Siklus II Deskripsi Hasil Penelitian

Guru menekankan kepada siswa untuk saling membantu teman sesama kelompok yang belum bisa atau belum lancar dalam praktik vokal grup. 3 Siklus II pertemuan III Siklus II pertemuan III dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 September 2015 pada pukul 09.20-10.40. Pada pertemuan III ini kegiatan inti adalah praktik vokal grup dengan fokus pada homogenitas blend. Guru menekankan pentingnya kerjasama kelompok yang baik pada pembelajaran ini. Praktik bernyanyi lebih dari 1 suara ini menjadi hal baru oleh sebagian besar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan. Masih banyak siswa yang merasa asing dengan praktik bernyanyi lagu 2 suara ini namun mereka sangat antusias dan semangat untuk berlatih . Guru bersama peneliti memberi contoh dalam membawakan lagu “Suwe Ora Jamu”. Setelah itu setiap kelompok berlatih menyanyikan lagu “Suwe Ora Jamu” dengan dibimbing oleh peneliti dan Ibu Sri Windaryati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran seni musik 4 Siklus II pertemuan IV Siklus II pertemuan IV dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015 pukul 09.20 sampai pukul 11.15. Kegiatan inti pada Pertemuan IV ini adalah tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda dan penilaian praktik vokal grup. Pertemuan IV ini diawali dengan tes tertulis soal terlampir . Setelah selesai pelaksanaan tes tertulis maka selanjutnya penilaian praktik. Sebelum penilaian praktik dimulai, semua kelompok diberi waktu untuk berlatih terlebih dahulu mempersiapkan penampilan kelompok masing-masing. Peneliti dan guru tetap membimbing dan memantau jalannya latihan oleh semua kelompok. Masing-masing kelompok saling berdiskusi untuk membuat gerakan dan menyiapkan kelompok mereka masing-masing untuk tampil maksimal. Setelah semua kelompok selesai latihan dan siap dengan kelompoknya masing-masing maka selanjutnya pelaksanaan penilaian praktik vokal grup dimulai. Pada siklus II ini penentuan kelompok terbaik sama seperti pada siklus I yaitu dengan menggunakan skor peningkatan individu dari skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor tes mereka melampaui skor dasar mereka. Perhitungan skor peningkatan dapat dilihat pada tabel 1. Jumlah anggota kelompok 1 ada 6 siswa, kelompok 2 berjumlah 6 siswa, kelompok 3 berjumlah 6 siswa, kelompok 4 berjumlah 5 siswa dan kelompok 5 berjumlah 5 siswa. Karena jumlah anggota kelompok tidak sama, maka untuk menentukan skor akhir kelompok digunakan rumus berikut: Berikut adalah tabel peningkatan yang digunakan untuk menghitung skor perolehan kelompok. Skor dasar yang menjadi patokan skor peningkatan yaitu skor perolehan sebelumnya dalam hal ini adalah skor dari � � � � � �� hasil evaluasi kognitif siklus I yang dibandingkan dengan hasil evaluasi kognitif siklus II. Tabel 10: Skor Peningkatan dari Hasil Siklus I dan Hasil Siklus II No Nama Siklus I Siklus II Skor Peningkatan 1 Responden 1 73 80 20 2 Responden 2 60 80 30 3 Responden 3 87 87 20 4 Responden 4 80 100 30 5 Responden 5 80 87 20 6 Responden 6 60 80 30 7 Responden 7 67 80 30 8 Responden 8 60 87 30 9 Responden 9 80 93 30 10 Responden 10 73 67 10 11 Responden 11 67 87 30 12 Responden 12 67 80 30 13 Responden 13 53 80 30 14 Responden 14 87 93 20 15 Responden 15 60 80 30 16 Responden 16 73 87 30 17 Responden 17 60 80 30 18 Responden 18 73 80 20 19 Responden 19 80 93 30 20 Responden 20 80 100 30 21 Responden 21 60 80 30 22 Responden 22 67 87 30 23 Responden 23 80 100 30 24 Responden 24 73 73 20 25 Responden 25 73 80 20 26 Responden 26 80 87 20 27 Responden 27 80 93 30 28 Responden 28 67 93 30 Kelompok 1 yaitu responden dengan nomor urut 2, 4, 13, 22, 26, dan 27. Kelompok 2 yaitu responden dengan nomor urut 1, 8, 9, 10. 