d. Pemaparan topik dari kelompok ahli ke kelompok asal
Expertist
peserta didik ahli dalam konsep tertentu ini, masing- masing kembali dalam kelompok asal. Pada fase ini ke-lima kelompok
1-5 memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilahkan
anggota kelompok
untuk mempresentasikan
keahliannya kepada teman-temannya di kelompok asal masing-masing, satu per satu. Proses ini diharapkan akan terjadi proses
sharing
pengetahuan antara mereka. Aturan-aturan pada fase ini adalah: 1
Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok mempelajari materi yang diberikan.
2 Tanyakan pada anggota kelompok sebelum menanyakan kepada
pendidik 3
Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu kelompok lain.
4 Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.
e. Test Penilaian
Pada fase ini, pendidik memberikan tes tertulis yang memuat semua materi yang sudah didiskusikan bersama. Pada tes ini siswa
tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika pada saat belajar mereka saling bahu-membahu untuk memperoleh konsep yang benar, maka
pada saat penilaian ini mereka harus bekerja sendiri-sendiri.
f. Pengakuan kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu. Penilaian tidak didasarkan pada skor akhir yang
diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan
kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan
pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan, dan kriteria penghargaan kelompok menggunakan
kriteria berikut.
Tabel 1: Perhitungan Nilai Peningkatan menurut Slavin 2015:159 Skor Kuis
Poin Kemajuan
Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 30
Skor akhir lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Skor akhir = skor awal sampai10 poin di atas skor awal 20
10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10
Skor akhir lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
Selanjutnya kelompok kooperatif dapat memperoleh penghargaan atau hadiah jika rata-rata skor memenuhi kriteria seperti tabel berikut:
Tabel 2: Rekognisi Prestasi Tim, Slavin 2015: 160 Kriteria Rata
– rata Tim Penghargaan
25 x 30 Tim Super
15 x 25 Tim Sangat Baik
5 x 15 Tim Baik
Selain penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinggi, penghargaan juga diberikan kepada individu yang memiliki penambahan
nilai paling tinggi. Penghargaan-penghargaan lain juga diberikan kepada kelompok yang paling kooperatif dan dinamis selama berdiskusi.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,
maka diperoleh data hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:
1. Sri Maida Astuti 2014 dalam penelitiannya yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Berbantu Media Kartu
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi
menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Jigsaw
berbantu Media Kartu dapat meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Koperasi
Yogyakarta tahun ajaran 20132014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar
Akuntansi setelah dilakukan tindakan. Aktivitas Belajar siswa secara keseluruhan meningkat dari siklus I yang semula 53,89 meningkat
menjadi 77,27 pada siklus II. Siswa yang mengalami peningkatan skor aktivitas sebesar 90,91. Hasil Belajar Akuntansi juga
mengalami peningkatan. Siswa yang mencapai nilai KKM pada siklus I sebesar 23,81 meningkat menjadi 80,00 pada siklus II.
2. Suhardi 2013 dalam penelitiannya yang berjudul
Peningkatan Partisipasi dan Kerjasama Siswa Menggunakan Model Kooperatif
Tipe Jigsaw pada Materi Protozoa Kelas X SMA N Pengasih
menyimpulkan bahwa model pembelajaran tipe
Jigsaw
dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa SMA N Pengasih.
Disamping itu tindakan dalam PTK ini juga meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan sekilas oleh peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran seni budaya
musik di SMP Negeri 1 Piyungan menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi masih kurang maksimal. Pemilihan metode pembelajaran
menjadi hal utama yang menyebabkan pencapaian kompetensi kurang maksimal.
Cooperative Learning
tipe Jigsaw II merupakan metode pembelajaran kelompok. Dalam proses
cooperative learning
terjadi peristiwa pengajaran sebaya yang cenderung lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajaran oleh guru. Dalam
cooperative learning
siswa
berkesempatan untuk bekerjasama dengan teman untuk mengembangkan diri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
Metode
cooperative learning
tipe Jigsaw II dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Selain itu, siswa juga dapat meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari
materi yang ditugaskan. Dengan demikian akan mendorong siswa lebih berperan aktif dalam belajar dengan guru sebagai fasilitator belajar
sehingga hasil belajar akan lebih bermakna mendalam bagi siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipote
sis sebagai berikut: “metode
Cooperative Learning
tipe
Jigsaw II
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik di kelas VIII A SMP Negeri 1
Piyungan”.
24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya dengan metode
cooperative learning
tipe jigsaw II di kelas VIII SMP Negeri 1 Piyungan
ini merupakan penelitian tindakan kelas PTK. Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah salah satu jenis
penelitian tindakan yang dilakukan guru atau praktisi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya Pardjono, 2007: 10.
Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris
Classroom Action Research,
yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut Kardiawarman, 2007: 2. Paizaluddin 2013: 7 menjelaskan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa penelitian tindakan kelas berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi alami.
Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan tujuannya