan dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum.
Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial peserta didik dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaanya. Sikap sosial dikembangkan terintegrasi dalam pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Indikator KD dari KI-2
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di dalam rumusan KD mata
pelajaran tersebut. Sementara indikator KD dari KI-2 mata pelajaran lainnya dirumuskan dalam perilaku sosial secara umum.
Dalam menyusun perencanaan penilaian aspek sikap mengacu pada KD KI- 1 dan KI-2. Guru merencanakan dan menetapkan sikap yang akan dinilai
dalam pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Pada penilaian sikap di luar pembelajaran, guru dapat mengamati sikap lain yang muncul
pada diri anak secara natural. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam perencanaan penilaian sikap, baik
sikap spritual maupun sikap sosial:
a Menentukan sikap yang akan dikembangkan di sekolah mengacu pada KI-1 dan KI-2.
34 b Menentukan indikator sesuai dengan kompetensi sikap yang akan
dikembangkan. Sebagai contoh, sikap pada KI-1 beserta indikator-indikatornya yang
dapat dikembangkan oleh sekolah sebagai berikut: 1 Ketaatan beribadah.
Perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, mau mengajak teman seagamanya untuk melakukan ibadah
bersama, dll.
2 Berperilaku syukur. Perilaku menerima perbedaan karakteristik sebagai anugerah Tuhan,
selalu menerima penugasan dengan sikap terbuka, dll. 3 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
Perilaku yang menunjukkan selalu berdoa sebelum atau sesudah melakukan tugas atau pekerjaan, berdoa sebelum makan, dll.
Sebagai contoh, sikap pada KI-2 beserta indikator-indikatornya yang dapat dikembangkan oleh sekolah sebagai berikut.
1 Jujur. Tidak mau berbohong atau tidak mencontek, mengerjakan sendiri
tugas yang diberikan guru, tanpa menjiplak tugas orang lain, dll 2 Disiplin.
Mengikuti peraturan yang ada di sekolah, tertib dalam melaksanakan tugas, hadir di sekolah tepat waktu, masuk kelas tepat waktu, dll
3 Tanggung jawab. Menyelesaikan tugas yang diberikan, mengakui kesalahan,
melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya di kelas seperti piket kebersihan, dll
c Merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memunculkan sikap yang telah ditentukan. Karena KI-1 dan KI-2 bukan merupakan hasil
pembelajaran langsung, maka perlu merancang pembelajaran sesuai dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Dalam pembelajaran, memungkinkan
munculnya sikap yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan bahwa penilaian sikap merupakan pembinaan perilaku
sesuai budi pekerti dalam rangka pembentukan karakter siswa.
Setelah menentukan langkah-langkah perencanaan, guru menyiapkan format pengamatan yang akan digunakan berupa lembar observasi atau
jurnal. Indikator yang telah dirumuskan digunakan sebagai acuan guru dalam membuat lembar observasi atau jurnal.
1 Observasi
Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan
perilaku. Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal. Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi
kolom catatan perilaku yang diisi oleh guru berdasarkan pengamatan dari perilaku siswa yang muncul secara alami selama satu semester.
Dalam pelaksanaan observasi digunakan asumsinya setiap peserta