19 dan 21. Kelompok 3 yaitu responden dengan nomor urut 3, 6, 7, 17, 23, 28. Kelompok 4 yaitu responden dengan nomor urut 11, 14, 15, 20, 24. Kelompok 5 yaitu responden dengan nomor urut 5, 12, 16, 18, 25. Dilihat dari tabel skor peningkatan siswa di atas maka dapat digambarkan skor perolehan masing-masing kelompok sebagai berikut: Tabel 11: Perolehan Skor Kelompok Siklus II Pada siklus II ini kelompok terbaik Tim Super diraih oleh kelompok 1 selanjutnya disusul oleh kelompok 3, kelompok 4, kelompok 2 dan terakhir kelompok 5. Kelompok terbaik Tim Super yaitu kelompok 1 diberi reward yang telah disiapkan oleh peneliti. c. Observasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 4 kali pertemuan, hasil yang didapat adalah: 1 Semua siswa sudah mulai aktif berdiskusi baik diskusi dalam tim ahli maupun dalam kelompok asal. 2 Siswa terlihat lebih bersemangat dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. 3 Siswa senang dengan lagu yang diajarkan untuk praktik bernyanyi vokal grup. 4 Dalam kegiatan praktik siswa saling mengajarkan satu sama lain apabila masih ada yang kesulitan. No. Nama Kelompok Total Skor Peningkatan Skor Akhir 1. Kelompok 1 170 28,3 2. Kelompok 2 150 25 3. Kelompok 3 160 26,6 4. Kelompok 4 130 26 5. Kelompok 5 120 24 20 40 60 80 100 120 Skor Tertinggi Skor Terendah Rata-rata Keseluruhan Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus II Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus II 5 Beberapa siswa yang sebelumnya masih malu-malu saat kegiatan praktik, belum percaya diri pada akhir siklus II mulai berani dan tampil percaya diri. Berikut merupakan hasil evaluasi ranah kognitif Siklus II rata-rata nilai dari 28 orang siswa secara keseluruhan dalam satu kelas: Tabel 12: Hasil Evalusi Kognitif Siklus II No. Keterangan Nilai 1. Skor Tertinggi 100 2. Skor Terendah 67 3. Skor Rata-rata Keseluruhan 85,5 Hasil perhitungan skor rata-rata siswa secara keseluruhan inilah yang menjadi keterangan mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya seni musik dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II siklus II. Keadaan mengenai hasil belajar siswa terhadap pelajaran seni budaya digambarkan pada diagram batang di bawah ini: Gambar 5: Diagram Batang Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus II 20 40 60 80 100 120 Skor tertinggi Skor Terendah Skor Rata-rata Keseluruhan Perbandingan Hasil Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Setelah diketahui skor rata-rata pada siklus II secara keseluruhan maka hasil perhitungan data pada siklus II tersebut dibandingkan dengan data hasil belajar siklus I. Adapun perbandingan hasil belajar siswa ranah kognitif siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13: Perbandingan Evaluasi Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II No Keterangan Siklus I Siklus II 1. Skor Tertinggi 87 100 2. Skor Terendah 53 67 3. Skor Rata-rata Keseluruhan 71,4 85,5 Peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif mata pelajaran seni budaya seni musik dengan penggunaan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II dari siklus I sampai siklus II dapat digambarkan pada diagram batang di bawah ini: Gambar 6: Diagram Batang Perbandingan Hasil Evaluasi Kognitif Siklus I dan Siklus II Selain evaluasi ranah kognitif, observasi juga digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa ranah afektif dan ranah psikomotorik. Kegiatan observasi ranah afektif dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar observasi. Hasil pengamatan ranah afektif selama proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 14: Observasi Ranah Afektif pada Siklus II Skor Kriteria Jumlah Siswa Persentase 9 – 10 Sangat Baik 8 28,57 7 – 8 Baik 15 53,57 5 – 6 Sedang 5 17,85 3 – 4 Buruk – 2 Buruk Sekali Berdasarkan tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa pada observasi ranah afektif siklus II ada peningkatan 8 orang siswa 28,57 memiliki sikap dan aktivitas dengan kriteria sangat baik, selebihnya ada 15 orang siswa 53,57 termasuk dalam kriteria baik