Pola Makan HASIL PENELITIAN

jeruk 1-3xhari, pepaya 1-3xminggu. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, status kesehatan dan pengetahuan gizi. Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jenis makanan pokok yang paling sering 1-3xhari dikonsumsi adalah nasi yaitu 95,9 , l auk pauk yang paling sering 1-3xhari dikonsumsi adalah ikan basah yaitu ikan gembung sebesar 2,7, sayuran yang paling sering 1-3xhari dikonsumsi adalah sawi yaitu 5,4 dan b uah-buahan yang paling sering 1-3xhari dikonsumsi adalah jeruk yaitu 14,9. Rendahnya frekuensi makan mungkin disebabkan oleh rendahnya daya beli ibu hamil yang dapat dilihat pada karakteristik pendapatan rumah tangga ibu hamil yang berada diantara 1.000.000-2.000.000 dan rendahnya ketersediaan pangan. Hal lain yang mungkin juga menyebabkan distribusi frekuensi makanan ibu hamil adalah disebabkan oleh pekerjaan ibu hamil yang sebagian besar adalah bekerja sebagai petani yaitu 43,2 sehingga ia tidak memperhatikan pola makannya dengan baik. Menurut penelitian Helena 2013 jenis makanan pokok yang sering dikonsumsi ibu hamil trimester I adalah nasi dengan frekuensi 1xhari, mie dengan frekuensi sering 55,5, roti dan umbi-umbian lebih banyak dikonsumsi dengan frekuensi 1-5xminggu 72,2 dan 83,3. Konsumsi lauk pauk diketahui mengkonsumsi ikan kering dan tempe dengan frekuensi 1xhari, telur dan tahu 1- 5xminggu, frekuensi konsumsi ikan basah, ayam dan daging 2xbulan. Sedangkan sayuran yang dikonsumsi adalah daun ubi, kacang panjang dan sawi dengan frekuensi 1xhari, konsumsi bayam 1-5xminggu. Dan ibu hamil mengkonsumsi buah-buahan 1-5xminggu. Pola makan ibu hamil trimester I dipengaruhi oleh pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan dan kemampuan membeli pangan.

5.2 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Hasil penelitian pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan energi paling besar adalah sedang yaitu 47,3. Rata-rata asupan energi yang dikonsumsi ibu hamil adalah 1829,285 kal dengan asupan energi minimum yang dikonsumsi adalah 1408,5 kal dan maksimum 2487,0 kal. AKG ibu hamil berusia 19-49 tahun berkisar antara 2000-2200 kal. Penambahan energi ini relatif tidak besar, yaitu 10-15 dari kecukupan energi tidak hamil 1800-1900 kal. Penambahan energi ini hendaknya makanan zat padat gizi seperti susu, daging dan ayam tidak berlemak, ikan, telur dan kacang-kacangan. Menurut penelitian Chairiah 2012 pola makan ibu hamil berdasarkan jumlah asupan energi dan protein yaitu rata-rata asupan energi yang dikonsumsi ibu hamil adalah 2572 kal dengan asupan energi minimum adalah 2100 kal dan maksimum 3100 kal. Asupan rata-rata protein adalah 66,52 gram dengan asupan protein minimum adalah 42,00 gram dan maksimum 88,00 gram. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan protein paling besar adalah kurang yaitu 45,9. Rata-rata asupan protein ibu hamil adalah 56,589 gram dengan asupan protein minimum yang dikonsumsi adalah 47,1 gram dan maksimum 103,2 gram. Kebutuhan protein ibu hamil bertambah sebanyak 17 gram untuk tiap triwulan, sehingga menjadi 67 gram per hari. Penambahan ini merupakan 34 kebutuhan protein ibu tidak hamil. Penambahan protein ini dilakukan dengan tambahan makanan sumber protein seperti susu, daging dan ayam tidak berlemak, ikan, telur, kacang- kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Tingkat kecukupan gizi baik energi maupun protein dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak memenuhi tingkat kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan baik porsi maupun jenis makanan yang cenderung tidak berubah seperti saat mereka tidak hamil. Hal lain yang mungkin berkontribusi menyebabkan rendahnya asupan gizi mereka adalah rendahnya pendapatan keluarga ibu hamil, rendahnya ketersediaan pangan dan rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang bahan makanan yang mengandung energi dan protein yang berpengaruh pada kehamilannya.

5.3 Status Gizi

Berdasarkan pengukuran LILA yang telah dilakukan, pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa status gizi ibu hamil yang dilihat dari LILA paling banyak adalah tidak KEK yaitu sebesar 94,6 dan sebesar 5,4 yang KEK. Ini berarti bahwa status gizi ibu hamil sebesar 94,6 adalah baik. Penilaian status gizi salah satunya adalah dengan melihat LILA. Bila ukuran LILA 23,5 cm maka ibu hamil menderita kurang energi kronis KEK Supariasa, 2002. Hasil penelitian pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari seluruh ibu hamil yang mengalami KEK yaitu sebanyak 4 orang, seluruhnya memiliki tingkat kecukupan energi dan protein dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara pemenuhan kebutuhan energi dan protein yang kurang dengan ukuran LILA ibu hamil. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Yuliantini