dan 5 orang siswa 17,85 termasuk ke dalam kriteria sedang. Hasil observasi ranah afektif siswa siklus II secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan evaluasi ranah psikomotorik yaitu dengan mempraktikkan vokal grup lagu “Suwe Ora Jamu”. Kegiatan penilaian tes ranah psikomotorik dilaksanakan dengan berpedoman pada lembar penilaian tes ranah psikomotorik yang dilakukan oleh 3 orang observer yaitu guru mata pelajaran seni budaya dalam hal ini sebagai kolaborator, peneliti dan teman sejawat yaitu saudara Putra Andino Nugrahhu. Hasil evaluasi ranah psikomotorik siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15: Hasil Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus II Nama Rater 1 Rater 2 Rater 3 Rata-rata Keterangan Responden 1 70 80 70 73,3 Baik Responden 2 55 90 80 75 Baik Responden 3 70 75 85 76,6 Baik Responden 4 85 80 70 78,3 Baik Responden 5 65 70 90 75 Baik Responden 6 60 80 75 71,6 Baik Responden 7 75 80 100 85 Sangat Baik Responden 8 80 80 75 78,3 Baik Responden 9 65 80 75 73,3 Baik Responden 10 60 80 80 73,3 Baik Responden 11 70 90 85 81,6 Sangat Baik Responden 12 85 70 80 78,3 Baik Responden 13 65 80 95 80 Baik Responden 14 55 80 85 73,3 Baik Responden 15 70 75 85 76,6 Baik Responden 16 55 85 95 78,3 Baik Responden 17 70 70 80 73,3 Baik Responden 18 75 80 70 75 Baik Responden 19 75 70 75 73,3 Baik Responden 20 75 85 65 75 Baik Responden 21 75 85 85 81,6 Sangat Baik Responden 22 85 80 85 83,3 Sangat Baik Responden 23 65 70 95 76,6 Baik Responden 24 65 80 75 73,3 Baik Responden 25 75 75 85 78,3 Baik Responden 26 70 80 75 75 Baik Responden 27 70 75 75 73,3 Baik Responden 28 75 80 75 76,6 Baik Nilai Tertinggi 85 Sangat Baik Nilai Terendah 71,6 Baik Rata-rata Keseluruhan 76,5 Baik 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Skor Tertinggi Skor Terendah Rata-rata Keseluruhan Perbandingan Hasil Evaluasi Psikomotorik Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Dari tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa ada 4 orang siswa 14,28 yang mendapat kategori “Sangat Baik” dalam kegiatan praktik dan selebihnya ada 22 orang si swa 78,57 mendapat kategori “Baik”. Hasil tes psikomotorik siklus II menunjukkan bahwa skor rata-rata keseluruhan berjumlah 76,5 dan mendapat kategori “Baik”. Berikut merupakan gambaran perbandingan hasil evaluasi tes ranah psikomotorik siklus I dan siklus II. Gambar 7: Diagram Batang Perbandingan Hasil Evaluasi Ranah Psikomotorik Siklus I dan Siklus II Setelah diketahui skor kognitif, psikomotorik dan afektif pada akhir siklus II maka selanjutnya mencari tahu apakah skor akhir yang didapatkan masing- masing siswa sudah mencapai KKM 75 atau belum. Untuk mencari skor akhir menggunakan rumus sebagai berikut: Skor akhir = Tabel 16: Skor Akhir Siklus II No. Nama Nilai Kognitif II Nilai Psikomotorik II Skor Akhir II 1 Responden 1 80 73,3 76,6 2 Responden 2 80 75 77,5 3 Responden 3 87 76,6 81,8 4 Responden 4 100 78,3 89,1 5 Responden 5 87 75 81 6 Responden 6 80 71,6 75,8 7 Responden 7 80 85 82,5 8 Responden 8 87 78,3 82,6 9 Responden 9 93 73,3 83,1 10 Responden 10 67 73,3 70,1 11 Responden 11 87 81,6 84,3 12 Responden 12 80 78,3 79,1 13 Responden 13 80 80 80 14 Responden 14 93 73,3 83,1 15 Responden 15 80 76,6 78,3 16 Responden 16 87 78,3 82,6 17 Responden 17 80 73,3 76,6 18 Responden 18 80 75 77,5 19 Responden 19 93 73,3 83,1 20 Responden 20 100 75 87,5 21 Responden 21 80 81,6 80,8 22 Responden 22 87 83,3 85,1 23 Responden 23 100 76,6 88,3 24 Responden 24 73 73,3 73,1 25 Responden 25 80 78,3 79,1 26 Responden 26 87 75 81 27 Responden 27 93 73,3 83,1 28 Responden 28 93 76,6 84,8 Rata-rata Skor Akhir Siklus II 80,98 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mendapat skor akhir ≥ 75 ada 26 siswa 92,8. Target keberhasilan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa yang mencapai KKM 75 ≥ 90. Dari hasil yang didapat dari siklus II tersebut berarti target penelitian sudah tercapai. Rata-rata skor akhir pada siklus I yaitu 72,3 meningkat pada akhir siklus II rata-rata skor akhir menjadi 80,98. d. Refleksi Berdasarkan keseluruhan tindakan siklus II yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, hasil observasi, kemudian diperoleh data yang selanjutnya akan menjadi acuan untuk direfleksikan. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe Jigsaw II pada siklus II ini telah menunjukkan hasil yang maksimal. Dilihat dari aspek afektif dan aktivitas siswa pada siklus II ini semakin membaik. Peran serta siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat sehingga proses pembelajaran terpusat pada siswa. Beberapa siswa yang sebelumnya masih terbiasa dengan belajar secara individu dan susah membaur dengan kelompok, pada siklus II siswa sudah bisa bekerja secara berkelompok dan mengerti arti penting gotong-royong. Kerjasasama yang baik antar siswa terlihat dari kegiatan praktik maupun diskusi kelompok. Siswa sangat senang dan bersemangat saat ada pemberian penghargaan reward untuk kelompok terbaik. Selain peningkatan pada aspek afektif, peningkatan juga terjadi pada aspek psikomotorik yaitu dari sebelumnya pada siklus I nilai rata-rata kelas berjumlah 73,2 Baik, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata tes psikomotorik siswa berjumlah 76,5 Baik. Dalam pelaksanaan praktik vokal grup, semua siswa sudah aktif untuk memberi masukan, ide gagasan kepada kelompoknya masing-masing untuk tampil maksimal. Sudah tidak ada siswa yang hanya menebeng dengan kelompoknya artinya di akhir siklus II ini semua siswa sudah terlibat aktif dalam diskusi kelompok maupun praktik. Peningkatan pada aspek kognitif sendiri dapat dilihat dari perbandingan siklus I dan siklus II yaitu skor rata-rata kelas pada aspek kognitif siklus I berjumlah 71,4 dan meningkat pada siklus II menjadi 85,5. Guru bersama peneliti mendiskusikan hasil keseluruhan dari siklus II dan membuktikan apakah target penelitian sudah tercapai. Target keberhasilan pada penelitian ini adalah jumlah siswa yang menca pai KKM ≥ 90 dan terjadi peningkatan pada aspek afektif. Berdasarkan data yang diperoleh pada akhir siklus II dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu dalam hal ini ≥ 75 berjumlah 26 siswa 92,8 dan terjadi peningkatan yang signifikan pada ranah afektif. Maka dari itu peneliti dan kolaborator sepakat bahwa penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Ada banyak sekali metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran namun tidak semua metode dapat dikatakan metode yang baik begitu juga sebaliknya. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan, maka dari itu guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran seni budaya yaitu dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Piyungan pada mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik dengan menggunakan metode cooperative learning tipe Jigsaw II. Dalam observasi ranah afektif, aktivitas siswa terjadi peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus II. Pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II membuat siswa lebih bertanggung jawab dan juga dapat mendorong siswa untuk saling membantu sesama teman. Siswa diajarkan untuk bekerja sama dengan baik, dalam metode pembelajaran ini setiap siswa dituntut untuk bertanggung jawab untuk bisa mengajarkan atau memahamkan siswa lain terhadap materi tertentu sehingga setiap siswa berusaha memahami materi yang menjadi tugasnya. Aktivitas ini akan mengurangi jumlah siswa yang pasif sehingga mayoritas siswa dalam kelas Jigsaw II ini lebih aktif. Berikut adalah tabel perbandingan hasil observasi afektif siklus I dengan siklus II. Tabel 17: Perbandingan Hasil Observasi Afektif Siklus I dan Siklus II Skor Kriteri Jumlah Siswa Siklus I Jumlah Siswa Siklus II 9-10 Sangat Baik 4 8 7-8 Baik 13 15 5-6 Sedang 9 5 3-4 Buruk 2 0-2 Buruk Sekali Berdasarkan tabel 17 di atas, dapat diketahui bahwa pada akhir siklus II jumlah siswa dengan kriteria “Sangat Baik” dan “Baik” semakin bertambah dan tidak ada siswa yang mendapat kriteria “Buruk”, itu artinya metode cooperative learning tipe Jigsaw II dapat meningkatkan sisi positif aspek afektif dan sebaliknya meminimalisir sisi negatif dari aspek afektif tersebut. Metode ini ternyata mampu menarik perhatian siswa sehingga timbul perasaan senang dan memiliki motivasi untuk memahami materi dengan sungguh- sungguh. Hal ini dikarenakan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode konvensional. Misalnya metode pembelajaran ini dapat menghilangkan proses pembelajaran yang searah. Artinya siswa tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, melainkan juga aktif dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa lain. Setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap teman-teman dalam kelompok mereka. Dengan hal ini maka siswa akan bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mempelajari dan menyampaikan materi yang mereka dapat kepada teman-teman di kelompok mereka, karena bagaimanapun jika ada salah satu anggota kelompok mereka ada yang tidak tahu atau belum memahami materi maka dapat dikatakan kerja kelompok mereka belum bagus. Oleh karena itu mereka harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan menyampaikan materi kepada teman-teman di kelompok mereka. Berikut merupakan diagram perbandingan hasil observasi ranah afektif siklus I dengan siklus II. Gambar 8: Diagram Perbandingan Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II 5 10 15 Kriteria Sangat Baik Kriteria Baik Kriteria Sedang Kriteria Buruk Perbandingan Hasil Observasi Afektif Siklus I dan Siklus II Afektif Siklus I Afektif Siklus II Dengan penggunaan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw II yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran seni budaya seni musik dan juga menarik perhatian siswa tentu akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi-materi mata pelajaran seni budaya khususnya seni musik. Tabel 18: Perbandingan Nilai Rata-rata Keseluruhan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II No. Keterangan Jumlah 1. Nilai Rata-rata Keseluruhan Siklus I 71,4 2. Nilai Rata-rata Keseluruhan Siklus II 85,5 Peningkatan prestasi siswa pada ranah kognitif terlihat dari siklus I sampai siklus II. Berikut adalah diagram peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif nilai rata-rata keseluruhan siklus I sampai siklus II. Gambar 9: Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Keseluruhan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II 60 65 70 75 80 85 90 Nilai Rata-rata Keseluruhan Siklus I Nilai Rata-rata Keseluruhan Siklus II Perbandingan Nilai Rata-rata Keseluruhan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Cooperative Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat di MI Al-Mujahidin Kota Tangerang

3 30 115

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Make A Matc

0 0 17

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Make A Match Siswa Kelas Vii Mtsn Sukoharjo.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe M

0 0 26

UPAYA PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANYUDONO PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW.

0 0 8

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SENI TARI SISWA KELAS VIII SMP N 2 WATES KULON PROGO DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW.

0 0 135

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 1 PIYUNGAN.

0 9 118

Peningkatan Minat Belajar Seni Tari dengan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII.9 di SMP Negeri 13 Pekanbaru

0 1 7

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI ADAB MAKAN DAN MINUM DENGAN METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

0 0 147